“It’s been a long day without you, my friends
And I’ll tell you all about it when I see you again
We’ve come a long way from where we began
Oh, I’ll tell you all about it when I see you again”
~See You Again, Wiz Khalifa VS Charlie Put~
Setelah beberapa minggu lamanya aku bergelut dengan hatiku akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke acara reuni kuliah ku.Bukan reuni dengan teman-teman satu kelasku selama kuliah dulu lebih tepatnya, tetapi reuni dengan teman-teman satu asisten yang seangkatan dulu.Sebenarnya aku malas sekali datang ke acara begituan, bertemu dengan teman-teman satu sekolah dulu saja yang dekat dengan tempat tinggalku kadang aku enggan, tapi kali ini aku memutuskan untuk pergi. Jika kau tanya apa alasannya, tentu saja itu karena dia. Ya, karena dia, gadis dengan perawakan kecil yang dulu kerap aku panggil dengan sebutan “bocah” itu. Entah mengapa aku menjadi sangat penasaran dengan gadis itu sekarang.Terlebih setelah pertemuanku dengannya beberapa minggu yang lalu.Dia seolah tak mengenalku ketika kita saling berpapasan di jalan.
Kau tahu, saat itu ku pikir aku hanya terlalu memikirkan gadis itu hingga penglihatanku menjadi kabur dan menganggap orang lain adalah dirinya. Aku bahkan memprotes pemikiran dan dugaanku sendiri bahwa bagaimana mungkin gadis itu ada di tempat ini, tepat disekitar kota tempat tinggalku. Namun, entah mengapa keyakinan muncul dalam benakku bahwa itu dia, hingga aku akhirnya melakukan hal yang tak pernah ku lakukan sebelumnya.Aku mengikuti dia yang berjalan dengan mengenakan setelan rok hitam dan kemeja pink yang disertai pula dengan jilbab yang senada dengan warna kemejanya.
Dia mampir di toko dan membeli sesuatu yang entah tak ku tahu apa itu karena aku mengawasinya dari jauh. Kemudian gadis itu berdiri di dekat lampu merah dan hendak menyebrang jalan, tepat dimana aku berdiri di seberangnya.Dia berjalan menuju kearahku sementara aku berjalan menuju ke arahnya.Aku bisa melihat wajahnya dengan jelas bahwa benar itu dia ketika kami berjalan berpapasan.Dia tersenyum simpul ke arahku, entah benar kearahku atau itu hanya prasangkaku saja aku tak tahu.Namun kemudian dia hilang di keramaian, orang-orang dan anak-anak sekolah yang ramai hendak meyebrang jalan juga membuat aku kehilangan jejak gadis itu.Ya, dia hilang dia menghilang di keramaian itu.
Beberapa minggu setelah kejadian itu aku duduk termenung memikirkan pertemuan kami saat itu. Aku menepis semua prasangkaku dengan banyak tanda tanya yang mengelilingi kepalaku.
“Jika benar dia melihatku dan tersenyum kepadaku, kenapa dia tidak menyapaku dan hanya berjalan dan berlalu pergi dan kemudian hilang di keramaian?” batinku.
Aku meyakinkan diriku kemudian bahwa itu mungkin saja bukan dia dan hanya seseorang yang mirip dengannya.Jika itu benar dia, dia tidak mungkin hanya berjalan dan tidak menyapaku.Tiga bulan lalu ketika aku pergi berlibur ke Yogyakarta dengan orang tuaku yang tanpa sengaja aku bertemu dengannya saja dia masih menyapaku meski sedikit canggung ketika kita bertemu.Tapi, pertemuan ke dua beberapa minggu yang lalu dia berbeda, dia benar-benar berbeda karena itu aku putuskan untuk pergi ke acara reuni ini.Aku harus tahu jawabannya, apakah penglihatanku dan dugaanku yang salah, atau memang itu benar adanya.
*****
Aku masih di kereta perjalanan Sragen – Surabaya ketika hanphoneku tiba-tiba berbunyi. Ku lihat flip hanphoneku yang kemudian menampilkan sebuah nama tertera di layarnya. “Putra” nama salah satu teman asistenku. Aku pun segera menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan itu.
Putra Calling :
“Hallo…hallo….,” terdengar panggilan disana. “Hallo…hallo…Gha…,” ucapnya ketika belum mendapat balasan satu ucapan pun dariku.
Erlangga Calling :
“Iya ini gue, kenapa sih loe teriak-teriak di telpon, gue gak budeg kali….,”
Putra Calling :
“Hehehe…ya ma’aph bro, habis nya loe sih di telpon gak langsung jawab gitu cuman diangkat aja,” sahut putra dengan cekikikannya yang tak bisa dilihat oleh Erlangga.
Erlangga Calling :
“Yaelah, iya iya…Sorry…sorry…,” Ada apa memangnya?”
Putra Calling :
“Gue cuman mau mastiin loe ntar jadi datang kan ke acara reunian? Gue mau reservasi tempat sekarang soalnya, takut kehabisan tempat kalau pesannya nanti-nanti…,”
Erlangga Calling :
“Iya…iya…gue datang, nih juga lagi di kereta dua jam lagi nyampek. BTW sapa aja yang datang?” tanya Erlangga menyelidik untuk mencari tahu apakah gadis itu datang atau tidak.
Putra Calling :
“Duuuhhh…yang itu rahasia deh pokoknya.Ntar gak surprise dong. Pokoknya cuman aku yang tahu…,”
Erlangga Calling :
“Duh…rempong banget sih loe pakek rahasia-rahasiaan segala. Udah kayak ibu-ibu aja…,”
Putra Calling :
“Biarin wis yang penting aku kan ketua panitianya….hahaha…,”
Erlangga Calling :
“Suka-suka loe aja deh… ya udah kalau gitu gue balik tidur lagi..bye…,”
Putra Calling :
“Duuhhh nie orang…naik kereta itu nikmatin pemandangan atau apa kek malah molor…,”
Erlangga Calling :
“Bodo’…bye….,” ucap Erlangga menutup telponnya dan kembali mengarahkan pandangannya pada pemandangan yang seolah-olah bergerak di kanan kiri jalan itu.
“Gue gagal buat cari tahu, loe datang atau nggak?” batinnya.Dan beberapa detik kemudian diapun tertidur di kereta itu.
*****
Ara tengah siap untuk pergi dengan tas ranselnya yang berwarna hitam di balut beberapa warna merah di sisinya. Dia duduk di beranda rumahnya.Long dress-nya yang berwarna hijau mint dengan motif bunga-bunga berwarna perpaduan merah dan pink diatasnya sementara bagian roknya polos itu menjuntai hingga mencapai lantai. Jilbab panjangnya yang berwarna merah marun bergerak-gerak kesana kemari tertiup angin ketika dia berjalan di ambang pintu setelah mendapati sebuah mobil Avanza yang berwarna silver itu mendarat tepat di halaman rumah tetangganya.
Seorang pemuda berambut ikal hitam keluar dari mobil itu. Dia mengenakan kemeja biru kotak-kotak lengan pendek yang dipadukan dengan celana jins dan sepatu kets perpaduan warna hitam dengan putih. Dia berjalan menuju rumah Ara yang tak jauh dari tempat dia memarkirkan mobilnya.Di ambilnya kacamata yang bertengger di mata nya itu dan dibersihkannya dengan sapu tangan yang di simpanya di saku celana, lalu kemudian menggunakannya kembali.Beberapa detik kemudian dia sudah berada di tempat dimana Ara berdiri di samping Ayahnya hendak berpamitan.
“Kita pergi sekarang,” tanyanya.Ara hanya mengangguk kecil dan kemudian mencium tangan ayahnya untuk berpamitan. Lelaki itupun kemudian melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Ara.
“Tolong jagain Ara ya Mahdi…,” pinta ayah Ara.
“Baik om…,” jawab pemuda yang bernama Mahdi itu.
Ara dan Mahdi berjalan ke tempat dimana mobil itu terpakir.Setelah masuk mobil mereka pun langsung melesat ke lokasi yang di tuju.Di dalam mobil hening beberapa detik kemudian Mahdi pun memecah kesunyian yang tercipta itu.
“Kamu yakin dengan keputusanmu?” tanya nya pada Ara. Ara hanya menjawab dengan anggukan.
“Tapi kau nanti akan…..,” ucapan Mahdi terhenti oleh ucapa Ara kemudian.
“Aku tidak apa-apa, bagaimanapun aku ingin bertemu dengan mereka.Mungkin ini memang sulit bagiku nantinya, tapi aku ingin sekali bertemu dengan mereka. Toh, aku masih bisa mengingat beberapa dari mereka kan…?” tegas Ara.
“Ya, baiklah kalau itu mau kamu. Tapi, berjanjilah satu hal padaku..”
“Apa….?”
“Jangan mencoba untuk mengingat.Seberapa besar pun keinginanmu untuk mengingat mereka jangan berusaha terlalu keras untuk mengingat. Karena itu akan akan membuatmu sakit..,”
“Oke siap pak dokter….,” ucap Ara yang disertai dengan senyuman kecil.
Beberapa menit setelah percakapan itu akhirnya Ara pun tertidur.Sementara Mahdi masih sibuk dengan pikirannya. Dia cemas dengan apa yang terjadi pada Ara nanti. Kecemasan-kecemasan itu selalu saja muncul jika menyangkut kondisi gadis di sampingnya yang tengah tertidur itu.
“Bagaimana kalau di antara mereka yang akan kau temui adalah seseorang yang menyebabkanmu menjadi seperti ini?” batin Mahdi.
Mobil pun melaju membelah jalanan menuju ke lokasi yang mereka hendak tuju. Surabaya, tiga puluh menit lagi mereka akan segera tiba disana.
*****
Sky Way Café, disinilah tempat mereka bertemu untuk acara reuni itu.Erlangga sudah duduk bersama dengan 12 teman lainnya.Dan dari ke jauhan tampak seseorang yang menggendong gadis kecil berjalan dengan suaminya menuju café itu juga.Dan mereka pun bisa menebak bahwa itu adalah Christy salah satu teman mereka yang sudah menikah.Akhirnya mereka semua pun berkumpul menjadi satu di café itu. Mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda ada yang dari NTB, Batam, Kalimantan dan banyak lainnya tapi lebih banyak atau mayoritas sih berasal dari pulau Jawa, entah itu Jawa Timur, Jawa Tengah ataupun Jawa Barat. Mereka tengah berkumpul dan berbincang-bincang.Beberapa mengenalkan pasangan mereka, beberapa asyik meneguk dan memakan makanan ringan yang tengah disediakan, dan beberapa sibuk dengan kesibukan lainnya.Namun, ada satu orang yang masih belum datang diantara mereka.
“Apa kau tidak datang….?” Batin Erlangga yang tengah menyeruput kopi susu di hadapannya.
Namun, kemudian tatapannya teralihkan menuju tatapan yang sama seperti teman-temannya yang tengah melambaikan tangan mereka sembari meneriakkan satu nama yang sangat ditunggu nya.
“Hai…Ara…disini…disini….,” ucap mereka serempak dan heboh.
Sang gadis dengan perawakan kecil itu pun berlari menuju ke tempat dimana orang-orang meneriakkan namanya. Dia ingat samar-samar wajah teman-temannya itu, pasalnya beberapa minggu lalu ia berusaha mengingat dari album foto-foto lamanya juga mengenali mereka dari akun-akun sosmed yang dimana beberapa kontak mereka masih tersimpan di handphone Ara.
Salah seorang cewek dari mereka beranjak dari tempat duduknya dan berhambur memeluk Ara.
“Sayangku…akhirnya kita ketemu lagi….,” ucapnya sembari memeluk Ara. “Kau..tidak apa-apa..kau sudah lebih baik sekarang, kau tau aku sangat cemas. Tapi, ma’afkan aku, aku baru bisa menjengukmu lagi sekarang………,” ucap seseorang itu lagi yang dikenal dengan nama Vreya.
“Aku baik-baik saja Vreya jangan khawatir….,” ucap Ara.
Beberapa orang yang lain pun terkejut mendengarkan percakapan dua temannya itu. Mereka berdua sepertinya hutang cerita pada semuanya.Karena itulah mata teman-teman mereka menuntut kejelasan menatap keduanya yang masih saling berpelukan. Menyadari hal itu akhirnya Vreya pun menyuruh Ara duduk dan akan segera memberi penjelasan pada mereka.
Namun, mereka lebih menuntut penjelasan terlebih dahulu siapa pria yang berdiri di belakang Ara itu.Seseorang dengan pakaian kemeja biru kotak-kotak itu melempar senyum pada yang lainnya setelah Ara memperkenalkan pria itu pada teman-temannya.
“Mas, duduk….,” pinta Ara pada lelaki itu untuk menempati tempat duduk yang masih tersisa.Maklum mereka sengaja memesan bangku lebih untuk berjaga-jaga.“Teman-teman…kenalin ini Mas Mahdi….,” ucapnya.
“Wahhhh…siapa dia Ara, pacar kamu ya?” tanya Putra.
“Emmm…sekarang kamu sudah berani ya pacaran dan jalan sama cowok…bukannya dulu cuman….,” Ahmad melirik kearah Erlangga dan semuanya pun mengerti maksud perkataan Ahmad.
“Oh…bukan…bukan ini dokterku….,” jelas Ara yang terlihat sedikit memerah pipinya karena ledekan teman-temannya. “Loh…. Memangnya dia siapa…?” tanya Ara sembari mengikuti arah pandang teman-temannya yang mengarah ke arah Erlangga. Pertanyaan Ara sontak membuat teman-temannya menuntut penjelasan yang lebih.
“Hahhhh….loe gak kenal dia….,” tanya Putra terkejut hingga beranjak dari tempat duduknya saking terkejutnya.
“Loe serius gak inget Erlangga, Ra….,” timpal Mela salah satu teman cewek yang duduk tepat disamping Erlangga bersama dengan kekasihnya.Ara pun mengangguk untuk menjawab pertanyaan teman-temannya.
Vreya pun menjelaskan alasan kenapa Ara tidak mengingat Erlangga.Dia menjelaskan bahwa beberapa bulan yang lalu Ara mengalami kecelakaan dan dia kehilangan sebagian ingatannya. Sebelumnya Ara pun tidak ingat siapa Vreya ketika Vreya berkunjung ke rumah sakit tempat Ara di rawat. Dia juga menceritakan bertapa sedihnya dia saat Ara tidak mengingatnya namun beberapa hari perlahan-lahan Ara pun dapat mengingatnya.Semuanya karena dia melihat album foto dan aku menjelaskan beberapa hal yang dialaminya dulu, dia juga ingat beberapa ingatan masa lalunya. Tapi, setiap kali dia mencoba mengingat dia akan merasakan kesakitan yang amat sangat di kepalanya.
“Oh,, jadi itu sebabnya…,” ucap Reza.
“Eh,,, coba aku tes kamu masih tahu nama-nama kita kan? Coba siapa namaku…?” Ucap Vena.
Ara pun mengingat semua nama-nama dari wajah mereka seperti yang diajarkan oleh Vreya dulu dan seperti yang diajarkan lagi oleh Mahdi beberapa hari yang lalu.
“Hmmm…kamu Vena, Yola, Zeta, Reza, Arif, Dinda, Putra, Ahmad, Tama, Azrel, Mela, dan…. Mas dia namanya siapa…?” tanya Ara pada Mahdi yang menghentikan sebutan nama teman-temannya tepat ketika jari telunjukknya menunjuk pada Erlangga. Mahdi, mencoba mengingat siapa nama cowok itu tapi dia juga lupa. “Vrey, kamu tidak pernah mengenalkan dia. Dia siapa….?” Tanya Ara pada Vreya sahabatnya yang paling dekat dengannya.
“Di..di…dia….Erlangga. Ya…Erlangga…..,” ucap Vreya.
“Oh, iya kamu Erlangga,” jelas Ara.“Ma’af aku sedikit lupa…,” ucap Ara kemudian sembari menggaruk tengkuknya.
Erlangga hanya mengangguk seolah menerima permintaan ma’af dari Ara. “Kau benar-benar lupa padaku..?” batin Erlangga. Namun, yang mengganggu pikirannya adalah memang jelas gadis itu hilang ingatan, tapi dia masih bisa belajar mengenali semuanya namun kenapa tidak dengan dia. Kenapa Vreya bahkan tidak bercerita tentang nya.
Vreya tahu Erlangga tengah menatapnya dari tempat duduknya.Dia tahu bahwa lelaki itu menuntut penjelasan darinya.Tapi, Vreya hanya diam dan mengobrol dengan yang lainnya. Beberapa bertanya tentang bagaimana kabar mereka, bagaimana kerjaan mereka dan lain-lain dan bahkan juga masih ada yang penasaran pada apa yang terjadi pada Ara dan menuntut penjelasan lebih lanjut.
“Dok, boleh saya bertanya…,” tanya Ahmad.
“Jangan panggil dok, panggil Mahdi aja. Apa yang mau kamu tanyakan?” tanya Mahdi.
“Hmm…gak enak kalau manggil nama langsung. Anda lebih tua dari kita kan. Bagaimana kalau kami panggil Mas Mahdi aja, biar sama kayak panggilan Ara,”jelas Vena.
“Boleh…boleh terserah kalian… BTW apa yang ingin kalian tanyakan?”
“Em…gini Mas Mahdi, kok bisa ya Ara hanya kehilangan ingatannya sebagian?”
“Oh, itu bisa jadi dikarenakan alasan traumatic.Ada beberapa kejadian yang mengakibatkan Ara mengalami traumatic sehingga alam bawa sadarnya berusaha untuk tidak mengingat hal tersebut, mungkin karena alasan itu Ara hanya kehilangan beberapa ingatannya..,” jelas Mahdi.
“Ah,,, itu berarti, Gha…apa loe punya salah sama Ara….,” tanya Putra yang sontak membuat Erlangga terkejut.
Erlangga menggelengkan kepala. “Enggak, gue gak pernah buat salah ya sama bocah itu..,” ucap Erlangga sembari mengeryitkan dahinya dan menatap Ara dengan sinis.
“Eh…jelek kenapa kamu manggil aku bocah…?” ucap Ara sembari menatap Erlangga dengan sinis juga.
Semua pun terperanggah mendengar ucapan Ara.Mereka berpikir apakah Ara sudah mulai mengingat Erlangga.Kalau tidak kenapa Ara menyebutkan kata panggilan itu pada Erlangga.
“Ra…kamu sudah inget sama Erlangga…?” tanya Putra.
Namun yang ditanya hanya melongo. “Hahh..maksudnya….?” tanya Ara.
“Itu, tadi kamu manggil Erlangga dengan sebutan “jelek”, bukankah itu sebutan yang sering kamu gunakan dulu kalau manggil Erlangga?”jelas Putra.
“Hahh…benarkah masak sih?”Ara makin bingung dibuatnya karena dia bahkan tidak ingat satupun kenangannya bersama lelaki itu.
“Terus kalau gak inget, kenapa loe manggil dia kayak gitu?”Zeta menimpali.
“Habisnya sebel deh Ta, masak dia ngatain aku bocah…,” jelas Ara yang masih dengan logatnya yang unik. Yang masih berbicara semi formal tidak seperti teman-temannya yang kini sudah mulai berbicara dengan sedikit diselipi bahasa gaul.
“Emank loe bocah….kalau masih bocah ya bocah aja…,” ucap Erlangga berharap bahwa ingatan Ara bisa sedikit kembali jika dia sering melakukan hal yang sering dilakukannya dulu.
“Tuuuhhh kan dia itu nyebelin……,” ucap Ara.
Dan semua yang teman-temannya tertawa melihat wajah manyun Ara dan kejahilan Erlangga.Mereka seolah kembali pada kejadian beberapa tahun silam.Dimana pertengkaran dua mahluk itu (Aradan Erlangga) kerap menjadi tontonan yang menarik bagi teman-temannya.
“Hahaha…suasana yang kayak gini nieh yang bikin kita kangen dengan masa lalu, iyakan…,” ucap Tama.
“Iya, gue kangen banget liat kalian bertengkar mulu tiap hari….,” tambah Zeta.
Sementara Mela yang duduk di samping Erlangga, melihat wajah Erlangga yang datar.Dia tahu kalau teman yang dulu juga paling dekat dengannya itu sedang memikirkan sesuatu.
“Kau kenapa? Baik-baik aja kan…?” tanya Mela.
“Yes, I’m okay…,” ucapnya kemudian kembali mengedarkan pandangannya ke arah lain agar Mela tak lagi menyelidik raut wajahnya. “Loe bener-bener gak inget sama gue Ra….,” desahnya lirih hingga Mela yang berada di sampingnya pun tak mendengarnya.
Semua pun asyik bercengkerama dan saling bercerita lagi meninggalkan kisah dua mahluk yang gak pernah akur itu dalam kenangan masa lalu. Hingga hari menjelang malang dan bulan yang menggelanyut dilangit sudah semakin terang akhirnya mereka pun mengakhiri pertemuan di hari itu. Pertemuan akan dilanjutkan hari esok, mengingat hari libur mereka masih tersisa dua hari lagi sebelum semuanya kembali pada rutinitas dan kesibukan masing-masing.
“Okey…kalau gitu kita berpisah dulu sekarang ya dan sampai ketemu lagi besok. Besok datang di tempat dan jam yang sudah aku tentuin ya… ,” ucap Putra yang langsung di jawab dengan anggukan oleh teman-temannya.
*****
Ceritanya bagus, menginspirasi.
Comment on chapter Di Batas Rindubaca ceritaku juga ya,