Read More >>"> Sampai Nanti (Bab 3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sampai Nanti
MENU
About Us  

Tiara menatap langit-langit kamarnya yang dihiasi puluhan kupu-kupu glow in the dark yang berwarna kuning, ungu dan merah jambu, pemberian Rangga saat ulang tahunnya yang ke-12. Kupu-kupu itu selalu bisa menengangkan hatinya yang kacau.

Kupu-kupu adalah panggilan sayang Rangga untuk Tiara. Panggilan yang awalnya dibenci Tiara setengah mati tapi kemudian diterimanya dengan terpaksa dan akhirnya disukainya.

Tiara tersenyum mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu, sebuah masa saat nama panggilannya mulai berubah dari Tiara menjadi “kupu-kupu.”

***

“Awas kamu ya!!!” Tiara mengejar Rangga yang dengan lihainya berlari di sela-sela meja dan kursi kayu di kelas 6A SD Bhakti. Dengan lincahnya Rangga naik dan turun kursi-kursi, berbelok ke sana dan ke mari, berusaha menghindari Tiara yang masih mengejarnya sambil membawa kemoceng kelas mereka yang bulu-bulu ayamnya rontok ketika digerakkan. Alhasil, ruang kelas mereka yang berlantai putih kini telah dihiasi bulu-bulu ayam cokelat yang jatuh dari kemoceng yang Tiara gunakan sebagai senjata andalannya itu.

“Kupu-kupu malam! Weekk..” Rangga menoleh ke arah Tiara sambil masih berlari, tak lupa mengulang lagi kalimat ejekan untuk cewek itu. 

“Ranggaaaa!!!! Uuuuhhhh!!!” Tiara cuma bisa mencak-mencak sambil berusaha menangkap Rangga yang lincah seperti tupai yang sudah sangat mengenali medan bermainnya. Baskara kini bersembunyi di balik punggung sekelompok teman-teman yang sedang sibuk mengundi arisan mingguan.

“HAHAHAHA!! Ayo sini tangkep aku kalo bisa!” Rangga menantang Tiara yang sudah mulai ngos-ngosan. Tiara berhenti berlari, menarik nafas dalam-dalam dan menyeka keringat yang bercucuran di dahinya. Dengan tangan kiri dikacakkan di pinggang dan tangan kanan yang memegang kemoceng yang sudah hampir botak --Tiara persis seperti ibu-ibu yang baru saja membersihkan seisi istana, oke lebay, maksudnya, seisi rumah. Dia sebal kalau Rangga mulai bertingkah seperti hari ini. Kupu-kupu malam?! Huh! Aku kan bukan kupu-kupu malam! Tiara merutuk dalam hati.

Akhir-akhir ini Rangga memang selalu mengatainya kupu-kupu malam. Asal mula panggilan yang biar dilihat dari sudut pandang manapun itu tidak mengenakkan hati adalah ketika Rangga mulai sadar kalau banyak cowok yang berlomba-lomba merebut hati Tiara. Ada Ardi dan Nathan yang notabene adalah teman sekelas mereka. Belum lagi Agus dan Rama anak kelas 6B. Dan katanya Sanjaya anak kelas 6C juga mulai memberikan perhatian lebih pada Tiara. Ini membuat Rangga merasa geli. Dari semua cewek-cewek di kelasnya, kenapa harus Tiara sih? Tiara yang ceroboh? Hahaha! Satu cewek dan banyak cowok apalagi namanya kalo bukan kupu-kupu malam!

Sepertinya Rangga memang tidak mengerti arti sebenarnya dari istilah ‘kupu-kupu malam’ yang berkonotasi negatif itu. Di pikirannya, ‘kupu-kupu malam’ berarti seorang cewek yang memiliki banyak penggemar. Tapi tidak dengan Tiara. Tiara tahu betul arti istilah itu. Dan tentu saja, dirinya bukan seorang ‘kupu-kupu malam’! Itu kan istilah untuk pekerja seks Rangga memang biasa ngawur, tapi kali ini bener-bener keterlaluan!

Dengan tekad bulat untuk memberikan pelajaran pada Rangga, Tiara menarik nafas panjang dan mulai berjalan menuju meja tempat teman-teman Geng Arisan sedang mengadakan arisan mingguannya. Rangga kini sudah duduk di antara Ratna dan Siska sambil memainkan lintingan-lintingan kertas di hadapannya, seolah-olah lupa kalau dia sedang dalam ‘pelarian’ untuk menghindari Tiara dan kemoceng setengah botaknya.

“Heh!” Tiara menepuk pundak Baskara agak keras, tentu saja, dengan kemoceng pusakanya. Rangga menoleh sambil nyengir, memperlihatkan lesung pipi kirinya. Tiara jadi makin sebal. Bibirnya manyun maksimal, kedua tangannya di pinggang.

“Eh, ada si Nona Kupu-kupu malam! Mau gabung arisan kita nggak?” Budi menyapa Tiara dengan polosnya tanpa mengerti kalau Tiara tidak menyetujui atau menyukai panggilan itu. Semua ini gara-gara Rangga! Sekarang semua orang di kelas telah memanggilnya kupu-kupu malam juga. Arrrgghhh!!!

“Ayok keluar! Kita selesain di luar!” Bak preman yang sering dia lihat di TV, Tiara menarik lengan baju Baskara dengan keras, memaksanya bangun dari duduknya. Rangga cuma pasrah sambil mengikuti Tiara yang masih manyun. Tapi bukannya tampak sedih, marah atau malu diperlakukan seperti itu, Rangga malah senyam-senyum berusaha menahan tawanya.

Tiara mendorong Rangga hingga cowok itu menyender di dinding luar kelas mereka. Rangga sebenarnya bisa aja melawan Tiara, tapi kali ini dia ingin tahu juga apa yang akan Tiara lakukan. Ah, paling-paling kena cubit! Paling apes juga kena pukul! Rangga berusaha menahan senyumannya dan memasang wajah serius.

“Heh!” Tiara menyodok dada Rangga dengan jari telunjuk kanannya. Harusnya sih ini udah mirip sinetron-sinetron di TV itu! Tiara meyakinkan dirinya dalam hati. “Dosa apa sih aku sama kamu? Tega-teganya ya ngejek aku kupu-kupu malam! Emangnya kamu tau arti kupu-kupu malam?!” Tiara ngomel dengan bibir yang terkatup rapat agar tidak menarik perhatian teman-teman yang lain.

Tapi, alas. Saat wajah Tiara hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah Rangga dan ujung  jari telunjuknya masih menempel di dada Baskara, Anto si Usil Tukang Gosip lewat.

“CIIIYEEEEEEEEE TIARA SAMA RANGGA DUA-DUAAN CIYEEEEEEE!!!” Dengan suara cemprengnya Anto mengumumkan ke seluruh penjuru dunia berita yang jadi cikal bakal perjodohan legendaris Tiara dan Rangga.

Tiara yang sadar kalau ini semua bakal berujung nggak enak kontan menarik tangannya dan memasang wajah manyun. Tanpa terasa pipinya memerah. Duh! Bikin malu aja! Tiara yang awalnya udah sebel kini jadi makin sebel. Diliriknya Rangga yang masih menempel di tembok. Bukannya kelihatan kesal atau berusaha mengelak dari tuduhan Anto, Rangga malah senyam-senyum seolah-olah menyiratkan kalau memang ada sesuatu yang spesial antara dirinya dan Tiara.

“TEMEN-TEMEN SINI DEEEHH!!! LIAT TIARA SAMA RANGGA LAGI PACARAN! TUH SIH RANGGA AJA SENYAM-SENYUM KEGIRANGAN!” Anto lagi-lagi bertindak bak toa berjalan. Mendengar ini, anak-anak kelas 6 yang sedang menikmati jam istirahat mereka langsung berjibun-jibun mendatangi koridor belakang, tempat dimana Tiara dan Rangga ‘tertangkap basah.’

ARRGGHHH RANGGA!!!! KAMU NYEBELIN BANGET SIIIIHHH!! INI SEMUA GARA-GARA KAMU!!! Rasanya Tiara pengen teriak-teriak saat itu juga dan menampik semua tuduhan yang dilayangkan Anto padanya. Tapi belum sempat dia membuka mulutnya, Rangga menarik tangannya dan berlari, berlari menjauhi kerumunan teman-temannya yang penasaran akan awal mula kisah cinta Tiara dan Rangga yang terjadi di siang bolong yang terik itu.

***

Tiara memejamkan matanya sambil tersenyum mengingat kejadian konyol saat mereka kecil dulu. Kalau ada sepasang cewek dan cowok yang begitu dekat, gosip pasti terus mengintai. Persahabatan Tiara dan Rangga pun nggak luput dari gosip kacangan itu. Tapi mereka berdua telah belajar untuk menyambut gosip-gosip itu dengan ikhlas. Bahkan kadang-kadang mereka sengaja memanas-manasi suasana dengan berakting mesra.

Awalnya Tiara begitu kesal pada Rangga yang terus saja memanggilnya “kupu-kupu malam” bahkan sampai mereka duduk di bangku SMP. Setelah mengadakan negosiasi, akhirnya dicapai kesepakatan antara mereka berdua kalau kata “malam” akan dihilangkan dari panggilan itu. Dan Rangga berjanji nggak akan menyebut kata “kupu-kupu malam” lagi atau menceritakan kejadian sebenarnya pada teman-teman SMP baru mereka.

Tapi Rangga tetep keukeuh mempertahankan panggilan “kupu-kupu” untuk Tiara. Rangga merasa bahwa “kupu-kupu” itu mencerminkan Tiara banget. Manis, lembut, lincah. Walaupun sedikit rapuh. Tapi itulah guna Rangga di sisi Tiara, untuk melindungi sayap-sayapnya sampai akhirnya nanti Tiara hinggap di hati yang tepat. Sampai nanti Rangga bisa mempercayakan hati Tiara pada orang yang benar-benar akan menyayangi dan melindunginya.

Tiara menghela nafas panjang. Kejadian yang dialaminya hari ini membuat hatinya makin sakit. Melihat amarah dan dendam di mata Aldo membuatnya bergidik. Tetapi Ia belum menemukan keberanian untuk berbicara lagi pada Aldo. Dan cowok itu pun belum berusaha menghubungi Tiara lagi.

Apa Aldo benar-benar berpikir kalau Tiara bersikap cuek padanya karena Ia memiliki hubungan romantis dengan Rangga? Apa pikirannya sedangkal itu? Sejak awal hubungan mereka, Tiara sudah jelas-jelas memperkenalkan Rangga pada Aldo sebagai sahabatnya. Kalaupun lebih, Tiara menganggap Rangga seperti saudaranya sendiri.

Tiara merasa kecewa akan sikap Aldo hari itu. Benar-benar kecewa yang terasa pahit di lidah dan ngilu di dada. Kembali terlintas keinginan untuk mengakhiri saja hubungan yang tidak pernah dijalaninya dengan sepenuh hati ini.

Tapi Tiara takut akan merasa kehilangan. Dirinya sudah terbiasa akan kehadiran Aldo di hidupnya, akan perhatian-perhatiannya selama setahun ini, walaupun belakangan Aldo bersikap sedikit lebih galak, lebih jutek. Tiara nggak yakin Ia siap kehilangan lagi. Tambahan lagi, setelah mengetahui bahwa Aldo berteman dengan preman-preman itu, Tiara nggak yakin minta putus dari Aldo itu sesuatu yang bijaksana. Bisa-bisa Rangga bonyok digebukin preman-preman tengil itu! Mereka pasti akan berpikir bahwa Tiara lebih memilih Rangga dibandingkan Aldo, kemudian memberikan cowok yang nggak bersalah itu pelajaran.

Tiara bergidik ngeri dan memeluk badannya sendiri. Sekarang Ia terjebak dalam hubungan ini. Mungkin ini karma, batin Tiara. Selama ini raganya memang berpacaran dengan Aldo, tetapi hatinya terus bersama Baskara. Dan itu sama sekali nggak adil untuk Aldo. Apapun alasan Tiara menerima cinta Aldo, itu semua salah. Tiara hanya tidak ingin sendiri, atau terlalu naif dengan berpikir bahwa cinta Aldo akan meluluhkan hatinya. Terlalu percaya bahwa kadang cinta bisa tumbuh karena terbiasa. Tapi kepercayaannya itu belum membuahkan hasilnya sampai sekarang. Bukannya cinta yang tumbuh di hati Tiara, tetapi hanya perasaan takut kehilangan yang mengusik pikirannya. Apakah rasa takut kehilangan itu selalu identik dengan cinta? Tiara nggak yakin.

Kalau memang cinta bisa tumbuh karena terbiasa, kalau memang benar-benar bisa seperti itu,  Tiara tidak mengerti mengapa hatinya masih berdebar untuk Baskara, bukan Aldo, dan nama Baskara yang diselipkan dalam setiap doa-doanya, bukan Aldo.

* * *

Rangga berbaring menatap langit-langit kamarnya dalam kegelapan. Suara katak sawah terdengar dari jendela balkoninya yang Ia biarkan terbuka. Memang, Rangga tinggal di rumah yang mewah, mepet sawah, maksudnya.

Rangga merenungi kejadian tadi siang. Kemarahan masih bersarang di hatinya. Dari awal Rangga nggak suka sama Aldo. Ada yang nggak beres sama cowok itu. Dan ada yang nggak beres sama hubungan mereka. Seperti ada yang kurang, walau Rangga nggak yakin itu apa.

Rangga nggak tau apa Tiara bener-bener mencintai cowok itu. Tiara nggak pernah membicarakan tentang perasaannya. Tapi Rangga bisa melihat wajahnya yang berseri-seri, senyumnya yang lebar saat menceritakan tentang hal romantis yang Aldo lakukan padanya. Kemudian Rangga bisa melihat rasa sedih, sakit dan bimbang yang Tiara tunjukkan saat cewek itu bertengkar dengan Aldo. Kalau berbagai rasa yang saling berlawanan itu bisa disebabkan oleh satu cowok, bukankah itu berarti cinta?

Entahlah, Rangga nggak ngerti apa itu cinta. Dirinya sendiri belum pernah pacaran. Dan nggak ada niat untuk cepat-cepat mencari pacar. Baginya bersahabat dengan Tiara itu sama ribetnya dengan punya pacar. Tiara yang selalu mengingatkan Rangga untuk mengerjakan kewajiban-kewajibannya, Tiara yang khawatir saat dirinya sakit, Tiara yang minta antar-jemput saat Papanya sibuk, Tiara yang tiba-tiba nongol di rumahnya saat galau. Walaupun Rangga nggak keberatan sama sekali. Malahan Ia senang Tiara membutuhkannya.

Mungkin Rangga pernah jatuh cinta pada gadis itu di suatu waktu. Mungkin itu terjadi saat dirinya sendiri nggak mengenal kata cinta. Yang Rangga tahu, dirinya merasa kesal pada cowok-cowok yang mendekati Tiara di kelas 6 SD dulu. Makanya Rangga memberikan Tiara sebutan “kupu-kupu malam” untuk menyindir Tiara dan membuatnya kesal sehingga skor mereka jadi satu sama. Sama-sama kesal.

Tapi lama-kelamaan rasa cemburu itu menjelma menjadi rasa ingin melindungi. Menjadi rasa sayang yang nggak berubah walaupun Rangga melihat Tiara bergonta-ganti pacar. Rasa sayang yang begitu ikhlas, yang selalu membuat hatinya terasa hangat. Kalau Tiara belum juga dapat pacar atau menikah saat Ia sudah cukup umur nanti, Rangga nggak keberatan menikahi gadis itu dan menjaganya seumur hidup.

Walaupun sepertinya itu gak mungkin. Tiara pasti akan menemukan laki-lakinya. Rangga yakin.

* * *

 “Tiara kamu dimana sih? Kok jam segini belum nyampe sekolah?” Terdengar suara cemas Rangga di ujung telpon.

“Ini, ini udah deket kok, Ngga. Deket banget, semenit juga sampe!” Tiara menjawab sambil memeriksa penampilannya di kaca spion mobil.

“Oke, aku sama Shasa tunggu kamu di gerbang ya!” Klik. Telpon dimatikan begitu aja sebelum Tiara sempat membalas.

Ngapain nunggu Tiara di gerbang sekolah? Aneh-aneh aja! Dia kan bisa jalan sendiri ke kelas. Tapi kemudian Tiara ingat kejadian kemarin. Mungkin Rangga khawatir preman-preman kacangan kemarin akan mencegat Tiara di gerbang sekolah. Tapi Tiara nggak khawatir soal itu. Kalau memang Tiara dengan sialnya digangguin lagi, Ia tinggal teriak keras-keras atau melapor ke Kepala Sekolah. Susah amat! Lagipula mereka nggak akan berani berbuat macam-macam di lingkungan sekolah, iya kan?

Begitu mobil Papa berhenti, Tiara cepat-cepat keluar untuk menemui Rangga dan Shasa yang menunggunya di gerbang sekolah persis kayak patung selamat datang.

“Haiiii guysss, good morning!!!” Tiara menyapa keduanya dengan ceria dan bersemangat. Mood baiknya udah balik lagi. Ia sudah bertekad nggak akan murung-murung lagi. Emang Aldo punya kekuatan apa sampai bisa mengatur mood Tiara?

“Ha-he-ha-he, lama banget sih! Kita berdua udah berakar di sini tau gara-gara nungguin kamu!” Shasa membalas dengan jutek. Melihat wajah sahabatnya yang manyun itu, Tiara malah tertawa geli dan mencubit pipi Shasa dengan gemas.

“Ya maaaff, kalian nggak bilang sih mau nunggu di sini. Lagian tadi di depan sekolah Tommy macet, jadi lama deh!”

“Iya nih, Tiara! Pagi kita nggak “good” lagi gara-gara kita berdua disangka orang patung selamat datang yang baru!” Sahut Rangga dengan wajah sama dongkolnya. Tapi Tiara bisa melihat sorot mata lega di sana.

“Iya tau! Semua orang yang masuk sekolah pada nyapa kita berdua! Ya terpaksa kita nyapa balik juga, persis deh kayak patung selamat datang yang bisa ngomong!” Tambah Shasa.

Mendengar protes kedua temannya itu, Tiara tertawa terbahak-bahak. Bukan patung selamat datang, tapi tepatnya pagur ayu di acara mantenan! Tapi Tiara menyimpannya dalam hati sambil tersenyum geli.

“Eh, ya udah yuk masuk. Bentar lagi kan bel!” Tiara mendahului teman-temannya dan masuk ke dalam halaman sekolah. Mata Tiara otomatis melirik ke taman sekolah, tempat Baskara dan kawan-kawannya biasa nongkrong di pagi hari. Tapi kosong. Hati Tiara mencelos.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik tangannya dari kiri. Tiara menoleh kaget dan mendapati Aldo sedang memegang tangan kirinya. Kok? Ada apaan nih? Tiara mulai panik. Rangga dan Shasa yang berjalan di belakangnya juga ikut kaget dan berhenti. Tapi kemudian Rangga tersadar dari kagetnya dan berjalan ke depan untuk berada di antara Aldo dan Tiara. No way Aldo bisa menyakiti Tiara saat dirinya ada di sana. Nggak peduli Aldo itu kakak kelas atau berteman dengan preman atau memiliki badan yang lebih kekar darinya, Rangga akan tetap maju untuk melindungi sahabatnya itu.

“Aku cuma mau ngomong, Ti, please.” Aldo berkata dengan suara lembut, nyaris berbisik. Tiara yang masih kaget cuma menatap Aldo dengan pandangan nggak percaya.

“Biar aku anter kamu ke kelas sambil bicara,” tambah Aldo lagi, kemudian melirik Rangga untuk meminta persetujuan. Tapi Rangga nggak menyahut sama sekali. Ia cuma menatap Aldo dengan pandangan mencurigai.

Tiara melihat ke sekeliling Aldo, siapa tahu preman-preman kemarin bersembunyi di belakang cowok itu atau di semak-semak taman sekolah.

Aldo yang tanggap akan kekhawatiran Tiara tersenyum kecil dan berkata, “Aku sendirian kok, Ti. Aku nggak akan nyakitin kamu. Aku janji.”

Tiara mencibir dalam hati. Cih! Janji-janji palsu yang telat datangnya. Kamu udah terlanjur nyakitin aku dengan bersikap seperti kemarin tau! Tapi Tiara menangguk juga. Aldo cuma pengen ngomong, kan?

“Kalian berdua ke kelas duluan deh. Aku sama Kak Aldo.” Tiara menoleh ke Rangga dan Shasa yang sedari tadi diam membisu.

“Tapi, Ti... “ Rangga baru akan protes ketika Tiara menggeleng sambil tersenyum kecil, “Udaaahh.. Tenang aja, Ngga. Serius, deh. Sana balik!” Tiara memberi gerakan mengusir pada Rangga dan Shasa.

Rangga masih nggak berkutik. Untungnya Shasa cepat tanggap dan menarik lengan Rangga, “Udah, kita tunggu di kelas aja!”

Rangga akhirnya setuju untuk pergi, tapi matanya menatap lurus pada Aldo sampai mereka berdua berbelok di ujung koridor.

“Jadi?” Tiara mengangkat alisnya sambil melepaskan tangannya dari cengkaraman tangan Aldo.

“Sambil jalan aja,” Aldo memasukkan kedua tangannya di kantong jaketnya dan berjalan ke arah kelas Tiara.

* * *

Hati Tiara berdebar nggak karuan. Sudah beberapa menit mereka berdua berjalan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Tiara dipenuhi kecemasan, rasa ingin tahu dan juga ketakutan. Gimana kalo Aldo sedang menjebaknya? Gimana kalo ternyata Aldo berniat mempermalukannya lagi? Gimana kalo...

“Maaf ya, Ti.” Akhirnya Aldo mengeluarkan suaranya, otomatis memotong rentetan pikiran buruk Tiara. Oh, oke, Tiara kayaknya terlalu mendramatisir keadaan. Ternyata Aldo cuma mau minta maaf. Tiara menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan.

“Maaf untuk yang kemarin. Maaf karena udah nuduh kamu yang macem-macem. Maaf untuk semuanya.” Aldo menatap mata Tiara dalam-dalam. Tiara menatap Aldo balik, tapi kemudian memalingkan wajahnya dan menatap lurus-lurus ke depan. Ada sedikit kelegaan di hatinya. Paling nggak Aldo menyesali apa yang dilakukannya kemarin. Itu berarti Aldo bukan orang yang jahat kan?

Rasanya Tiara ingin balas dendam dengan nggak memaafkan Aldo, tapi kemudian Ia teringat kalau semua ini berawal dari dirinya yang cuek pada Aldo saat MOS kemarin. Aldo nggak sepenuhnya salah. Ia begitu karena kecewa. Tiara menghela napas panjang lagi. Dadanya terus saja terasa sesak. Kalau Aldo bersikap manis begini, Tiara jadi ragu akan keinginannya untuk putus. Duh, kenapa hatinya begitu plin-plan?

“Tiara?” Aldo memanggil nama Tiara lembut dan menyadarkan cewek itu dari lamunan singkatnya.

“Eh? Oh, udah aku maafin kok, Kak. Nggak apa-apa.” Tiara berusaha tersenyum tapi rasanya senyumnya jadi nggak tulus.

“Nggak apa-apa kalo kamu belum bisa maafin. Tapi aku janji semua itu nggak akan terulang. Kasih aku kesempatan ya?” Aldo berhenti berjalan dan mengenggam tangan kanan Tiara dengan kedua tangannya, meminta kesempatan seolah-olah Aldo tahu kalau Tiara berpikiran untuk putus darinya.

“I.. Iya.” Tiara menangguk kecil dan menarik tangannya dari genggaman Aldo. Ia nggak mau anak-anak lain melihat mereka, apalagi ketangkep basah sama guru. Bisa-bisa peluangnya jadi pengurus OSIS menurun drastis!

Aldo terssenyum kecil dan balas mengangguk. Tapi Tiara masih merasa ada yang mengganjal. Ini nggak bener sama sekali.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Ojek Payung
6      6     0     
Short Story
Gadis ojek payung yang menanti seorang pria saat hujan mulai turun.
Sekilas Masa Untuk Rasa
58      38     0     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
HAMPA
4      4     0     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
Coldest Husband
44      28     0     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
DEVANO
16      9     0     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
Love Arrow
5      5     0     
Short Story
Kanya pikir dia menemukan sahabat, tapi ternyata Zuan adalah dia yang berusaha mendekat karena terpanah hatinya oleh Kanya.
Di Balik Jeruji Penjara Suci
0      0     0     
Inspirational
Sebuah konfrontasi antara hati dan kenyataan sangat berbeda. Sepenggal jalan hidup yang dipijak Lufita Safira membawanya ke lubang pemikiran panjang. Sisi kehidupan lain yang ia temui di perantauan membuatnya semakin mengerti arti kehidupan. Akankah ia menemukan titik puncak perjalanannya itu?
Abay Dirgantara
177      85     0     
Romance
Sebenarnya ini sama sekali bukan kehidupan yang Abay inginkan. Tapi, sepertinya memang semesta sudah menggariskan seperti ini. Mau bagaimana lagi? Bukankah laki-laki sejati harus mau menjalani kehidupan yang sudah ditentukan? Bukannya malah lari kan? Kalau Abay benar, berarti Abay laki-laki sejati.
Kuliah atau Kerja
6      6     0     
Inspirational
Mana yang akan kamu pilih? Kuliah atau kerja? Aku di hadapkan pada dua pilihan itu di satu sisi orang tuaku ingin agar aku dapat melanjutkab sekolah ke jenjang yang lebih tinggi Tapi, Di sisi lainnya aku sadar dan tau bawa keadaan ekonomi kami yang tak menentu pastilah akan sulit untuk dapat membayar uang kuliah di setiap semesternya Lantas aku harus apa dalam hal ini?
You Are The Reason
25      18     0     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...