Read More >>"> Aku Mau (Sudah sedari dulu dan kau belum menyadarinya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku Mau
MENU
About Us  

“Hah capek,” Ujarnya seraya mengambil guling dan memeluknya erat.
Aku menyimpan kembali ponselku pada nakas dan menghampirinya yang kini sedang memejamkan mata. Aku berkacak pinggang dan menatap kesal padanya.
“Farhan diem, ya? Ayu capek,” Gumam Ayu sambil berguling memunggungiku.
“Lo tahu gue nunggu lo semaleman cuman buat mastiin lo selamet sampe rumah?” Tanyaku garang.
“Ah! Farhan berisik!” Ayu melemparkan bantal kecil ke sembarang arah dan kembali menyembunyikan wajahnya di antara bantal dan guling yang masih berada dipelukkannya.
“Terus kenapa masih di sini? Balik sana!”
“IH! FARHAN! AYU ITU CAPEK!” Teriak Ayu sambil menyingkirkan guling. Aku menutup telinga dan menghalau suara melengking Ayu dari jangkauan telingaku.
Ayu mendudukan tubuhnya di atas kasur dan bersidekap dada. Ia memalingkan wajahnya ke arah balkon. Aku berdecak melihatnya yang malah marah padaku. Aku berjalan mendekatinya. Dan duduk di sampingnya.
“Ayu,” Panggil seseorang di belakang kami. Aku dan Ayu langsung menoleh pada sumber suara.
“Kenapa tadi teriak, sayang?” Tanya bunda sambil mendekati kami.
“Farhan gangguin Ayu,” Adu Ayu yang sudah meniru kelakuan anak kecil yang baru saja dijahili.
Bunda mengangkat ke dua halisnya dan bertanya melalui isyarat matanya. “Farhan kesel bun. Ayu bilang bakalan pulang malem. Eh nongolnya tengah hari.”
Bunda tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya pelan. “Kalian ini kelakuannya masih…aja kayak anak kecil.”
“Bukan Ayu yang mulai, bun,” Bela Ayu.
“Enak aja yang kayak anak kecil di sini itu lo ya bukan gue,” Sangkalku.
“Ya kan tadi Farhan marah marah gak jelas.”
“Jelas kok. Gue punya alesannya.”
“Tapi kan Farhan gak usah marah-marah dong.”
Saat aku akan membalas ucapannya, bunda berdehem dan mengintruksi agar kami berhenti berdebat. Aku memalingkan tatapanku ke kanan. “Salaman.”
Aku mengerutkan kening. Aku melirik bunda yang kini sedang bersidekap dada di hadapan kami. “Salaman,” Ulang bunda.
Dengan masih kesal aku melirik Ayu yang juga tengah melirikku. Aku langsung membalingkan tatapan kembali. “Kalian bukan anak kecil yang harus bunda ajarin buat salaman, kan?”
Aku kembali melirik Ayu yang kini tengah menatapku dengan wajah masamnya. Dengan ogah aku mengulurkan tanganku tanpa melihatnya. “Farhan,”
Aku berdecak sebelum menghadapkan tubuhku sepenuhnya pada Ayu yang kini sedang menatap sinis kepadaku dengan tangan yang menyalamiku. Aku tak kalah menatap sinis ke arahnya.
Aku tersentak saat sebuah tangan menyapu wajah kami dengan cepat. Aku menatap ke arah bunda. “Minta maaf.”
Aku menatap Ayu. “Maaf.”
“Yang ikhlas,” Ucap bunda cepat.
“Ayu, gue minta maaf ya udah marahin lo tadi?” Ulangku dengan nada yang lebih ramah dari tadi.
Ayu diam tak menyahuti ucapanku. Ia masih menatapku sinis. “Ayu.”
“Iya iya Ayu maafin,” Ayu melepas tangannya dan memilih memeluk bantal.
“Udah, jangan berantem lagi,” Kami mengangguk kecil. Bunda berjalan keluar dari kamar meninggalkan kami berdua.
~
Aku duduk di kursi meja belajar dan menatap Ayu yang kini sudah terlelap nyenyak di atas kasurku. Aku menghela napas lelah. Tadi Ayu mengatakan alasannya pulang telat. Ia bilang jika ia ke kurangan ongkos untuk pulang karena orang tuanya tiba-tiba tidak bisa mengantarnya pulang. Dan lebih miris lagi tadi ia berjalan kaki dari rumah temannya karena ketika ia pulang sudah nyaris larut malam hingga memaksanya menginap. Aku sedikit merasa lega saat melihatnya pulang tadi. Jujur saja aku sudah mulai berpikiran negatif saat Ayu tak memberiku kabar dan pulang terlambat.
Aku bangkit dan meraih sebaskom air hangat yang tadi digunakan untuk merendam kaki Ayu yang pegal. Aku meletakkan baskom itu di dalam kamar mandi dan berlalu kembali ke dalam kamar. Kutarik selimut untuk menyelimuti tubuh Ayu yang tengah meringkuk memeluk guling. Kubenarkan sedikit posisi kepalanya di atas bantal agar lebih nyaman dan tidak menyebabkan lehernya sakit.
Aku keluar dari kamar dan membiarkan Ayu mengistirahatkan tubuhnya. Aku berjalan menuju dapur dimana bunda sedang mengemasi beberapa makanan pesanan. Aku mengambil sebuah mochi dan memakannya.
“Farhan, kebiasan kamu tuh, ya.”
Aku menarik kursi dan mendudukinya. “Abis menggoda, bun.”
Bunda menggeleng dan kembali membungkusi mochi. “Beruntung bunda bikinnya lebih dari jumlah pesanan.”
“Untung deh kalo gitu,” Aku bangkit dan hendak mengambil kembali mochi namun bunda sudah menepis tanganku terlebih dahulu.
“Bunda bikin lebihnya cuman satu.”
“Yah..bunda,” Aku kembali duduk di kursi.
“Kalo gak gitu nanti bunda rugi.”
“Bunda lebih mentingin untung daripada aku,” Aku memasang wajah cemberut.
“Terserah kamu deh, Han.”
Aku melipat kedua tanganku dan menompang dagu, menatap bunda di hadapanku. “Ayu tidur?”
“Heem,” Gumamku menjawab pertanyaan bunda.
“Kenapa tadi bawa baskom segala?” Tanya bunda sambil menyimpan mochi yang lebih terlihat seperti menjauhkannya dari jangkauanku.
“Buat kaki Ayu, katanya pegel abis jalan.”
“Oh,” Bunda kembali dengan setumpuk karton untuk bungkus makanan. “Dia udah cerita sama kamu?”
Aku mengangguk. “Kuat juga Ayu jalan sambil bawa tas besar.”
“Tas besar?”
“Iya tas besar. Tuh tasnnya ada di ruang keluarga. Tadi Ayu tiduran di sana. Katanya kalo di rumah pasti sepi mangkanya dia ke sini.” Aku bangkit dari dudukku dengan cepat. Bunda mengerutkan keningnya bingung. “Mau kemana, Han?”
“Mau ngebobol tas Ayu siapa tahu dia bawa oleh-oleh,” Jawabku semangat.
“Itu namanya gak sopan, Farhan,” Aku memanyunkan bibirku. “Gimana kalo di sana ada barang pribadi dia atau nanti ada barang yang hilang dan malah nyalahin kamu karena ngebongkar barang orang tanpa izin.”
~
Aku berdiri di depan gerbang rumah Ayu. Masih menggunakan seragam lengkap, aku memandangi jalan dimana Ayu biasa berjalan melewatinya. Sesekali aku bersiul menghilangkan kebosanan karena Ayu yang tak kunjung datang. Aku melirik jam tangan yang menunjukkan sekarang sudah jam satu siang.
Aku mengerutkan kening dan memandang ke arah jalanan. Aku tersenyum saat melihat tubuh mungil itu sedang berjalan menuju ke arahku sambil menundukkan kepalanya. Namun perlahan senyumku menghilang saat sosoknya sudah jelas terlihat. Sekujur tubuhnya nyaris basah. Belum lagi bau yang begitu menyengat.
Aku menutup hidungku saat Ayu berada satu meter di depanku. Ayu menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. Aku mengerutkan kening dan kembali menilai penampilan Ayu. Rambut yang acak-acakan, baju dan rok setengah basah, belum lagi sepatu yang sudah tidak bisa dikenali.
“Kamu kenapa?” Tanyaku masih dengan menutup hidungku.
Ayu mulai terisak. Aku ragu-ragu mendekatinya. Kutarik tangannya dan membawanya menuju rumahku. Aku berhenti tepat di depan garasi. Kulepaskan tanganku dan meraih selang yang biasa ayah gunakan untuk membersihkan mobil.
“Simpan tas kamu di tempat yang kering sama lepas sepatu kamu,” Ujarku. Ayu melepas sepatunya dan menyimpan tasnya di teras depan rumah. Ia kembali berjalan di tempat ia berdiri tadi.
~
TBC
BY L U T H F I T A

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
ONE SIDED LOVE
18      14     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Jane and His Zombie
2      2     0     
Short Story
This story is about a girl who meet a zombie and she fell in love with the zombie
Should I Go(?)
115      60     0     
Fan Fiction
Kim Hyuna dan Bang Chan. Saling mencintai namun sulit untuk saling memiliki. Setiap ada kesempatan pasti ada pengganggu. Sampai akhirnya Chan terjebak di masa lalunya yang datang lagi ke kehidupannya dan membuat hubungan Chan dan Hyuna renggang. Apakah Hyuna harus merelakan Chan dengan masa lalunya? Apakah Kim Hyuna harus meninggalkan Chan? Atau justru Chan yang akan meninggalkan Hyuna dan k...
April; Rasa yang Tumbuh Tanpa Berharap Berbalas
33      19     0     
Romance
Artha baru saja pulih dari luka masa lalunya karena hati yang pecah berserakan tak beraturan setelah ia berpisah dengan orang yang paling ia sayangi. Perlu waktu satu tahun untuk pulih dan kembali baik-baik saja. Ia harus memungut serpihan hatinya yang pecah dan menjadikannya kembali utuh dan bersiap kembali untuk jatuh hati. Dalam masa pemulihan hatinya, ia bertemu dengan seorang perempuan ya...
ALUSI
112      41     0     
Romance
Banyak orang memberikan identitas "bodoh" pada orang-orang yang rela tidak dicintai balik oleh orang yang mereka cintai. Jika seperti itu adanya lalu, identitas macam apa yang cocok untuk seseorang seperti Nhaya yang tidak hanya rela tidak dicintai, tetapi juga harus berjuang menghidupi orang yang ia cintai? Goblok? Idiot?! Gila?! Pada nyatanya ada banyak alur aneh tentang cinta yang t...
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
261      131     0     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Confusing Letter
25      17     0     
Romance
Confusing Letter
Konspirasi Asa
35      19     0     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai amb...
Love in the Past
312      257     4     
Short Story
Ketika perasaan itu muncul kembali, ketika aku bertemu dengannya lagi, ketika aku harus kembali menyesali kisah itu kesekian kali.
Sejauh Matahari
10      10     0     
Fan Fiction
Kesedihannya seperti tak pernah berujung. Setelah ayahnya meninggal dunia, teman dekatnya yang tiba-tiba menjauh, dan keinginan untuk masuk universitas impiannya tak kunjung terwujud. Akankah Rima menemukan kebahagiaannya setelah melalui proses hidup yang tak mudah ini? Happy Reading! :)