Aku menyiramnya dan membersihkan kotoran yang menempel padanya. Ayu tidak memberontak atau mengeluh padaku. Aku mematikan air saat tubuhnya sudah bersih dari kotoran dan tidak mengeluarkan bau kembali. Aku melihat Ayu yang sudah mulai menggigil kedinginan. Aku langsung membawanya menuju pintu yang menghubungkan langsung ke dapur. Aku mengambilkannya sebuah handuk dan menyelimutinya dengan handuk itu.
“Kamu tunggu dulu di sana,” Aku menunjuk kursi yang ada di dekat pintu. “Aku ambilin baju ganti buat kamu,” Ayu mengangguk.
Aku berjalan menuju kamar untuk mengambilkan baju ganti untuk Ayu. Aku mengambil baju berlengan panjang dan sebuah celana training serta sebuah switter untuk menghangatkan tubuhnya yang menggigil. Aku kembali dan memberikannya pada Ayu. Ayu mengambilnya dengan tangan yang bergetar. Ia kemudian berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
Aku berbalik dan memilih memasak air untuk menghangatkan tubuh Ayu. Kutuangkan ke dalam cangkir yang sudah aku siapkan coklat bubuk di dalamnya. Aku meletakkan cangkir itu di atas meja makan dan bertepatan dengan Ayu yang baru saja keluar dari kamar mandi. Aku mengangkat salah satu halis saat ia berjalan tidak nyaman ke arah meja makan.
“Kenapa?” Tanyaku bingung. Ayu menggelengkan kepalanya. “Ini minum dulu,” Ayu mengambil cangkir yang aku suguhkan untuknya. Ia meminumnya berlahan.
“Kalian lagi ngapain?” Aku dan Ayu menatap ke asal suara. Bunda berjalan mendekati kami. “Loh Ayu, kamu kenapa sayang?” Bunda menghanmpiri Ayu.
Aku menghela napas. “Abis aku siram, bun,” Bunda langsung menatap tajam padaku. “Abis tadi Ayu kotor terus bau lagi.”
Bunda kembali melihat Ayu yang mulai terisak kembali. Bunda memeluk Ayu. “Kenapa sayang? Coba cerita sama bunda.”
“Ayu didorong masuk ke selokan. Tapi Ayu gak tahu siapa orangnya,” Jawab Ayu yang masih terisak.
Aku yang mendengarkannya entah mengapa merasa kesal dan tanpa sadar sudah mengepalkan kuat kedua tanganku.
~
Aku memainkan gitar yang berada dipangkuanku. Memainkan sebuah lagu yang akhir-akhir ini sedang aku coba ciptakan. Aku mengangkat kepalaku saat Ayu datang membawakan cemilan dan minuman kaleng. “Tadi Farhan mainin lagu apa?”
Ayu duduk di sampingku. Aku tersenyum. “Gak, cuman asal main aja.”
“Masa?” Aku mengangguk dan kembali memetik senar gitar. “Kalo asal kok enak banget?”
Aku berhenti bermain dan kembali menatapnya. “Farhan,” Ucapku bangga dan dibalas dengan dengusan dari Ayu. Tidak mungkin jika aku mengatakan padanya jika aku sedang menciptakan sebuah lagu, yang ada nanti Ayu mendesakku untuk menyanyikannya. Apalagi lagu ini untuk sosok yang spesial.
“Eh, Farhan,” Panggil Ayu. Aku hanya bergumam dan tetap memainkan gitar. “Pas Ayu jagain eyang kan Ayu gak sekolah tuh.”
“Terus Ayu nyuruh Farhan buat bantu fotoin kak Aldi, kan?” Aku berhenti memetik gitar. “Sekarang mata fotonya?” Ayu menengadahkan tangannya ke hadapanku.
Aku berdecak pelan dan mengeluarkan ponselku dari dalam saku celana. Kuberikan pada Ayu yang langsung mengambilnya dengan semangat. Aku kembali pada gitarku namun permainanku tidak seenak tadi. Jujur moodku langsung turun.
“Kok gak ada foto kak Aldi?” Ayu menarik pelan ujung lengan kausku. Aku menatap padanya. “Kok gak ada?”
“Kan lo gak nyuruh gue nyimpen fotonya.”
“Farhan!” Aku tertawa puas melihat wajah marahnya. Ayu bangkit dari duduknya dan langsung menghujaniku dengan pukulan yang tak berasa sama sekali. Tapi yang membuatku kembali mendapatkan hangatnya adalah tawanya yang terdengar indah.
Aku meraih tangannya yang sedang memukul lenganku. Kutarik dirinya hingga terhuyung duduk dipankuanku. Ayu masih tertawa renyah. Aku tersenyum. “Kok Ayu bisa lupa, ya?”
Aku menempelkan keningku padanya. Kugesekkan pelan hidungku padanya. “Dasar,” Aku kembali tertawa tanpa terganggu dengan posisi kami.
Ternyata kamu masih sama. Sama tidak menyadari keinginanku. Keinginan agar kau tahu apa yang terjadi jika dirimu tertawa, bersedih, merajuk, cerewet, terutama saat kau tertidur di sampingku. Rasanya dunia sangat damai saat kau terlelap.
~
Mengagumi. Itu yang selalu aku lakukan setiap kali dirinya melakukan sesuatu. Mungkin terlalu lama bersama-sama membuatku mengerti apa yang sedang ia rasakan. Namun aku ragu dengan dirinya. Apakah ia bisa merasakan rasa yang menggalir cepat untuknya.
Kunikmati setiap petikan senar yang ia mainkan. Sembari memejamkan mata aku juga menikmati suara di antara bisingnya klakson kendaraan yang terjebak macet seperti kami.
Aku membuka mataku saat ia berhenti memainkan gitar dan bernyanyi. Kutatap dia yang juga sedang menatapku. “Farhan majuin mobilnya. Mobil di belakang terus-terusan ngelaksonin. Sakit telinga Ayu ngedengernya.”
Aku menatap mobil di belakang mobil kami. Aku melihat pengendaranya sudah memasang wajah super kesal. Buru-buru aku melajukan mobil karena tanpa aku sadar jalanan sudah lenggang di depan sana.
“Farhan kenapa bengong tadi?” Tanya Ayu sambil memetik senar gitar sesekali.
“Enggak,” Jawabku sambil fokus menyetir.
“Boong,” Ayu berhenti memetik gitar. “Tadi Ayu liat Farhan merem-merem.”
“Gue capek, Yu.”
“Farhan capek?” Aku mengangguk. “Yaudah gantian nyetirnya sama Ayu,” Ayu segera meletakkan gitar ke jok belakang.
“Gak papa. Tanggung, dikit lagi juga nyampe.”
“Beneran nih?” Aku mengangguk.
Aku kembali menjalankan mobil dengan fokus. Di depan kami ada kemacetan lagi, aku memperlambat laju mobil. Samar-samar aku melihat banyak orang berkerumbun di depan sana, sangat ramai.
Aku menurunkan kaca mobil dan melihat lebih jelas ke depan. Ramai orang yang berkerumbun di sana namun dapat aku lihat jika ada beberapa wartawan juga. Aku mengerutkan kening.
“Kok di depan rame banget?” Tanya Ayu. Aku memasukkan kembali kepalaku ke dalam mobil.
“Gak tahu,” Jawabku sambil melihat ke arah Ayu yang masih mengeluarkan kepalanya menatap kerumunan itu. “Coba lo searching deh.”
Ayu memasukkan kembali kepala, ia mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana. Dan mengusap-usap layar ponselnya. Bibirnya sedikit bergumam membaca halaman berita di layar ponselnya.
“Jadi?” Tanyaku sambil melajukan mobil kembali.
Ayu tidak menjawab. Aku melirik sekilas Ayu. Ia hanya diam dan terus memandangi layar ponselnya. “Yu?” Ayu masih tidak menjawab.
Aku menghentikan mobil kembali saat jalanan kembali macet. Aku membalik tubuhku menghadap Ayu.
“Ayu?”
Perlahan Ayu mengangkat wajahnya dan menatapku. Rasa khawatir langsung menjalar saat kulihat genangan di matanya. Segera kutarik pelan tubuhnya untuk kudekap. Ia menangis pelan di bahuku.
Kuambil ponselnya dan membaca apa yang tadi ia baca.
KPK Kembali Melakukan OTT Di kawasan Mekarkati Dan Menyebabkan Jalanan Macet.
Dalam OTT ini KPK menangkap GM dari perusahaan ternama LUARMA Crop…
Aku berhenti membacanya. Tubuhku kaku. Kuhela napas pelan menenangkan diriku. Ayu semakin terisak dalam dekapanku. Kuusap punggungnya pelan agar ia jauh lebih tenang, sekalipun aku tahu jika ia tidak akan tenang.
~
TBC
BY L U T H F I T A
Innocence
110
42
0
Romance
Cinta selalu punya jalannya sendiri untuk menetap pada hati sebagai rumah terakhirnya.
Innocence. Tak ada yang salah dalam cinta.
Snow White Reborn
4
4
0
Short Story
Cover By : Suputri21
***
Konyol tapi nyata. Hanya karena tertimpa sebuah apel, Faylen Fanitama Dirga mengalami amnesia. Anehnya, hanya memori tentang Rafaza Putra Adam—lelaki yang mengaku sebagai tunangannya yang Faylen lupakan. Tak hanya itu, keanehan lainnya juga Faylen alami. Sosok wanita misterius dengan wajah mengerikan selalu menghantuinya terutama ketika dia melihat pantulannya di ce...
School, Love, and Friends
289
110
0
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Di Paksa Nikah
28
15
0
Romance
Jafis. Sang Putra Mahkota royal family Leonando. Paras tampan nan rupawan. Pebisnis muda terkemuka. Incaran emak-emak sosialita untuk menjadi menantunya. Hingga jutaan kaum hawa mendambakannya untuk menjadi pendamping hidup. Mereka akan menggoda saat ada kesempatan.
Sayangnya. Sang putra mahkota berdarah dingin. Mulut bak belati. Setiap ada keinginan harus segera dituruti. Tak bisa tunggu at...
Sacrifice
94
48
0
Romance
Natasya, "Kamu kehilangannya karena itu memang sudah waktunya kamu mendapatkan yang lebih darinya."
Alesa, "Lalu, apakah kau akan mendapatkan yang lebih dariku saat kau kehilanganku?"
Woozi's Hoshi
198
103
0
Fan Fiction
Ji Hoon dan Soonyoung selalu bersama sejak di bangku Sekolah Dasar, dan Ji Hoon tidak pernah menyangka bahwa suatu hari Soonyoung akan pergi meninggalkannya...
AMORE KARAOKE
174
81
0
Romance
Dengan sangat berat hati, Devon harus mendirikan kembali usaha karaoke warisan kakeknya bersama cewek barbar itu. Menatap cewek itu saja sangat menyakitkan, bagaimana bila berdekatan selayaknya partner kerja?
Dengan sangat terpaksa, Mora rela membuka usaha dengan cowok itu. Menatapnya mata sipit saja sangat mengerikan seolah ingin menerkamnya hidup-hidup, bagaimana dia bisa bertahan mempunyai ...
Sahara
365
126
0
Romance
Bagi Yura, mimpi adalah angan yang cuman buang-buang waktu. Untuk apa punya mimpi kalau yang menang cuman orang-orang yang berbakat?
Bagi Hara, mimpi adalah sesuatu yang membuatnya semangat tiap hari. Nggak peduli sebanyak apapun dia kalah, yang penting dia harus terus berlatih dan semangat. Dia percaya, bahwa usaha gak pernah menghianati hasil. Buktinya, meski tubuh dia pendek, dia dapat menja...