Read More >>"> Zo'r : The Scientist (2 | Menjengkelkan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Zo'r : The Scientist
MENU
About Us  

25 Maret 2347

Pulau Weda, Maluku Utara

 

Bunyi denting yang berasal dari genggaman di tangan kanan Acacia membuat keheningan di ruangan itu mendadak terpecahkan, tergantikan dengan raut penasaran dari Zo’r ketika melihat Acacia menampakkan ekspresi syok setelah melihat layar pusilli-nya. “Ti-tidak mungkin!”

“Ada apa?” Vilfredo bertanya dengan nada datar, yang segera dibalas oleh Acacia dengan nada marah yang dia sembunyikan. “Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya seseorang yang suka mengusili saya.”

“Namun, kau marah,” ucap Efren tanpa memandang Acacia. “Padahal, seharusnya kau tidak perlu marah jika hanya diusili.”

“Kenapa kalian seperti sangat ingin tahu? Ini urusan saya,” Acacia mendengkus, yang langsung dibalas oleh Keela. “Karena kau juga sangat ingin tahu keinginan kami.”

Acacia baru saja kembali ingin berkata, tetapi pusilli-nya lebih dulu bergetar, membuat raut marah yang tadi ia sembunyikan kembali datang, lebih jelas. Dengan cepat, dia berjalan keluar ruangan, sambil berkata, “Sebentar, saya harus menjawab panggilan ini dulu.”

“Halo, maaf, Anda salah sambung. Saya Acacia Neara, bukan Elze. Saya tidak kenal dengan siapapun yang bernama Elze.” Dengan segera, Acacia memutuskan panggilan itu, dan kembali lagi ke dalam ruangan Zo’r.

“Karena kalian meminta, akan saya katakan, sejak beberapa hari yang lalu nomor yang sama selalu menelepon saya, mencari seseorang bernama Elze. Sudah saya tegaskan padanya, saya bukan Elze, dan kemarin, saya memblokir nomornya, tetapi hari ini, dia masih dapat menelepon saya.” Acacia menjawab tanpa ragu, tetapi Efren dengan cepat menimpali, “Kau berbohong.”

“Tidak, saya tidak. Mungkin ada yang salah dengan synesthesia-mu.” Acacia berkata dengan santai, tetapi Efren segera menyanggahnya, “Sejak dulu, penglihatanku tidak pernah salah. Sekalipun tidak. Maka dari itu, kau berbohong.”

“Baik, lupakan topik itu. Semalam, inti Iustum melakukan rapat. Saya mengusulkan untuk kalian kembali ke negara masing-masing. Iustum setuju,” Acacia menjeda ucapannya. “Namun, dengan syarat.”

“Apa itu?” Vilfredo bertanya, dengan sedikit nada kecewa. Dia pikir, mereka akan dipulangkan tanpa syarat. Segera, Acacia menjawab. “Setiap akhir bulan, kalian harus kembali ke sini. Lima hari, untuk percobaan kembali pada tubuh kalian.”

Wajah Zo’r memucat, yang pertama kali merespon adalah Xicha. Tubuhnya gemetaran, bayang-bayang akan masa lalu mereka kembali menghampiri benaknya, dengan suara yang bergetar, dia menjawab. “Ti-dak. A-ku le-bih ba-ik ting-gal di si-ni se-lama-nya di-ban-ding-kan itu.”

“Sudah saya duga, kalian tidak akan mau. Namun, tidakkah kalian tahu mengapa kami mengambil keputusan itu? Karena ... kami ingin melindungi kalian! Kalian ingin kematian ke-dua? Falsus telah bergerak. Kami harus mencegah Falsus mereplika alat di dalam tubuh kalian untuk membuat yang ke-tujuh, pengganti teman kalian, Neo. Jika tidak, kalian akan kembali dipergunakan sebagai alat penghancur dunia.” Acacia mendengkus kasar.

Zo’r diam, tidak bereaksi, tetapi beberapa dari mereka masih saja gemetaran. Mereka paham, sangat paham, tetapi apa? Tidak bisa, mereka tidak bisa. Trauma yang mereka miliki membekas, tergurat di hati mereka, yang setiap saat dapat muncul, mengingatkan mereka. Walaupun sebagian dari mereka lupa akan masa lalu mereka, tetap saja, trauma itu membekas, tanpa alasan yang jelas membuat mereka ketakutan.

“Ayolah. Percobaan yang akan dilakukan tidak seperti dulu. Kami hanya akan menon-aktifkan fungsi kerja alat itu. Karena, jika kami mengangkatnya, nyawa kalian bisa melayang. Alat itu sudah tertanam di tubuh kalian.” Acacia membujuk mereka.

“Kau, Kalian, tahu dari mana Falsus sudah mulai bergerak?” Efren bertanya dengan tajam. “Atau, kau hanya mengarang alasan itu agar kami menyetujuinya? Tidak semudah itu, tanpa kacamata pemberian Neo, synesthesia-ku akan selalu aktif, mendeteksi segala kebohonganmu.”

“Jika hanya menon-aktifkan alat itu, mengapa harus setiap bulan lima hari?” Camella menambahkan. Sejenak, raut keterkejutan muncul di wajah Acacia, tetapi segera menghilang ketika perempuan itu menjawab, “Karena menon-aktifkan alat itu tidak semudah yang kalian bayangkan. Tidak ada tombol off. Alat itu harus dimatikan secara manual.”

“Katakan sejujurnya, apa yang kalian akan lakukan terhadap kami?” Vilfredo bertanya dengan sinis, dia mempercayai synesthesia Efren. Acacia terdiam. Terbukti, dia berbohong. “Bu-kankah, su-dah ku-bilang, kami hanya akan menon-aktifkan alat itu!”

Ekspresi di wajah Acacia tidak lagi terkontrol, tidak lagi tenang. Dalam hatinya, dia berkata, berurusan dengan mereka ini ... sangat merepotkan. Melihat itu, Lucas mengukir senyum sinis, sambil berkata, “Sadar dong, kau itu baru diterima dalam Iustum. Kau tidak curiga mereka membodohimu? Kau saja tidak tahu detail kejadian dulu, tetapi aku tahu.”

“Aksel?” Xicha menyadari, yang dijawab segera oleh lelaki berkepribadian ganda itu, “Tentu saja.”

“Kau tahu, aku tidak yakin mereka hanya akan menon-aktifkan alat itu. Mereka itu serakah. Tidak mungkin mereka hanya akan menon-aktifkan alat itu, pasti ada sesuatu yang pastinya menguntungkan mereka.” Aksel berkata, dengan ekspresi khasnya, tenang, dan nada favoritnya, sinis. Berselang beberapa detik, dia kembali menambahi, “Kenapa kau masih di sini? Kau tahu jawaban kami. Meskipun kami harus tinggal di sini sampai ajal menjemput, itu tidak masalah. Kau tidak tahu betapa sakitnya masa lalu kami, dan aku ... tidak ingin itu terulang.”

Acacia pasrah, dia hendak menjawab, tetapi pusilli-nya terlebih dahulu bergetar, panggilan lagi. Dengan cepat, dia menekan tombol hijau. “Sebentar, saya harus keluar.”

“Tidak, tidak perlu keluar.” Langkah Acacia terhenti, bersamaan dengan napas Vilfredo yang terhenti sejenak. “L-luz?!”

Loud-speaker.” Luz memerintah, segera Acacia melakukannya, sehingga seluruh Zo’r yang ada di sana dapat mendengar perkataan Luz selanjutnya, “Lakukan saja apa yang sudah menjadi kesepakatan.”

Setelahnya, telepon itu diputuskan secara sepihak. Namun, sudah jelas. Luz, menyuruh Zo’r untuk menurut kepada Iustum, apapun yang akan Iustum lakukan kepada mereka. Sementara Zo’r memucat, Acacia tersenyum sambil berjalan pergi. “Bersiap-siaplah. Kalian akan dipulangkan tanggal 27 Maret. Dua hari lagi.”

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (11)
  • Molan

    Udah namatin novel zor the teenager eh ternyata ada kelanjutannya disini, telat tau :')

    Comment on chapter 0.1 | Bonus!
  • felitas3

    @shanntr asiyappp

    Comment on chapter 0 | Prolog
  • shanntr

    kerenn ceritanyaa...
    mampir ke ceritaku juga yaa:) judulnya CLAREZA jgn lupa like kak;;)

    Comment on chapter 0 | Prolog
  • felitas3

    @dede_pratiwi siap kak maaci

    Comment on chapter 0 | Prolog
  • dede_pratiwi

    Ceritanya keren. ku udah like and komen. tolong mampir ke ceritaku juga ya judulnya 'KATAMU' jangan lupa like. makasih :)

    Comment on chapter 0 | Prolog
  • felitas3

    @aisalsa09 yes, habis bunuh diri. Bukan yg di bye, world loh. Bye, world tyda ada kaitan dgn ini, hanya karakter&latar yg sama. Ini lanjutan the teenagers, dimana akhirnya Neo bunuh diri. Btw lucas di bye, world mati juga kok, itu bom yg tingkat ledakannya kuat, tapi jaraknya kecil...

    Comment on chapter 1 | Keinginan
  • aisalsa09

    Ini settingny setelah leo bilang slamat tinggak sampe jumpa kembali ya? Mati bneran nih? Kirain nggak, smua mati bneran berarti? Kecuali Lucas?

    Comment on chapter 1 | Keinginan
  • felitas3

    @ratih211 makasiih

    Comment on chapter 0 | Prolog
  • ratih211

    scifi indo? wah keren, lanjutkan

    Comment on chapter 0 | Prolog
  • felitas3

    @MiraRahayu makasihh, book 1nya yang Zo'r : The Teenagers hehehe^^

    Comment on chapter 0 | Prolog
Similar Tags
If Sarcasm is A Human Being
9      9     0     
Short Story
Apa yang terjadi jika sebuah kata sifat yang abstrak memiliki rupa dan karakteristik bak seorang manusia? Sar tidak memilih hidupnya seperti ini, tetapi ia hadir sebagai satu sifat buruk di dunia.
Reality Record
114      72     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...
I N E O
245      139     0     
Fantasy
❝Jadi, yang nyuri first kiss gue itu... merman?❞
IRIS
327      262     2     
Short Story
Alf terlahir dalam dunianya yang gelap, sementara Faye hidup dalam sisi yang berlawanan dengannya. Namun, siapa sangka jika ternyata sesekali Faye menginginkan hidup di posisi Alf. Sedangkan Alf telah memutuskan untuk mengakhiri kehidupan hitamnya, bukan beralih ke dunia putih milik Faye, namun ke kehidupan yang sebelumnya telah dipilih ibunya, Sang Pengkhianat.
Stay With Me
14      14     0     
Romance
Namanya Vania, Vania Durstell tepatnya. Ia hidup bersama keluarga yang berkecukupan, sangat berkecukupan. Vania, dia sorang siswi sekolah akhir di SMA Cakra, namun sangat disayangkan, Vania sangat suka dengan yang berbau Bk dan hukumuman, jika siswa lain menjauhinya maka, ia akan mendekat. Vania, dia memiliki seribu misteri dalam hidupnya, memiliki lika-liku hidup yang tak akan tertebak. Awal...
Orkanois
102      65     0     
Fantasy
Ini adalah kisah yang ‘gila’. Bagaimana tidak? Kisah ini bercerita tentang seorang siswa SMA bernama Maraby, atau kerap dipanggil Mar yang dengan lantang menginginkan kiamat dipercepat. Permintaannya itu terwujud dengan kehadiran Orkanois, monster bertubuh tegap, berkepala naga, dengan tinggi 3 meter, dan ia berasal dari planet Orka, planet yang membeku. Orkanois mempunyai misi berburu tubuh ...
Black Roses
864      435     0     
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
UnMate
34      26     0     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Crystal Dimension
10      10     0     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Kisah yang Kita Tahu
91      64     0     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...