Read More >>"> Secret Love Story (Complete) (Decision) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Secret Love Story (Complete)
MENU
About Us  

Tak akan pernah bisa kupahami apa artinya

Bagai secerca sinar yang mennyelusup masuk melalui celah jendela kaca

Perasaan itupun dengan perlahan menyelusup masuk, nyaris tak ada yang tahu

Bagai udara yang kuhirup sepanjang waktu

Hingga semuanya menjadi terbiasa

 

         Hatiku sudah mantap kali ini. Aku sudah melakukan segala upaya sholat istikharah dan banyak hal yang membuatku kembali menjadi dekat pada Sang Pemilik Hati. Hingga akhirnya aku mantap dengan pilihan hatiku dan menerima segala resiko yang akan ku tanggung nanti. Aku harus menemuinya, aku harus menemui Sabrina dan membuat semua ini menjadi jelas adanya antara aku dan dia. Aku memang masih belum mengerti dengan apa yang sebenarnya tersimpan jauh di dasar hatiku, apakah aku mencintai Sabrina ataukah gadis yang kerap ku panggil bocah itu. Yang jelas kini aku memutuskan terlepas dari semua perasaan itu, aku akan mengakhirinya dengan Sabrina.

         Aku akan mengakhiri kisahku dengannya kali ini dan semoga ini keputusan terbaikku. Ku ketuk pintu rumah Sabrina dan begitu terkejutnya dia melihatku berdiri tegap tepat dihadapannya saat ini. Dia tersenyum dan berbaur memelukku, pelukan yang dulu membuat jantungku berdebar-debar itu entah kenapa kini terasa biasa saja. Padahal seharusnya aku mendambakan pelukan itu karena sudah lama tidak bertemu dengannya.

         “Kok kamu nggak bilang sih Gha kalau udah balik Indonesia?” tanyanya.

         “Hmm…kejutan…,” ucapku sembari melepaskan diri dari pelukan Sabrina. Dia agak terkejut melihat perlakuanku, tapi kemudian dia mencoba untuk bersikap sewajarnya.

         “Sejak kapan kau pulang?

         “Beberapa bulan yang lalu…,”

         “Gitu ya, udah balik lama tapi baru sekarang kamu temui aku?” tanyanya sembari menuntut penjelasan dariku.

         “Ma’af…,” hanya kata itu yang bisa ku ucapkan. Dan mungkin kata itu pulalah yang akan menjadi kata  utama dalam percakapanku dengan Sabrina kali ini.

         “Ih…kamu ini…ngeselin tahu nggak. Harusnya yang ku dengar itu Sabrina aku kangen kamu gitu dan bukannya kata ma’af,” tuturnya. Beberapa menit kami hanya terdiam hingga akhirnya aku manggil namanya ketika dia sibuk membalas sms dari seseorang yang entah tak ku tahu siapa.

         “Brina…?” panggilku.

         “Ya, kenapa Gha? Eh bentar deh aku balesin sms dulu. Penting…,” ujarnya. Dan beberapa detik kemudian dia baru beralih memandangku. “Kenapa Gha?” tanyanya.

         “Brin, aku mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu…,” ucapku. Dia terkejut dan aku dapat melihat bahwa ada senyum yang ia sembunyikan di balik wajahnya yang ia buat sewajar mungkin itu.

         “Iya, mau ngomong apa?”

         “Brin, aku minta ma’af sebelumnya. Aku tahu ini akan sangat menyakitimu. Tapi….,”

         “Kenapa sih Gha, kok kamu pakek minta ma’af segala. Tadi kan udah dan aku udah ma’afin kok,” sergahnya.

         “Dengerin penjelasanku dulu sampai selesai Brin..,” ucapku dan akhirnya dia pun diam mendengarkanku.

         “Iya deh, ayo cepetan ngomong, jangan bikin aku penasaran..,” ujarnya.

         “Brina, aku rasa…akan lebih baik kalau kita…kita akhiri saja hubungan kita….,” ujarku dengan peluh yang perlahan jatuh membasahi dahiku. Aku tahu ini akan menyakitinya tapi aku harus mengatakannya,” gumamku sebelumnya.

         “Apa maksudmu Gha…,” ucapnya terkejut sembari matanya berkaca-kaca.

         “Ya Tuhan, aku tak sanggup melihatnya saat ini. Aku menyakitinya lagi..,” batinku. “Aku ingin mengakhiri hubungan kita Brin. Kita sebaiknya hanya berteman saja…,” ujarku kemudian mantap meski dalam hati aku memberontak marah pada diriku sendiri karena membuat wanita di depanku ini menjadi sedih.

         Melihatnya seperti ini aku jadi ingat kembali dengan gadis itu. Dimana dia menyembunyikan tangisnya dengan bauran air hujan yang membasahi sekujur tubuhnya dulu saat aku mengucapkan kata-kata yang kasar dan amat sangat menyakiti hatinya. Tapi dia hanya tersenyum dan menganggap seolah tak pernah terjadi apa-apa. Namun aku tahu, aku tahu dia menangis karena matanya tiba-tiba sembab yang tidak mungkin hal itu dikarenakan guyuran air hujan saja. Tapi, aku tak mau bertanya padanya kala itu. Aku tak ingin dia salah sangka dengan perlakuanku nantinya.

         “Ma’afkan aku Brina….,” ucapku lagi.

         “Kenapa? Kenapa kamu mutusin aku lagi Gha. Tidak cukupkah dulu kamu menyakitiku dengan memutuskanku tanpa alasan dan pergi dariku. Dan sekarang kamu melakukannya lagi,” ucapnya dan akupun hanya terdiam mendengar perkataannya karena memang benar nyatanya akulah yang bersalah disini dan aku tak akan member pembelaan pada diriku sendiri. “Apa salahku Gha, apa kurangnya diriku…?”

         “Kamu gak salah Brin. Kamu juga gak kurang apa-apa. Kamu memiliki segalanya dan kamu sempurnah…,”

         “Lantas, kenapa kamu memutuskanku lagi Gha?”

         “Karena ku pikir itu yang terbaik Brin. Untukku, untukmu….,” ucapku. Entah kenapa aku jadi kembali teringat status terakhir yang pernah di buat oleh gadis kecil itu ketika dulu kami masih berteman di social media. Hingga akhirnya aku pun melanjutkan perkataanku pada brina persis seperti apa yang pernah gadis itu tulis di social media dulu ,” Ini yang terbaik Brina, untukku, untukmu, untuk kita dan agama kita,”

“Aku pergi bukan karena aku membencimu. Tidak, tidak satu kalipun terselip kebencian itu di hatiku sekalipun ku ingini untuk ada. Percayalah, aku pergi untuk yang terbaik, untukmu, untukku, untuk kita dan agama kita.”

            “Jangan mengada-ngada Gha, bulshit…aku nggak percaya omongan kamu. Kalau memang benar kamu pingin yang terbaik dalam urusan agama kita kenapa kamu nggak lamar aku saja sekarang daripada kamu mutusin aku seenaknya seperti ini…,”

            “Brina, masalah pernikahan bukanlah masalah yang gampang. Bukan hanya masalah dua hati saja antara hati kamu dan aku. Tapi itu juga masalah menyatukan hati semua keluarga kita Brina dan terlepas dari semua itu adalah masalah kesiapan hati Brin. Aku belum siap untuk menikahimu..,” ujarku.

            “Kenapa? Kenapa kamu belum siap Gha. Kita sudah berpacaran selama beberapa Tahun, dan kini kamu bilang belum siap?”

            “Hubungan pernikahan gak bisa di ukur hanya dengan ukuran panjang pendeknya sebuah hubungan Brin,”

            “Lantas apa kau akan bilang kalau itu di ukur dengan hati Gha ? Tidak ada yang tahu apa yang tersimpan di dasar hatimu sana Gha. Dan mungkin saja yang menjadi alasannya bukan karena kau belum memiliki kesiapan hati, tapi karena ada wanita lain di hatimu. Benarkan dugaanku…,” ucapnya dan aku hanya bisa diam.

            “Aku tahu Gha, aku tahu kalau kamu sudah tidak memiliki rasa yang sama seperti dulu padaku Gha. Saat pertama kamu memintaku untuk kembali padamu, sempat tersirat perasaan curiga dalam hatiku kenapa kau tiba-tiba memintaku kembali. Dan hanya ada dua alasan yang ku hipotesiskan saat itu, pertama karena kau merasa bersalah telah memutuskanku dulu, kau ingin meringankan beban rasa bersalahmu dan menungguku untuk memutuskanmu lebih dulu di hubungan kita kali ini agar ak terselip lagi rasa bersalah yang mengungkungmu itu. Hipotesis keduaku adalah karena kau tidak ingin mengakui perasaanmu sendiri yang mulai tumbuh pada gadis itu…,” jelasnya.

            “Apa maksudmu Brin…?” tanyaku tiba-tiba karena dia sudah membawa gadis itu dalam pembicaraanku dengannya. Kenapa, kenapa harus gadis itu yang disalahkan. Ini salahku, ini murni kesalahanku dan bukan gadis itu,” gumamku. Apa maksudmu?” tanyaku lagi.

            “Kau menyukainya, atau mungkin kau mencintainya sekarang Gha,”

            “Kau bercanda, kau hanya ingin melampiaskan kekesalanmu dengan melibatkannya,”

            “Aku tidak bercanda Gha, apa kau tidak sadar bahwa di setiap pertemuan kita kau membicarakan gadis itu. Gadis itu yang dengan bodohnya selalu mau membantumu, gadis itu yang selalu mengganggumu dengan ini itu, gadis itu yang selalu tiba-tiba telfon mengganggu kebersamaan kita, gadis itu yang menangis, tertawa, cemberut, marah, cerewet….,”

            “Brin…..,”

            “Apa kau tidak sadar Gha, bahwa jauh di dasar hatimu, gadis itu sudah memiliki tempatnya sendiri. Tapi kau mengingkarinya, dengan memintaku kembali kau berusaha untuk mengubur dirinya dan semua perasaan-perasaanmu yang tumbuh terhadapnya yang enggan tuk kau akui…,”

            “Brina aku…………………,”

            “Sampai kapan kau akan menyadarinya Gha. Tidak tahukah kau bahwa hanya untuk menyembunyikan dan membunuh semua perasaanmu padanya kau telah menyakitinya? Dan bukankah kau tahu sendiri bahwa sekalipun kau sakiti sebesar apapun dia tetap bertahan denganmu? Kau tahu apa alasannya itu?” tanyanya dan aku tak bisa menjawab hanya menggelengkan kepalaku. “Karena sama sepertimu, dia juga menyukaimu Gha….,” ucap Brina yang tentu saja membuatku terkejut.

            Tidak mungkin. Tidak mungkin gadis itu menyukaiku. Aku memang sempat berfikir bahwa gadis itu mungkin menyukaiku, tapi segera ku tepis prasangka itu. Karena nyatanya dia hanyalah gadis yang memanfaatkanku agar aku selalu membantunya dan mengantarnya kemana-mana karena dia tidak dekat dengan satupun anak lelaki lainnya.

            “Kenapa Gha, kamu tidak percaya bahwa dia bisa tetap menyukaimu meski telah kau sakiti?” tanya Brina lagi. “Itu karena dia menyukaimu dengan sewajarnya Gha. Sewajar-wajarnya cinta, hingga tak terselip secuil kebencianpun dalam hatinya karena perlakuanmu. Dia berbeda denganku Gha, aku mencintaimu begitu besar, hingga aku memiliki keegoisan untuk memilikimu seutuhnya dan selamanya, bahkan meskipun aku tahu bahwa alasan kau memintaku kembali adalah dari dua hal yang telah ku jelaskan tadi,”

            “Brina…aku……………,”

            “Aku mema’afkanmu Gha. Baik dulu, atau sekarang. Dan aku terima kau memutuskanku. Aku bukannya tidak punya harga diri karena tidak memutuskanmu terlebih dahulu meskipun ku tahu kemana arah pembicaraan kita beberapa menit yang lalu. Tapi, aku memang ingin kau yang meminta untuk memutuskanku lebih dulu, agar kau merasakan beban kesalahan itu lagi hingga kelak di kemudian hari kau tak kan lagi menyakiti hati-hati yang lain,”

            “Ma’af…..,”

            “Sudahlah sampai kapan kau akan mengucapkan kata itu. Aku akan mema’afkanmu jika kau bersedia menikahiku…,” candanya. “Lalu, setelah ini apa yang akan kau lakukan? Kau akan tetap mencarinya…?” tanyanya yang sontak membuatku terkejut. “Jangan terkejut, aku tahu. Aku tahu kau mencarinya selama beberapa bulan ini. Dan jangan kau pikir bahwa aku tidak tahu kau sudah kembali beberapa bulan yang lalu…,”

            “Kau…kau tahu darimana?

            “Soal apa ? Soal yang kamu habiskan waktumu untuk mencarinya? Atau soal kamu yang nyatanya sudah kembali beberapa bulan yang lalu? Aku tahu. Cukup kamu tahu kalau aku tahu itu saja, entah darimana sumbernya….”

            “Ma’af….,”

            “Tuh kan kamu mengucapkan itu lagi. Sudah simpan jutaan kata itu untuk gadis itu setelah kau bertemu dengannya. Karena sesungguhnya dia yang lebih berhak menerima ribuan kata-kata itu darimu…,”

            “Iya,” ucapku.

            “Kembali ke pertanyaanku tadi, setelah ini apa yang akan kamu lakukan?”

            “Em…aku akan kembali ke Singapura. Meneruskan kuliahku sampai lulus dan segera mencari pekerjaan,” ucapku tegas.

            “Kau sudah menyerah atasnya?

            “Maksudmu?”

            “Kau sudah menyerah untuk mencarinya?”

            Aku menggeleng. “Tidak, aku tidak menyerah. Hanya saja lebih dari inginku untuk menemukannya aku lebih ingin untuk memperbaiki diriku terlebih dahulu sebelum aku bertemu dengannya nanti..,”

            “Ah…jadi omongan kamu tentang agama tadi benar adanya. Ma’af aku sempat menghina dan mengataimu tadi karena emosi,”

            “Hmmm…tak apa….,”

            “Syukur deh kalau gitu. Aku seneng kalau kamu berubah menjadi lebih baik karena dia,”

            “Bukan, bukan karena dia Brin. Aku pingin menjadi pribadi yang lebih baik karena Allah. Hingga dengan begitu meskipun jika nantinya aku memang tidak di takdir yang sama dengannya, aku tidak akan kehilangan alasannku untuk menjadi pribadi yang baik,”

            “Wahhh…aku salut sama kamu. Duuuhhhh…kamu jadi bikin aku tambah…….. Hehe..gak jadi kita kan udah putus…,”

            “Hahaha…kamu tuh. Sekalipun kita udah putus kita masih bisa temenan kan?”

            “Ya, iyalah tentu saja,”

            Akhirnya akupun merasa lega setelah mengakhiri hubunganku dengan Sabrina. Kini, kedepannya aku hanya akan fokus dengan apa yang sudah aku putuskan. Selepas dari rumah Sabrina aku balik ke rumah dan menghabiskan waktuku bersama dengan keluargaku selagi bisa karena waktuku tiga hari saja di rumah terhitung sejak besok sebelum akhirnya aku akan kembali ke Singapura untuk meneruskan Magisterku.

*****

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • diyaaaa

    Ceritanya bagus, menginspirasi.
    baca ceritaku juga ya,

    Comment on chapter Di Batas Rindu
Similar Tags
Just a Cosmological Things
7      2     0     
Romance
Tentang mereka yang bersahabat, tentang dia yang jatuh hati pada sahabatnya sendiri, dan tentang dia yang patah hati karena sahabatnya. "Karena jatuh cinta tidak hanya butuh aku dan kamu. Semesta harus ikut mendukung"- Caramello tyra. "But, it just a cosmological things" - Reno Dhimas White.
(Against) The Evolutionary
3      2     0     
Short Story
LARA
84      40     0     
Romance
Kau membuat ku sembuh dari luka, semata-mata hanya untuk membuat ku lebih terluka lagi. Cover by @radicaelly (on wattpad) copyright 2018 all rights reserved.
Delapan Belas Derajat
117      33     0     
Romance
Dua remaja yang memiliki kepintaran di atas rata-rata. Salah satu dari mereka memiliki kelainan hitungan detak jantung. Dia memiliki iris mata berwarna biru dan suhu yang sama dengan ruangan kelas mereka. Tidak ada yang sadar dengan kejanggalan itu. Namun, ada yang menguak masalah itu. Kedekatan mereka membuat saling bergantung dan mulai jatuh cinta. Sayangnya, takdir berkata lain. Siap dit...
Mankind's Silhouette
3      3     0     
Short Story
Only if we would look behind, we could know the danger that were looming into our shadow
Princess Harzel
101      40     0     
Romance
Revandira Papinka, lelaki sarkastis campuran Indonesia-Inggris memutuskan untuk pergi dari rumah karena terlampau membenci Ibunya, yang baginya adalah biang masalah. Di kehidupan barunya, ia menemukan Princess Harzel, gadis manis dan periang, yang telah membuat hatinya berdebar untuk pertama kali. Teror demi teror murahan yang menimpa gadis itu membuat intensitas kedekatan mereka semakin bertamba...
Mars
18      6     0     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Dream Of Youth
5      5     0     
Short Story
Cerpen ini berisikan tentang cerita seorang Pria yang bernama Roy yang ingin membahagiakan kedua orangtuanya untuk mengejar mimpinya Roy tidak pernah menyerah untuk mengejar cita cita dan mimpinya walaupun mimpi yang diraih itu susah dan setiap Roy berbuat baik pasti ada banyak masalah yang dia lalui di kehidupannya tetapi dia tidak pernah menyerah,Dia juga mengalami masalah dengan chelsea didala...
Koma
175      31     0     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
Du Swapped Soul
112      36     0     
Fantasy
Apa kamu pernah berasumsi bahwa hidupmu lah yang paling sempurna? Apakah kamu pernah merasakan rasanya menjalani kehidupan orang lain? Dan apakah... kamu pernah mempunyai sahabat yang aneh, tapi setia? Kalau belum, kau akan menemukan semuanya di sini, di kehidupan Myung-Joo yang akan diperankan oleh Angel.