Read More >>"> Kamu, Histeria, & Logika (20. Ornamen Sedih) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu, Histeria, & Logika
MENU
About Us  

"Dit, sadar, woi!" Keras, Abriel mengguncang bahu Adit yang sedang membenamkan kepalanya di atas kedua tangannya. Sejak Abriel tiba di kelas pagi itu, Adit sudah seperti itu. Sudah enam kali Abriel memanggil Adit, tapi cowok berbadan besar itu tidak juga menyahut.

Akhirnya Adit mau mengangkat wajahnya. "Gue bikin kesalahan fatal, El, sama Audrey."

"Audrey? Bukannya tiga hari yang lalu lo baru jadian sama Andine?"

"Gue jadian sama Andine karena gue nggak dapat aja kejelasan sama Audrey. Andaikan semalam Audrey mau nerima gue, gue pasti bakal jujur ke Andine. Kita putus gitu." Adit pun lalu melanjutkan menceritakan pada Abriel akar mula kegelisahannya. "Abis itu, jelas Audrey marah. Sampai sekarang dia nggak angkat telepon gue. Menurut lo gue harus gimana?"

"Kampret emang lo. Auk ah, gue nggak tahu mesti bilang gimana."

Adit menggosok-gosok wajahnya dengan frustasi. 

"Beresin urusan lo satu-satu," ujar Abriel berusaha bersikap lebih netral. "Kalau gitu, pertama-tama lo jujur dulu sama Andine."

Adit tampak berpikir sejenak. "El, gue nggak bisa menjelaskan ke lo gimana perasaan gue bisa terasa senyata itu semalam. Gue yakin gue udah jatuh cinta sama Audrey. Dan ajaibnya rasanya nggak enak banget. Mungkin karena gue ngerasa perasaan gue itu sepihak. Gue bahkan belum tidur sejak semalam karena mikirin ini."

"Kelihatan, kok. Tuh, muka lo bentuknya aja hati."

"Gue nggak becanda, Nyet."

"Lagian siapa juga yang becanda?" tukas Abriel meskipun tetap membiarkan Adit menemukan cengiran gelinya.

Adit kembali menarik napas panjang. "Gue jahat banget, bener kata lo. Semua cewek yang gue dekatin pasti bisa merasakan itu. Komitmen membuat gue nggak nyaman. Apa gue akan ngerasain kayak gitu kalau yang gue dapat itu Audrey? Sampai kapan Audrey ngediemin gue, ya?"

"Ciuman itu sakral, Dit. Setidaknya buat gue itu memberikan ikatan. Bayangin aja, dalam sepersekian detik kalian berbagi napas, udara... gue pun bakal segila lo kalau gue ngalamin itu," renung Abriel. "Tapi mungkin memang bagi lo ciuman itu nggak sesakral kayak gue. Lo clubbing pun bisa dapetin bibir cewek mana aja. Tapi, Dit, please deh. Untuk orang yang benar-benar lo sayang, lo harus menghargai pilihan dia juga, perasaan dia. Kalau dia nggak menginginkan itu dari lo, lo nggak boleh maksain kehendak lo. Audrey pantas marah sama lo. Dan lo pantas banget buat dapetin maaf dari dia gimanapun caranya."

Adit mengangguk, meresapi ucapan sahabatnya.

"Gue jadi penasaran, kayak apa sih tampang si Audrey ini. Yang bisa bikin anak gorila gue sampai kayak gini. Aneh," seloroh Abriel.

"Sama halnya gue yang penasaran sama Angsa lo. Yang bikin lo seancur ini..." timpal Adit cepat.

Abriel berdecak mendengar balasan dari ucapannya ke Adit.

"Dit, Angsa gue udah gue lepas. Lihat gue sekarang, lebih plong, kan? Itu karena gue berani ambil keputusan."

"Seriusan? Akhir-akhir ini lo rada tertutup, gue jadi nggak tahu perkembangan percintaan lo sekarang kayak gimana."

Abriel terkekeh pelan. Kalau ia harus menceritakan semuanya pada Adit sekarang, rasa-rasanya ia belum sanggup.

"Gitulah. Jalan kita nggak ada yang tahu. Intinya, kalau semuanya soal waktu, pemenangnya pasti batu. Gue nggak punya kesabaran untuk menunggu terus-terusan seperti itu. Nggak bareng-bareng dia itu bikin gue diujung tanduk. Kapan aja gue bisa mati tertusuk. Bahkan kalau gue terbuat dari batu, sekejap aja gue bakalan retak. Gue sepertinya memang bukan batu yang tepat buat dia."

"Yaaah. Selesai dong cinta-cintaan lo sama si Angsa ini," komentar Adit sambil menghela napas, seolah dirinya ikut terluka mendengar kenyataan pahit dari mulut sahabatnya itu.

"Tapi, Irena balik. Sepertinya gue bakalan nyoba membuka hati gue lagi."

Kening Adit sontak berkerut. "Widih. Yang ini nih yang bahaya! Cinta lama yang belum kelar. Terus gimana sama bapaknya dia tuh yang ribet? Eh, bukannya doi sekarang jalan sama siapa tuh..."

"Itu dia, kita masih coba cari jalan keluarnya," ujar Abriel, suaranya mendadak melamun, tak yakin atau terlalu malas memikirkan lebih jauh. "Baru semalam gue sama Irena ngomongin semuanya. Kita bakal coba pelan-pelan. Nggak yakin ending-nya gimana, tapi gue punya perasaan hubungan ini patut diteruskan... yang jelas kita berdua pengin jalanin semuanya rileks dan mengalir aja kayak air. Nggak ada yang dipaksakan. Nggak ada yang boleh sakit hati."

Namun sebelum Adit akan menanggapi lagi, bel masuk kelas berbunyi. Saking seriusnya mereka mengobrol, mereka berdua tidak menyadari kalau semua bangku kelas sudah terisi. Dan setiap murid tampak sedang sibuk mengerjakan sesuatu di buku tugas mereka. Itu bukanlah pemandangan lumrah andai saja mereka menyadari lebih awal.

Tomi membalikkan badan kepada kedua temannya yang barusan itu bak terkurung di dalam gelas kaca raksasa, tidak terpengaruh dengan hiruk-pikuk di kelas mereka.

"Ceweeeek mulu yang dipikirin—Audrey-lah, Angsa-lah. Lieur urang. Udah beres belum tugas Biologi Pak Irawan? Muncrut aja kalau belum ngerjain, soalnya nilainya sama dengan tugas besar."

Baik Abriel maupun Adit otomatis saling berpandangan. Bulu kuduk Adit sontak meremang membayangkan ekspresi guru killer mereka jika tahu dua murid yang suka bikin ulah, sama sekali belum mengerjakan tugasnya.

"Mampuuus," pekik Adit buru-buru mengeluarkan buku tugasnya.

Abriel menghela napas panjang dan dalam, dikeluarkannya buku tugasnya. Namun, serta-merta ia terperangah, takjub sendiri karena nyatanya ia sudah mengerjakan buku tugas itu hingga halaman terakhir, lengkap dengan beberapa potong guntingan photocopy-an sumber data yang ia gunakan.

"Nyet, ada untungnya juga kemarinan gue jadi zombi. Nyatanya gue udah ngerjain sampai dengan halaman terakhir. Bukan cuma Biologi seingat gue..."

"Anjrit," itulah umpatan Adit sebelum dengan gabut dan tergesa-gesa mengerjakan tugasnya.

Sekali lagi Abriel mengernyit takjub, memandangi tugasnya yang dikerjakan dengan begitu sempurna untuk standarnya sendiri. "Gue bener-bener pernah segila ini ternyata. Sekali-sekali bolehlah hati gue dibikin babak-belur..."

"Sini dong pinjam, gue nyontek," sela Adit sembari membuka halaman depan tugas Abriel, mengerucutkan bibirnya dengan serius ketika memindahkan jawaban ke buku miliknya.

Waktu luang itu pun kemudian digunakan Abriel untuk membalas chat yang masuk dari Irena. Dan untuk sementara baik Audrey maupun Angsa terlupakan dari pikiran cowok-cowok itu.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (19)
  • Cassanouva

    Teenlit namun lbh matang. Metropop namun tidak ngepop amat. Kadarnya pas, bakal lanjut membaca cerita cantik ini. Trims Author untuk cerita ini

    Kalau suda beres saya akan kasih review.

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • ruriantysavana

    ka cek inbox ya aku ada pertanyaan2 tentang cerita ini
    mau di sini tp tkt spoiler hehe, thx

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • ala_fifi

    baca karya ini jd pgn nulis yg bagus jg rasanya, pgn latihan banyak biar bisa gini

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • Retha_Halim

    Good job, Author. On chaper41

    Comment on chapter 41. Dua Hati (TAMAT)
  • yurriansan

    diksinya mantep banget, kudu banyak belajar nih

    Comment on chapter 2. Pantomim Waktu
  • Andrafedya

    @firlyfreditha silakan dibaca sampai beres, kalau masih blm ketemu nanti kukasih tau deh :)

    Comment on chapter 14. Saling Melarutkan
  • Andrafedya

    @ayuasha febby baik, cuma temperamental. Tapi dia juga punya sisi baik, kok :) terima kasih sudah membaca

    Comment on chapter 14. Saling Melarutkan
  • firlyfreditha

    bersetting tahun brp kak?

    Comment on chapter 3. Pemantauan
  • ayuasha

    kesel sama Febby sumpah

    Comment on chapter 9. Tergelincir
  • Andrafedya

    @defreeya selamat membaca, jangan berhenti ya. Terima kasih banyak buat apresiasinya

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
Similar Tags
No, not love but because of love
37      26     0     
Romance
"No, not love but because of love" said a girl, the young man in front of the girl was confused "You don't understand huh?" asked the girl. the young man nodded slowly The girl sighed roughly "Never mind, goodbye" said the girl then left "Wait!" prevent the young man while pulling the girl's hand "Sorry .." said the girl brushed aside the you...
Aleya
0      0     0     
Romance
Kau memberiku sepucuk harapan yang tak bisa kuhindari. Kau memberiku kenangan yang susah untuk kulupakan. Aku hanyalah bayangan bagimu. Kita telah melewati beberapa rute tetapi masih saja perasaan itu tidak bisa kukendalikan, perasaanmu masih sama dengan orang yang sama. Kalau begitu, kenapa kau membiarkan aku terus menyukaimu? Kenapa kau membiarkan aku memperbesar perasaanku padamu? Kena...
Salendrina
31      22     0     
Horror
Salendrina adalah boneka milik seorang siswa bernama Gisella Areta. Dia selalu membawa Boneka Salendrina kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolahnya. Sesuatu terjadi kepada Gisella ketika menginjakan kaki di kelas dua SMA. Perempuan itu mati dengan keadaan tanpa kepala di ruang guru. Amat mengenaskan. Tak ada yang tahu pasti penyebab kematian Gisella. Satu tahu berlalu, rumor kematian Gisella mu...
Renjana: Part of the Love Series
6      6     0     
Romance
Walau kamu tak seindah senja yang selalu kutunggu, dan tidak juga seindah matahari terbit yang selalu ku damba. Namun hangatnya percakapan singkat yang kamu buat begitu menyenangkan bila kuingat. Kini, tak perlu kamu mengetuk pintu untuk masuk dan menjadi bagian dari hidupku. Karena menit demi menit yang aku lewati ada kamu dalam kedua retinaku.
THE LIGHT OF TEARS
128      47     0     
Romance
Jika mencintai Sari adalah sebuah Racun, Sari adalah racun termanis yang pernah Adam rasakan. Racun yang tak butuh penawar. Jika merindukan Sari adalah sebuah kesalahan, Sari adalah kesalahan terindah yang pernah Adam lakukan. Kesalahan yang tak perlu pembenaran. Jika menyayangi Sari adalah sebuah kegelapan, Sari adalah kegelapan yang hakiki yang pernah Adam nikmati. Kegelapan yang tak butuh pene...
To The Girl I Love Next
8      8     0     
Romance
Cinta pertamamu mungkin luar biasa dan tidak akan terlupakan, tetapi orang selanjutnya yang membuatmu jatuh cinta jauh lebih hebat dan perlu kamu beri tepuk tangan. Karena ia bisa membuatmu percaya lagi pada yang namanya cinta, dan menghapus semua luka yang kamu pikir tidak akan pulih selamanya.
Aku dan Dunia
8      8     0     
Short Story
Apakah kamu tau benda semacam roller coaster? jika kamu bisa mendefinisikan perasaan macam apa yang aku alami. Mungkin roller coaster perumpamaan yang tepat. Aku bisa menebak bahwa didepan sana ketinggian menungguku untuk ku lintasi, aku bahkan sangat mudah menebak bahwa didepan sana juga aku akan melawan arus angin. Tetapi daripada semua itu, aku tidak bisa menebak bagaimana seharusnya sikapku m...
ketika hati menentukan pilihan
5      5     0     
Romance
Adinda wanita tomboy,sombong, angkuh cuek dia menerima cinta seorang lelaki yang bernama dion ahmad.entah mengapa dinda menerima cinta dion ,satu tahun yang lalu saat dia putus dari aldo tidak pernah serius lagi menjalani cintanya bertemu lelaki yang bernama dion ahmad bisa mengubah segalanya. Setelah beberapa bulan menjalani hubungan bersama dion tantangan dalam hubungan mereka pun terjadi mula...
JEANI YOONA?
5      5     0     
Romance
Seorang pria bernama Nicholas Samada. Dia selalu menjadi korban bully teman-temannya di kampus. Ia memang memiliki tampang polos dan bloon. Jeani seorang perempuan yang terjebak di dalam nostalgia. Ia sangat merindukan seorang mantan kekasihnya yang tewas di bunuh. Ia susah move on dari mantan kekasihnya hingga ia selalu meminum sebuah obat penenang, karena sangat depresi. Nicholas tergabung d...
Reason
6      6     0     
Romance
Febriani Alana Putri, Perempuan ceria yang penuh semangat. Banyak orang yang ingin dekat dengannya karena sikapnya itu, apalagi dengan wajah cantik yang dimilikinya menjadikannya salah satu Perempuan paling diincar seantero SMA Angkasa. Dia bukanlah perempuan polos yang belum pernah pacaran, tetapi sampai saat ini ia masih belum pernah menemukan seseorang yang berhasil membuatnya tertantang. Hing...