Read More >>"> Without Guileless (Chapter 1 ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Without Guileless
MENU
About Us  

Rintik hujan menghiasi pagi ini. Langit seolah merasa kasihan terhadap bumi yang semakin hari suhunya semakin tinggi, mungkin bumi butuh air yang bisa meredakan rasa gerahnya. Ardhi menatap keluar jendela. Lagi-lagi hujan, pikirnya. Padahal tadi pagi ia melihat ramalan cuaca hari ini akan diprediksikan cerah, tapi yah itulah ramalan, hanya perkiraan yang tidak tahu apakah akan menjadi nyata atau tidak. Dengan santai Ardhi melangkah kearah dapur di rumah minimalisnya. 

Ardhi. Ardhi Wicaksono. Nama yang tidak diketahui oleh banyak orang, ia lebih suka menyendiri dan tidak terikat dengan hal apa pun. Ardhi bukanlah orang yang pandai bergaul, tapi jika ia membutuhkan pasti orang- orang akan membantunya dengan senang hati. Ardhi, hanyalah seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan swasta yang ada di Jakarta. Kesahariannya bisa dibilang membosankan. Hanya berualang, itu-itu saja tidak ada perubahan sedikit pun. 

Bukan berarti Ardhi adalah orang yang bodoh. Ia hanya tidak suka menjadi pusat perhatian. Ia lebih suka bermain di zona aman. Bahkan jika ada penghakiman tentang orang yang dosanya paling sedikit, Ardhi bisa menjadi orang yang berada di nominasi itu, Juga, ia menyukai hal yang berhubungan dengan seni. Ia menyukai hal yang sempurna,  tidak ternoda apa pun. 

Drrtt...Drrtt...

Ardhi menoleh ke meja makannya, handphonenya berbunyi. Ada pesan dari bos di kantornya, mengingatkannya agar tidak terlambat hari ini. Ardhi menatap malas, dan memasang muka masam. Ia rasa, Olivia, orang yang tadi itu menyukainya, namun sejauh ini hanya mau main kode. Tapi, Ardhi a tetaplah Ardhi, orang yang tidak ingin terikat apalagi dengan hal yang menurutnya tidak mempunyai nilai seninya sedikit pun. Sudah hampir tiga tahun ia bekerja di kantornya, dari awal tahun hingga sekarang perempuan itulah yang sering mengganggu Ardhi. Ia risih, tapi tidak mau menegurnya, karena menurutnya Olivia masih bisa berguna untuknya. Ardhi hanya membalas, oke nanti saya jemput. Singkat, padat dan jelas. Ardhi segera memasak telur yang telah ia ambil tadi, kemudian memakannya dengan diam. 

Hening. Setiap pagi akan selalu begitu di rumah Ardhi. Karena faktor ia tinggal sendiri dan juga, faktor banyak yang tidak terlalu menginginkannya di dunia ini. Orang tuanya, contohnya. Ayah dan ibunya sama - sama orang bisnis, yang memang kala itu tidak berencana untuk mempunyai anak. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana caranya mngumpulkan uang lalu menjadi orang terkaya di dunia. Tapi, karena ketidaksengajaan, muncullah seorang Ardhi. Anak yang tidak punya salah tapi harus disalahkan oleh orang tuanya sendiri. 

Kau tahu kan, kalau orang yang gila kerja, jika ketahuan hamil akan sangat merepotkan? Yah setidaknya itulah yang dirasakan oleh ibunya Ardhi, Embun.  Ia risih, tapi tidak jijik, hanya saja bayi yang dikandungannya itu membuatnya kesusahan untuk perjalanan bisnis jarak luar negri.  Juga banyak dari orang kantor yang mengatakannya sedikit berubah, ada yang bilang ia lebih emosian dan ada juga yang bilang ia menjadi sangat tenang diwaktu tertentu. Embun tidak merasa ada yang salah dengan itu semua, menurutnya di dalam dirinya yang saat itu berbadan dua, ya wajar saja mungkin memang itu bawaan anaknya. 

Sejak kecil, Ardhi memang anak yang pendiam, tidak terlalu suka bergaul, tapi itu di rumah lain halnya dengan di lingkungan luar. Ia tumbuh menjadi anak yang dikenal oleh beberapa orang,  Hampir setengah dari eskrakulikuler di sekolahnya ia ikuti, dari basket, voli, bahkan debat sekali pun. Ardhi memang merencanakan segala sesuatunya untuk tidak cepat pulang ke rumah. Karena di rumah, ia tidak memilki siapa pun, tidak memiliki orang yang bisa dekat dengannya, orang yang bisa ia manfaatkan sesuka hati. Ardhi, mungkin bisa dibilang orang yang bermuka dua, namun hanya untuk kepentingan yang mendesak. 

"Dhi, nanti pas pulsek, tolong ajarin gue ini dong yang soal logaritma itu loh. Gue masih belum ngerti nih" Ardhi menatap orang yang sedang berbicara padanya, lalu tersenyum, "Iya nanti gue bantu, kalau ga sempet, kita telponan aja ya." Lalu Ardhi mengeluarkan buku catatan hariannya sambil tetap tersenyum penuh makna. 

Ardhi kembali mengingat sedikit tentang kisahnya di SMA. Waktu itu, kalau tidak salah Vina meminta bantuannya untuk mengerjakan soal logaritma, tanpa disangka Vina bisa ia manfaatkan untuk kepuasannya tersendiri. Vina, anak yang baik, malah terbilang hampir mendekati kata suci, tapi karena ia terlalu baik, Ardhi jadi berpikir dua kali. Di dunia ini, tidak ada yang namanya orang suci, sekalipun bayi yang baru dilahirkan. Maka, orang-orang yang hampir menyentuh kata suci harus ditiadakan, begitu kata Felix, teman Ardhi. Ardhi tidak setuju dengannya, walaupun akhirnya seorang Vina tetap ia manfaatkan untuk mengerjakan tugasnya yang lain 

Ardhi, tidak pernah mau untuk memusnahkan seseorang, menurutnya manusia itu butuh belas kasih, manusia itu perlu dikasihani. Yah walaupun bisa berguna sedikit sih, dimanfaatkan tapi bukan untuk dimusnahkan.  Tapi, yah begitulah Felix, ia tidak pernah setuju dengan Ardhi, menurutnya Ardhi itu terlalu penakut untuk menunjukkan jati diri seorang manusia yang penuh dengan dosa. Ardhi hanyalah seorang pengecut yang akan terus hidup dalam bayang bayang. Ardhi mungkin orang yang friendly tapi itu untuk orang yang ia sudah kenal saja. Bukan orang asing yang ia temui diujung jalan. Tidak, Ardhi terlalu takut untuk memulai sebuah obrolan yang akan berlanjut untuk keesokan harinya. 

Ardhi bukanlah Felix yang akan mendapatkan teman ditiap tikungan jalan, entah itu di usia yang setara, lebih muda, bahkan lebih tua. Menurutnya Felix itu orang yang istimewa, apa pun yang tidak bisa dilakukan oleh Ardhi, pasti Felix dapat melakukannya. Lagi, Felix selalu muncul disaat yang tepat, saat Ardhi dalam keadaan susah dan darurat. 

"Mas Ardhi, ini laporan yang kemarin mas Ardhi minta," ucap Ningsih, asistennya. "Taruh aja di meja saya, makasih ya" sambil tersenyum lalu Ardhi kembali berkutik dengan laptopnya. Menyelesaikan beberapa proyek yang belum ia periksa sejak kemarin. Ardhi adalah seorang manager dari salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang jasa ekspedisi. Perusahaan yang ia naungi ini bergerak di jasa pengiriman mobil dan motor. Hampir tiap minggu omzetnya naik. Tapi, walaupun begitu masih saja ia sering ditegur oleh bosnya karena dirasa masih kurang, masih tidak memuaskan. 

Tiba-tiba ada notif dari handphonenya, itu dari Bayu, orang yang tidak ingin ditemui Ardhi, orang yang sudah Ardhi hapus selama bertahun-tahun. Mungkin kalau dibilang siapa orang terbrengsek yang pernah ada, Ardhi akan menjawab orang itu adalah Bayu, Bayu Pratama. Bocah tengil yang dulu hampir membuat Ardhi terbunuh. Melihat namanya terpampang di ponselnya saja Ardhi ingin muntah. Ingin melempar jauh-jauh handphonenya. Akhirnya dengan berat hati, ia membuka notif itu. Bayu, hanya basa basi, mungkin ingin meminjam uang, bisa juga meminta kerjaan. 

Begitulah manusia, tidak ada yang benar benar baik. Tidak ada juga yang benar-benar mau menolong tanpa imbalan. Semuanya itu ada harga dan ada kualitas. Ardhi tidak pernah mempercayai yang namanya manusia, karena menurutnya manusia itu sama saja, sama-sama brengsek. Baik kalau ada butuhnya saja maka dari itu ia melakukan hal yang sama kepada orang lain. 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Phi
51      39     0     
Science Fiction
Wii kabur dari rumah dengan alasan ingin melanjutkan kuliah di kota. Padahal dia memutus segala identitas dan kontak yang berhubungan dengan rumah. Wii ingin mencari panggung baru yang bisa menerima dia apa adanya. Tapi di kota, dia bertemu dengan sekumpulan orang aneh. Bergaul dengan masalah orang lain, hingga membuatnya menemukan dirinya sendiri.
PUBER
57      41     0     
Romance
Putri, murid pindahan yang masih duduk di kelas 2 SMP. Kisah cinta dan kehidupan remaja yang baru memasuki jiwa gadis polos itu. Pertemanan, Perasaan yang bercampur aduk dalam hal cinta, serba - serbi kehidupan dan pilihan hatinya yang baru dituliskan dalam pengalaman barunya. Pengalaman yang akan membekas dan menjadikan pelajaran berharga untuknya. "Sejak lahir kita semua sudah punya ras...
Forget Me After The Rain
11      11     0     
Short Story
\"Kalau begitu, setelah hujan ini, lupakan aku, seperti yang aku lakukan\" Gadis itu tersenyum manis
Sisi Lain Tentang Cinta
6      6     0     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Strange Boyfriend
9      9     0     
Romance
Pertemuanku dengan Yuki selalu jadi pertemuan pertama baginya. Bukan karena ia begitu mencintaiku. Ataupun karena ia punya perasaan yang membara setiap harinya. Tapi karena pacarku itu tidak bisa mengingat wajahku.
Partial
17      17     0     
Short Story
Tentang balas dendam yang biasa saja. Tentang niat membunuh seekor babi dengan kebenciannya.
The Alter Ego of The Ocean
13      13     0     
Short Story
\"She always thought that the world is a big fat unsolved puzzles, little did she knew that he thought its not the world\'s puzzles that is uncrackable. It\'s hers.\" Wolfgang Klein just got his novel adapted for a hyped, anticipated upcoming movie. But, it wasn\'t the hype that made him sweats...
Well The Glass Slippers Don't Fit
62      44     0     
Fantasy
Born to the lower class of the society, Alya wants to try her luck to marry Prince Ashton, the descendant of Cinderella and her prince charming. Everything clicks perfectly. But there is one problem. The glass slippers don't fit!
Nina and The Rivanos
187      99     0     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
Mysterious Call
9      9     0     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.