Read More >>"> Namaste Cinta (DAY 1 - KHAAS MEHMAAN) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Namaste Cinta
MENU
About Us  

Pukul sembilan malam waktu kota Mumbai, diwaktu ini Karina sedang berada di serambi penginapan yang tidak begitu luas tetapi cukup nyaman. Dengan disediakan dua kursi dan satu meja kecil. Dari kamar penginapan yang berada di lantai 5 ini, Karina bisa melihat pemandangan kota Mumbai.

Karina merasa sedikit kelelahan jadi ia lebih memilih duduk sambil menikmati pemandangan langit malam yang mungkin bisa mengurangi rasa lelahnya. Karina masih merasa sedikit jet lag karena harus melalui penerbangan selama kurang lebih empat belas jam lamanya.

Karina juga bersyukur, karena dihari pertamanya ia merasa bahagia. Pengalaman yang dirasakannya ini tentunya tidak akan mudah dilupakan begitu saja olehnya. Apalagi, teman yang dikenalnya lewat facebook itu ternyata telah bersikap sangat ramah dan baik pada dirinya dan juga pada Maya.

Pertemuan pertama mereka secara langsung meninggalkan kesan yang tidak mudah untuk dilupakan. Syukurlah, untuk saat ini pikiran-pikiran buruk yang pernah diutarakan oleh Maya padanya tidaklah terjadi.

Disela-sela lamunannya, tiba-tiba saja Karina dikejutkan oleh bunyi notif pesan masuk dari WhatsApp. Ternyata ada sebuah pesan masuk dari Arshad.

I wanna talk to u. U still awake? Please reply this message n I’ll call u soon.

Karina segera membalas pesan tersebut dengan mengetikkan, I’m still awake. Tidak butuh waktu lama, ponsel Karina pun langsung berdering kembali.

“Assalamu’alaikum. Selamat malam Karina,” sapa sang pemilik suara berat dengan bahasa Indonesia logat khas India.

“Wa’alaikumsalam. Selamat malam juga,” balas Karina diringi senyum. Meski senyumannya tidak dilihat oleh Arshad, tetapi senyumannya sungguh terlihat indah meski ia sedang merasa lelah.

“Sebenarnya aku hanya ingin menanyakan suatu hal padamu, apa aku mengganggumu?”

“Tidak, aku hanya sedang bersantai saat ini. Apa yang ingin kamu tanyakan padaku?” tanya Karina penasaran.

“Aku ingin menanyakan bagaimana kesan pertama yang kamu rasakan setelah bertemu denganku?” tanya Arshad dengan menggunakan bahasa Hindi.

Alis Karina berkerut samar. Ia sedikit sulit mengartikan ucapan Arshad yang masih terdengar asing ditelinganya. “Apa yang kamu katakan tadi?”

Arshad tersadar dengan ucapannya barusan dan menepuk jidatnya yang tertutupi oleh rambut lurusnya. Ia benar-benar merasa masih beruntung karena mengatakannya dalam bahasa Hindi. “I’m sorry,” ucap Arshad cepat. Ia pun berpikir cepat untuk menanyakan hal yang lainnya. “Aku hanya ingin menanyakan bagaimana kesan pertamamu berada disini?”

“Sebenarnya aku punya dua kesan, satu kesan yang baik dan yang satunya lagi tidak begitu baik. Apa kamu ingin tahu keduanya?”

“Tentu saja. Aku ingin mendengar kesan pertama yang tidak begitu baik terlebih dulu,” sahut Arshad.

“Kenapa begitu? Biasanya seseorang akan lebih memilih mendengarkan yang baik terlebih dulu,” ucap Karina heran dengan pilihan Arshad. Karena ia pikir, Arshad akan lebih antusias mendengar kesan yang baiknya.

“Tidak semua orang berpikir seperti itu, termasuk aku. Akan lebih baik jika mendengarkan kabar yang tidak begitu baik terlebih dulu, karena hal yang tidak baik itu akan tertutupi dengan kabar yang baiknya,” jelas Arshad yakin.

“Pemikiran yang bagus. Baiklah, kesan yang tidak begitu baiknya adalah aku tidak bisa menikmati hari pertamaku dengan baik. Karena aku mengalami jet lag yang cukup membuatku lelah,” ucap Karina perlahan.

“Aku bisa tahu itu dari nada suaramu. Sepertinya kamu tidak terbiasa dengan perjalanan jauh,” tebak Arshad.

“Ya, itu benar. Ini yang pertama kalinya aku pergi ke luar negeri.”

“Wajar saja kamu mengalaminya. Karin, aku juga minta maaf karena aku hanya bisa mengantarkan kalian sampai di penginapan. Urusan pekerjaan yang mendadak ini membuatku kesal, padahal aku sudah merencanakan jadwal cutiku dari mulai hari ini sampai sepekan ke depan. Jadi, aku terpaksa harus mengundurnya menjadi hari esok,” jelas Arshad dengan nada kesal.

“Kamu jangan merasa bersalah seperti itu. Kamu sudah meluangkan waktumu hanya untuk menjemput kami di bandara sampai mengantar kami dengan selamat di penginapan ini. Semua itu sudah lebih dari cukup,” ucap Karina penuh pengertian.

Arshad mendesah pelan. “Tetap saja aku merasa itu masih belum cukup. Karena sebenarnya hari ini, aku ingin berkenalan dengan kalian secara langsung dan mengobrol lebih banyak dengan kalian tanpa harus terburu-buru.”

“Masih ada hari esok, bukan?”

Keinginan Arshad itu sebenarnya juga menjadi keinginan Karina. Meski lelah, dia sangat ingin mengobrol dengan Arshad secara langsung untuk yang pertama kalinya. Tapi sayangnya, kesempatan itu harus tertunda mengingat Arshad harus terburu-buru pergi ke kantornya lagi.

“Ya, kamu benar juga. Oh ya, bagaimana dengan kesan pertama yang baiknya?” tanya Arshad dengan nada cukup antusias.

“Kesan yang baiknya itu adalah aku merasa bahagia ketika menyadari bahwa sekarang aku benar-benar berada di negeri Bollywood ini,” sahut Karina dengan begitu semangat seolah-olah rasa lelahnya sudah menghilang seketika.

“Apa kamu masih perlu sesuatu yang cukup meyakinkan bahwa kamu benar-benar berada disini sekarang?”

“Memangnya sesuatu semacam apa yang bisa membuatku yakin?” sahut Karina malah bertanya balik pada Arshad.

“Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu itu sekarang, karena besok aku akan menunjukkannya secara langsung padamu,” ucap Arshad semangat dan terkesan seperti ingin membuat kejutan.

“Katakan saja sekarang,” ucap Karina cukup penasaran.

“Tidak bisa, tunggu saja sampai besok,” kata Arshad dengan cueknya. Dari balik ponsel, Arshad tersenyum jahil. Meski Karina tidak melihat senyumnya itu, tetapi ia merasa senang bisa tersenyum puas karena sudah berhasil membuat Karina penasaran.

“Lebih baik jangan beritahukan dulu padaku kalau kamu ingin menunjukkannya besok,” gerutu Karina.

Arshad tertawa. Meski tidak terlalu jelas, tetapi Arshad bisa mendengar suara Karina yang kesal padanya. “By the way, apa kamu masih merasa lelah?”

Tiba-tiba suara berat Arshad berubah menjadi lembut dengan penuh perhatian dan itu membuat Karina sedikit terkejut mendengarnya. “Hanya sedikit,” sahutnya singkat.

“Baiklah, sekarang lebih baik kamu istirahat saja. Karena besok aku akan memastikan bahwa kesan pertama kamu ini akan lebih baik lagi,” ucap Arshad meyakinkan.

“Ya, baiklah. Aku juga sudah mulai mengantuk,” kata Karina seraya memejamkan mata sejenak.

Ada hening yang tercipta sesaat. Keduanya seperti tidak ingin mengakhiri pembicaraan malam ini.

“Arshad, kamu masih disitu?” tanya Karina memecah keheningan.

Yes, I’m still here. Ada yang ingin kamu katakan lagi?”

“Ya, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih atas waktumu hari ini dan juga makan siang yang tadi. Meski bukan kamu yang mengantarkannya, tapi aku tahu kamu yang memesankannya untuk kami,” sahut Karina.

“Tidak perlu bilang terima kasih padaku,” ucap Arshad. Seketika ia teringat sesuatu. “Tunggu dulu, darimana kamu tahu aku yang memesankannya?” tanya Arshad, tidak menyangka kalau Karina ternyata mengetahui hal itu.

“Aku dan Maya belum memesan makanan apapun dari penginapan ini, jadi langsung kutanyakan saja pada waiternya apakah makanan itu adalah pelayanan dari penginapan ini atau bukan. Dan dia bilang makanan ini dipesankan oleh seseorang yang juga memesan penginapan ini. Seseorang itu siapa lagi kalau bukan kamu,” jelas Karina.

Arshad tertawa. “Tadinya, aku berencana untuk mengajak kalian makan siang bersamaku, tetapi rencananya batal. Jadi, aku memang sengaja memesankannya untuk kalian berdua sebagai gantinya. Apa kalian suka dengan makanan yang aku pilihkan?”

“Kami menyukainya. Apalagi makanannya datang diwaktu yang tepat saat perut kami sedang keroncongan,” kata Karina seraya diiringi tawa pelan.

Arshad pun tersenyum mendengarnya. “Syukurlah kalau begitu. Aku sengaja memilh menu masakan western karena aku pikir lidah kalian pastinya belum terbiasa beradaptasi dengan masakan India. Lain waktu aku akan traktir kalian makan masakan India dengan pilihan kalian sendiri.”

“Benarkah?”

“Ya, benar,” sahut Arshad.

“Tidak perlu repot begitu,” ucap Karina. “Tetapi kalau kamu memaksa, aku dan Maya juga tidak bisa untuk mengatakan tidak,” lanjutnya.

Arshad merasa lega karena dia tidak akan berdebat untuk hal sekecil ini. “Kupikir kamu tetap akan menolaknya.”

“Memangnya kamu akan membiarkanku menolaknya? Tidak, ‘kan?”

“Ya, kamu benar.”

“Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih padamu. Karena kamu telah memperlakukan kami dengan baik,” ungkap Karina tulus.

“Sudah kukatakan tadi, tidak perlu untuk mengucapkan terima kasih padaku. Ini sudah menjadi kewajibanku untuk melayani tamuku yang sudah jauh-jauh datang beratus kilometer jaraknya. Kamu juga pasti sudah tahu kalau budaya di India menganggap bahwa tamu adalah dewa. Lagipula, satu hal yang perlu kamu tahu bahwa kamu adalah tamu istimewaku,” ucap Arshad, sejenak ia tersadar bahwa ucapannya terkesan sedikit berlebihan. “Tum aur Maya, hamara khaas mehmaan (Kamu dan Maya, tamu istimewaku),” lanjutnya.

“Khaas mehmaan? Aku rasa itu terlalu berlebihan.”

“Menurutku sama sekali tidak. Kita sudah berteman selama ek, do, teen, chaar (satu, dua, tiga, empat)…,” gumam Arshad mencoba menghitung hubungan pertemanan yang mereka jalin. “Wait…. Four years,” ucap Arshad dengan nada tidak percaya. “Aku tidak menyangka kalau ternyata kita sudah berteman selama itu.”

“Aku juga. Tetapi, kita baru dua tahun ini sering berbincang lewat Skype.

“Ya. Kita sudah berteman selama empat tahun meski hanya di dalam dunia maya. Dan sekarang, di dunia nyata ini kamu tidak hanya menjadi temanku namun juga menjadi tamu istimewaku. Itu kutakan karena ….”

Keheningan pun kembali tercipta. Karina masih menunggu Arshad meneruskan ucapannya. “Karena aku ingin menjaga kepercayaan yang kamu berikan kepadaku. Aku juga ingin mengucapkan terima kasih padamu atas kesempatan yang telah kamu berikan padaku untuk membantumu mewujudkan keinginanmu. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu. Insya allah,” jelas Arshad berterus terang.

Karina hanya bisa terdiam mendengarnya, ia bingung mau berkata apa.

Do you hear me?” Suara berat Arshad menyadarkannya.

Yes… I do,” sahut Karina sedikit terbata-bata.

“Lalu kenapa diam saja?”

“Aku pikir masih ada yang ingin kamu katakan lagi padaku,” jawab Karina.

“Ternyata aku sudah terlalu banyak bicara. Maafkan aku. Padahal tadi aku sudah menyuruhmu untuk istirahat, tapi aku malah meneruskan perbincangan ini,” kata Arshad dengan nada menyesal.

“Tidak perlu meminta maaf seperti itu padaku. Take it easy.

‘Sejujurnya aku tidak keberatan untuk berbincang lebih lama denganmu, karena aku ingin mendengar suara beratmu itu lebih lama lagi,’ gumam Karina dalam hatinya. ‘Astaghfirullah. Apa yang sedang aku pikirkan?’

Tanpa sadar  Karina mendesah berat dan itu membuat Arshad bertanya padanya. “Kamu sudah mengantuk, ya? Atau ternyata kamu sudah bosan?”

Karina menjawab dengan cepat, takut Arshad jadi salah paham. “Tidak kedua-duanya.” Karina berusaha untuk menutupinya dan hanya menjawab seadanya saja. Takut kalau nantinya ia keceplosan berbicara yang aneh lagi.

“Baiklah, kalau begitu. Istirahatlah. See you tomorrow.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 1 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
CATATAN DR JAMES BONUCINNI
88      72     0     
Mystery
"aku ingin menawarkan kerja sama denganmu." Saat itu Aku tidak mengerti sama sekali kemana arah pembicaraannya. "apa maksudmu?" "kau adalah pakar racun. Hampir semua racun di dunia ini kau ketahui." "lalu?" "apa kau mempunyai racun yang bisa membunuh dalam kurun waktu kurang dari 3 jam?" kemudian nada suaranya menjadi pelan tapi san...
Pisah Temu
15      11     0     
Romance
Jangan biarkan masalah membawa mu pergi.. Pulanglah.. Temu
Arini
37      29     0     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
Help Me
160      103     0     
Inspirational
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jika manusia berfikir bahwa dunia adalah kehidupan yang mampu memberi kebahagiaan terbesar hingga mereka bangun pagi di fikirannya hanya memikirkan dunia yang bersifat fana. Padahal nyatanya kehidupan yang sesungguhnya yang menentukan kebahagiaan serta kepedihan yakni di akhirat. Semua di adili seadil adilnya oleh sang maha pencipta. Allah swt. Pe...
My Twins,My Hero
249      117     0     
Romance
Menceritakan kisah unik dari Alessa Samantha dan Andreas Sanjaya yang merupakan saudara kembar.
Summer Rain
10      10     0     
Fan Fiction
Terima kasih atas segala nya yang kamu berikan kepada aku selama ini. Maafkan aku, karena aku tak bisa bersama dengan mu lagi.
Meta(for)Mosis
255      147     0     
Romance
"Kenalilah makna sejati dalam dirimu sendiri dan engkau tidak akan binasa. Akal budi adalah cakrawala dan mercusuar adalah kebenaranmu...." penggalan kata yang dilontarkan oleh Kahlil Gibran, menjadi moto hidup Meta, gadis yang mencari jati dirinya. Meta terkenal sebagai gadis yang baik, berprestasi, dan berasal dari kalangan menengah keatas. Namun beberapa hal mengubahnya menjadi buru...
Sweet Notes
275      148     0     
Romance
Ketika kau membaca ini, jangan berpikiran bahwa semua yang terjadi disini adalah murni dari kisah cintaku. Ini adalah sekumpulan cerita-cerita unik dari teman-teman yang mau berbagi dengan saya. Semua hal yang terjadi adalah langsung dari pengalaman para narasumber. Nama sengaja disamarkan namun setting tempat adalah real. Mohon maaf sesuai perjanjian jalan cerita tidak dijelaskan seperti kisah ...
BANADIS
181      122     0     
Fantasy
Banadis, sebuah kerajaan imajiner yang berdiri pada abad pertengahan di Nusantara. Kerajaan Banadis begitu melegenda, merupakan pusat perdagangan yang maju, Dengan kemampuan militer yang tiada tandingannya. Orang - orang Banadis hidup sejahtera, aman dan penuh rasa cinta. Sungguh kerajaan Banadis menjadi sebuah kerajaan yang sangat ideal pada masa itu, Hingga ketidakberuntungan dialami kerajaan ...
Untouchable Boy
37      28     0     
Romance
Kikan Kenandria, penyuka bunga Lily dan Es krim rasa strawberry. Lebih sering dikenal dengan cewek cengeng di sekolahnya. Menurutnya menangis adalah cara Kikan mengungkapkan rasa sedih dan rasa bahagianya, selain itu hal-hal sepele juga bisa menjadi alasan mengapa Kikan menangis. Hal yang paling tidak disukai dari Kikan adalah saat seseorang yang disayanginya harus repot karena sifat cengengnya, ...