Read More >>"> The Dumb Love (04: Cold) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Dumb Love
MENU
About Us  

           Aku mendudukkan diriku di bangku kelas dengan tergesa-gesa. Sesekali aku memijit kepalaku yang pening dan sedikit panas, berharap kunang-kunang putih yang berseliweran di depan mataku berangsur menghilang. Cuaca di luar begitu terik, namun untungnya aku masih bisa setengah berlari dan menyelamatkan diri di ruang ber-AC ini, atau aku akan pingsan di jalan. Beberapa teman yang memergoki diriku yang agak pucat menanyakan kondisiku, namun selalu kujawab dengan gelengan kepala.

            Jika aku tidak ketiduran tadi, insiden seperti tadi pasti tidak akan terjadi padaku.

            Kulirik jam tangan hitam yang kulingkarkan di lengan kiriku. Dua menit sebelum pukul setengah satu; aku aman. Kulihat sekitar, tidak ada tanda-tanda kedatangan dosen. Aku menghembuskan nafas lega begitu tahu diriku masih sempat masuk kelas sebelum bapak dosen datang. Sebenarnya dosen yang kali ini tidak begitu disiplin; kau masih diizinkan terlambat meski satu jam, namun apa salahnya menghargai dosen?

            Sepertinya beliau tahu aku sedang membicarakannya, terbukti dengan datangnya bapak-bapak berkemeja putih—dengan paduan goresan navy di beberapa sisiserta bercelana hitam yang secara tiba-tiba. Sontak, kerumunan para pembeli tahu bakso di dekat pintu pun buyar; seperti kerumunan semut yang tiba-tiba dilempari batu. Sementara itu, si penjual berparas cantik itu malah nyengir saat beliau melihatnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

            Aku kembali mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Kok dia nggak ada?

            Ah, entah mengapa aku jadi begini. Mungkin karena aku terlalu sering berurusan dengan dia setidaknya setiap seminggu sekali, maka dari itu aku jadi tidak bisa berhenti memikirkan dia. Dan gara-gara itu juga, aku melakukan hal-hal yang biasanya tidak pernah kulakukan, seperti yang sekarang kulakukan.

 

 

                                                                        Kirana

                                                                        Buruan, dosen udh masuk

                                                                        Kamu dmn?

 

 

            Jelas-jelas ini bukanlah aku yang biasanya. Jika aku yang sebelumnya tidak pernah peduli soal orang-orang yang terlambat hingga bolos kuliah, tapi mengapa aku yang sekarang justru berperilaku sebaliknya?

            Mungkin karena aku terlampau sering berkomunikasi satu arah dengannya. Bukan dua arah, sebab ia nyaris tidak pernah membalas chat-ku sama sekali walaupun isinya penting. Kalaupun membalas, pasti balasannya singkat.

            Aku melirik chat itu lagi.

            Tidak dibaca.

            Setelah kupikir panjang lebar, aku memutuskan untuk memasukkan handphone-ku kembali ke dalam tas, sebab tidak ada gunanya juga berharap dibalas.

            Suara pintu yang diketuk menghentikan pidato bapak dosen di depan kelas. Semua mata mengarah ke seseorang bertubuh kecil yang beranjak masuk dan menghampiri beliau. Sudah kuduga, dia telat lagi.

            Dia menuju bangku kosong yang diapit antara aku dan Putra dan duduk di sana. Sesekali ia berbincang dengan Putra. Anehnya, dia sama sekali tidak menyapaku. Melihatku juga tidak, seolah aku ini adalah orang asing yang baru dijumpainya beberapa saat yang lalu.

            Persetan, lebih baik aku mendengarkan celotehan dosen itu.

                                                                                                                                                            *****

            Otakku masih belum bisa mencerna tentang apa yang terjadi selama dua jam terakhir ini. Bagaimana bisa ia bertahan tidak melirik apalagi melihatku sama sekali selama itu?

            Arwah penasaran mulai merasuki diriku yang kurus kering. Setelah sukses, barulah si arwah itu melakukan apa yang harus ia lakukan. Ia menggerakkan tubuhku seperti boneka. Ia membuatku mengamati tingkah lakunya selama lima menit sebelum ia memutuskan keluar dari kelas bersama cowok yang sama. Cowok yang lebih konsentrasi kepada handphone putihnya ketimbang langkah kakinya.

            Aku masih tidak mengerti mengapa ia hanya berbicara kepada satu orang saja dari tadi. Apakah dunianya terlalu sempit hingga bahkan ia tidak memperdulikan teriakan Fey yang menyuruhnya membayar iuran kas? Apa ia pikir empat puluh empat siswa lainnya adalah angin lalu?

            Oh, tidak, dugaanku salah. Telinganya masih normal. Buktinya, sepuluh detik pasca teriakan itu, ia langsung mengeluarkan lembaran uang lima ribu rupiah dan meletakkan tepat di atas meja Fey, beserta sepotong suku kata ‘nih’ yang ia lontarkan tepat di depan muka Fey. Selain itu, dia juga masih merespon panggilan teman-teman yang kebetulan satu kelompok dengannya pada suatu penugasan. Yah, meski hanya dengan balasan singkat seperti ‘ya’, ‘oke’, ‘nanti’, ‘gampang’, dan kawan-kawannya. Tapi dengan begitu, terbukti bahwa ia masih memperdulikan orang lain walaupun ia tidak menunjukkan gelagat apapun di wajahnya; demi apapun, wajahnya terlalu datar.

            Aku harap dia tidak menderita facial paralysis, itu saja.

            Tepukan di bahuku membuat jantungku sesaat berdetak kencang. Aku mengelus-elus dadaku untuk menenangkannya.

            “Halo, masih hidup, nggak?” tanya Fey sembari melambaikan tangan tepat di depan mukaku begitu aku menoleh padanya.

            “Kuy, ke kantin. Laper gue,” ajaknya.

            Kami berdua beranjak berjalan beriringan ke kantin yang terletak di tepi kerumunan pohon jati. Sepanjang perjalanan, aku terus melihat punggung cowok itu dari belakang. Rasanya aku ingin memberinya sedikit kalor untuk membuat suhunya sedikit meningkat—setidaknya tidak di bawah nol derajat Celcius.

 

            Dia dingin, sedingin salju.

            Wajahnya beku, beku seperti es.

            Tapi, dia bukan kutub utara maupun selatan.

 

            Lantas, kutub apakah dia?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • ayundaauras

    Terima kasih apresiasinya :) @dede_pratiwi @YouRa_muriz

    Comment on chapter 07: One Night To Remember
  • dede_pratiwi

    i love the cover, so cute

    Comment on chapter 01: How I Met Him
  • you

    Like this. Bahasanya enak dibaca. alurnya juga bagus.

    kalau berkenan mampir diceritaku ya...

    Comment on chapter 01: How I Met Him
Similar Tags
Premium
Smitten With You
5287      1508     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
SENJA
11      11     0     
Short Story
Cerita tentang cinta dan persahabatan ,yang berawal dari senja dan berakhir saat senja...
Wannable's Dream
1345      459     0     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Flowers
13      13     0     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
3600 Detik
87      53     0     
Romance
Namanya Tari, yang menghabiskan waktu satu jam untuk mengenang masa lalu bersama seseorang itu. Membuat janji untuk tak melupakan semua kenangan manis diantara mereka. Meskipun kini, jalan yang mereka ambil tlah berbeda.
Baniis
385      293     1     
Short Story
Baniis memiliki misi sebelum kepergian nya... salah satunya yaitu menggangu ayah nya yang sudah 8 meninggalkan nya di rumah nenek nya. (Maaf jika ada kesamaan nama atau pun tempat)
SURAT.
9      9     0     
Romance
Surat. Banyak rasa akan datang bersamanya. Bacalah dengan bisikan pelan. Sebutir demi sebutir perasaan akan mengalir bersama kata yang terangkai. Perlahan, keping rasa itu akan lengkap dan jatuh tepat di sebuah gubuk penampungan rasa di lubuk hati. Setelah berhasil diterjemahkan, barangkali tubuh akan kegirangan. Atau bibir akan tersenyum, mungkin tertawa. Atau mata taklagi sanggup membendung der...
Kepada Jarak, Maaf!
7      7     0     
Short Story
Bagi Rea, cinta itu gelap. Cukup menjadi alasan untuk dirinya selalu memakai emotikon hati berwarna hitam saat menulis chat. Namun Rea tidak cukup mampu memaknai setiap jenis emotikon hati yang dikirimkan Ardan kepadanya. Untuk dua orang yang menjalin hubungan jarak jauh yang sama sekali tidak pernah bertemu, berbagai jenis emotikon hati memiliki maknanya sendiri. Demikian juga untuk Arealisa...
RANIA
61      41     0     
Romance
"Aku hanya membiarkan hati ini jatuh, tapi kenapa semua terasa salah?" Rania Laila jatuh cinta kepada William Herodes. Sebanarnya hal yang lumrah seorang wanita menjatuhkan hati kepada seorang pria. Namun perihal perasaan itu menjadi rumit karena kenyataan Liam adalah kekasih kakaknya, Kana. Saat Rania mati-matian membunuh perasaan cinta telarangnya, tiba-tiba Liam seakan membukak...
Verletzt
49      35     0     
Inspirational
"Jika mencintai adalah sebuah anugerah, mengapa setiap insan yang ada di bumi ini banyak yang menyesal akan cinta?" "Karena mereka mencintai orang yang tidak tepat." "Bahkan kita tidak memiliki kesempatan untuk memilih." --- Sebuah kisah seorang gadis yang merasa harinya adalah luka. Yang merasa bahwa setiap cintanya dalah tikaman yang sangat dalam. Bahkan kepada...