Read More >>"> DanuSA (Rasa 17) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - DanuSA
MENU
About Us  

"Ah ... akhirnya selesai." Danu mendesah lega kemudian merenggangkan otot-otot tangannya yang kaku setelah dua jam mata pelajaran mengerjakan tugas sosiologi dari Pak Ami. Ia melihat jam tangannya, masih sepuluh menit sebelum bel keramat –bel istirahat yang dinanti para siswa berbunyi.

Sabina mendengkus lalu tersenyum membuat Danu menoleh kearahnya yang rupanya tengah sibuk dengan note seukuran telapak tangan dan cukup tebal juga pensil warnanya.

"Aku dong, udah selesai daritadi," ucap Sabina pelan tanpa menghentikan kegiatannya.

"Ya, ya tau." Danu mengamati sekitar, beberapa temannya masih sibuk mengerjakan dan beberapa lainnya terlihat mengobrol. Entahlah mereka sudah menyelesaikannya atau belum. Dengan malas ia meletakkan kepalanya miring diatas meja menghadap ke arah Sabina lalu memainkan hapenya.

"Bikin apa sih, Bi? Beberapa hari ini kamu cuekin aku terus lho. Tega banget, sih?" gerutu Danu sambil menggeser-geser layar hape dengan jempolnya.

"Rahasia."

"Rahasia mulu elah. Coba lihat." Danu berusaha merebut buku note itu dari Sabina namun dengan sigap Sabina menjauhkannya dari Danu.

"Ntar kalo udah jadi baru aku kasih lihat."

Danu berdecak, "Habis sekolah sibuk kerja, diapelin di tempat kerja, tapi nggak bisa ngobrol, pulang kerja malem banget mau ngapel malem takut kepergok pak RT diarak keliling komplek, ketemu cuma di sekolah, eh ... di sekolah sibuk sendiri. Nasib elah," protes Danu sambil memanyunkan bibirnya.

Sabina terkekeh, ia memang sibuk belakangan. Ia tengah membuat hadiah ulang tahun untuk Danu, berhubung uangnya tidak cukup untuk membeli sesuatu jadi ia memutuskan membuat sendiri kado untuk cowoknya yang sangat bersabar akan dirinya. Ia membuat flipbook tentang dirinya juga Danu. Hanya itu yang bisa ia buat. Berbekal keterampilan menggambar yang ia punya akhirnya ia memberanikan diri membuatnya dan sekarang hampir selesai. Ia tinggal memberinya warna agar terlihat lebih menarik. Ia harus tidur larut di malam hari untuk membuat sketsa dan di sekolah ia menyempatkan diri menyempurnakan sketsa dari lembaran-lembaran kertas yang ditumpuk jadi satu itu mengingat ia tidak punya banyak waktu.

"Besok minggu, aku kerja pagi. Sorenya kita jalan-jalan?"

Danu bergeming karena kesal, jarinya masih sibuk dengan gawainya tanpa mengacuhkan Sabina.

Sabina meletakkan pensil warnanya lalu memegang tangan Danu hingga membuat Danu menoleh kearah Sabina dengan wajah kusutnya.

"Seninnya aku libur. Seharian kita sama-sama?"

"Serius?"

Sabina tersenyum lalu mengangguk.

"Janji, ya?"

"Iya."

"Kebetulan, kamu tau hari senin itu hari apa?"

"Nggak tau, emang ada apa?" tanya Sabina pura-pura dengan memasang tampang sok polos.

"Ck ...." Danu memutar mata malas, ia mengambil dompet di sakunya mengeluarkan kartu pelajar miliknya lalu menyerahkannya pada Sabina.

Sabina terkesiap setelah membacanya, "Kamu ultah?"

"Hmm."

"Yah ... gimana dong? Kamu mau hadiah apa? Tapi aku belum gajian, duh," ujar Sabina merasa bersalah padahal batinnya sedang tertawa.

Danu justru terkekeh melihat Sabina raut wajah Sabina.

"Traktir makan baksonya bu Yati. Nggak mau tau! Sebagai ganti kamu cuekin aku beberapa hari ini."

"Oke, deal."

"Deal." Danu kembali sibuk dengan hapenya.

"Cie ... yang bentar lagi 17 tahun," goda Sabina.

"Apaan sih?!"

"Postingan kamu udah banyak aja yang nge-like. Followers-nya cepet banget nambah. Hah ... aku kalah."

"Iya, banyak yang bilang karyaku bagus. Oh ya, ada yang pengen ketemu aku loh. Seorang desainer sih katanya. Pegawainya telpon aku kemarin malem bilang kalau bosnya tertarik sama desain yang ku buat dan dia ngajak ketemuan. Aku bilang sih hari minggu sore di tempat kerja. Ya ampun, aku seneng banget, tapi gimana dong aku udah janji sama dia. Kamu nggak papa nunggu bentar?" tanya Sabina dengan wajah bersalah.

Danu tertawa mendengar Sabina yang bersemangat bercerita, "Nggak pa pa, aku justru seneng kamu bisa melebarkan sayap dibidang yang kamu suka, syukur-syukur diajak kerjasama 'kan?"

Sabina mengangguk mantap, "Makasi banyak Nu, berkat kamu aku bisa seperti ini sekarang."

Senyum simpul Danu berikan pada Sabina.

"Bi ...."

"Ya?"

"Umm ... Nggak jadi." Danu kembali tersenyum lebar, ingin rasanya ia memberitahu Sabina tentang pekerjaan ibunya mengenalkannya pada mamanya yang juga seorang desainer, berharap mereka bisa saling bertukar pikiran. Namun, ia ragu. Masalah Clara belum selesai, ia ingin menyelesaikannya dahulu saat mamanya pulang nanti, entah itu kapan.

Berharap Sabina tidak pernah tahu akan hal itu.

Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhambur keluar dengan membawa tugas mereka dan mengumpulkannya ke depan kelas.

"Ke kantin yuk, laper," ajak Danu.

"Nggak ah, aku mau ngerjain ini." Sabina mengangkat note di tangannya.

"Ck ... Nggak nitip?"

"Um ... Roti boleh deh, satu." Sabina menunjukkan deretan giginya tanpa rasa bersalah. "Sekalian titip." Ia menyerahkan tugasnya pada Danu untuk dibawa kedepan.

"Untung sayang."

????????????

Dengan gelisah Sabina menunggu Ibu Sandra, seorang desainer yang ingin bertemu dengannya. Ia belum pernah bertemu dengannya yang jelas pegawai Bu Sandra sudah mengatur janji mereka. Sabina juga sudah dikirim foto sosok ibu Sandra agar cepat mengenali jika saja beliau sudah datang.

Sabina sudah berganti pakaian biasa, ia sengaja membawa pakaian ganti dari rumah pagi tadi khusus untuk bertemu bu Sandra. Ia juga sudah menyiapkan beberapa hasil karyanya untuk ditunjukkan.

Ia melihat Danu masuk ke dalam kedai dengan senyum lebarnya. Danu langsung duduk di depan bangku yang Sabina duduki.

"Belum dateng?"

"Belum, aku grogi nih." Sabina menggigit bibir bagian dalamnya.

"Tenang, nggak ada yang salah kok sama penampilan kamu, manis seperti biasa, karya kamu juga bagus pasti orang itu suka."

Sabina memaksa senyum, ia benar-benar grogi sama seperti ketika ia pertamakali melamar bekerja di sini. Namun, ini lebih membuat telapak tangannya berkeringat.

"Eh ... itu Bu Sandra dateng," ucap Sabina sambil berdiri dari duduknya. Ia memasang senyum terbaiknya ketika tatapannya bertemu dengan Bu Sandra yang langsung mendatanginya.

Bu Sandra?

Danu menoleh ke arah yang dilihat Sabina. Dalam sekejap tubuhnya membeku mendapati sosok yang sangat dikenalnya.

"Mama?"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (12)
  • YulianaPrihandari

    @DanFujo itu awalnya blm ada adegan ngambil fotonya Danu buat jaga-jaga, tapi karena ada komen dari @drei jadi saya tambahin biar ada alasannya (sebab akibat).

    Nggak perlu jadi kakak atau adik, cukup jadi sahabat yang "peka" dengan sahabatnya hehe. Temen-temennya Danu pada nggak peka karena Danu cukup pintar menyembunyikan masalahnya hehe

    Comment on chapter Rasa 24
  • DanFujo

    @drei Menurutku itu biasa sih. Kan cuma curiga di awal doang, abis itu hapenya udah jadi hak dia juga. Kurang lebih bahasanya: udah kebukti ni anak lagi butuh. Lagipula dia bilang kayak gitu juga cuma akal-akalan biasa pedagang Wkwkwk

    Btw, @YulianaPrihandari Ini gue pengen banget jadi kakak atau adeknya Danu, biar dia gak sendirian gitu. Biar kalau ada masalah ada tempat curhat gitu. Kok rasanya sedih banget yah pas dia minta penjelasan dari ibunya. Membulir juga air mataku. Meski gak menetes :"

    Comment on chapter Rasa 24
  • YulianaPrihandari

    @drei si Abangnya terlalu kasian sama Danu wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 2
  • YulianaPrihandari

    @AlifAliss terimakasih sudah membaca :):)

    Comment on chapter Rasa 2
  • drei

    si abang konter ceritanya nuduh danu nyopet, tapi minjemin motor kok mau? ^^'a motor kan lebih mahal dari hape haha... (kecuali itu bukan motor punya dia)

    Comment on chapter Rasa 7
  • drei

    wah menarik nih... starting off well. will definitely come back. XDD

    Comment on chapter Rasa 2
  • AlifAliss

    Dukung banget buat diterbitkan, meskipun kayaknya harus edit banyak. Wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 21
  • AlifAliss

    Kok aku ikut-ikutan bisa logat sunda yah baca ini wkwkwk

    Comment on chapter Rasa 6
  • AlifAliss

    Gue juga jatuh cinta ama Sabi, tapi gak apa-apa kalau keduluan Danu. ????

    Comment on chapter Rasa 2
  • AlifAliss

    Jatuh di hadapan siapa, Nu? Di hadapanku? Eaakk.. ????

    Comment on chapter Rasa 2
Similar Tags
Tak Pernah Memiliki
14      14     0     
Short Story
Saling menunggu seseorang, dalam diam. Berakhir tak indah, berujung pisah. Kita yang tak pernah bisa untuk saling memiliki.
Patah Hati Sesungguhnya adalah Kamu
65      43     0     
Romance
berangkat dari sebuah komitmen dalam persahabatan hingga berujung pada kondisi harus memilih antara mempertahankan suatu hubungan atau menunda perpisahan?
CATATAN DR JAMES BONUCINNI
91      73     0     
Mystery
"aku ingin menawarkan kerja sama denganmu." Saat itu Aku tidak mengerti sama sekali kemana arah pembicaraannya. "apa maksudmu?" "kau adalah pakar racun. Hampir semua racun di dunia ini kau ketahui." "lalu?" "apa kau mempunyai racun yang bisa membunuh dalam kurun waktu kurang dari 3 jam?" kemudian nada suaranya menjadi pelan tapi san...
CREED AND PREJUDICE
151      92     0     
Mystery
Banyak para siswa yang resah karena pencurian beruntun yang terjadi di kelas VII-A. Amar, sebagai salah satu siswa di kelas itu, merasa tertantang untuk menemukan pelaku dibalik pencurian itu. Berbagai praduga kian muncul. Pada akhirnya salah satu praduga muncul dan tanpa sadar Amar menjadikannya sebagai seorang tersangka.
My Twins,My Hero
259      126     0     
Romance
Menceritakan kisah unik dari Alessa Samantha dan Andreas Sanjaya yang merupakan saudara kembar.
Cowok Cantik
472      244     0     
Romance
Apa yang akan kau lakukan jika kau: seorang laki-laki, dianugerahi wajah yang sangat cantik dan memiliki seorang ibu dari kalangan fujoshi? Apa kau akan pasrah saja ketika ditanya pacarmu laki-laki atau perempuan? Kuingatkan, jangan meniruku! Ini adalah kisahku dua tahun lalu. Ketika seorang laki-laki mengaku cinta padaku, dan menyebarkannya ke siswa lain dengan memuat surat cintanya di Mading...
Beach love story telling
18      13     0     
Romance
"Kau harus tau hatiku sama seperti batu karang. Tak peduli seberapa keras ombak menerjang batu karang, ia tetap berdiri kokoh. Aku tidak akan pernah mencintaimu. Aku akan tetap pada prinsipku." -............ "Jika kau batu karang maka aku akan menjadi ombak. Tak peduli seberapa keras batu karang, ombak akan terus menerjang sampai batu karang terkikis. Aku yakin bisa melulu...
Supernova nan Indah merupakan Akhir dari Sebuah Bintang
78      48     0     
Inspirational
Anna merupakan seorang gadis tangguh yang bercita-cita menjadi seorang model profesional. Dia selalu berjuang dan berusaha sekuat tenaga untuk menggapai cita-citanya. Sayangnya, cita-citanya itu tidak didukung oleh Ayahnya yang menganggap dunia permodelan sebagai dunia yang kotor, sehingga Anna harus menggunakan cara yang dapat menimbulkan malapetaka untuk mencapai impiannya itu. Apakah cara yang...
Arini
40      30     0     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
MONSTER
167      89     0     
Romance
Bagi seorang William Anantha yang selalu haus perhatian, perempuan buta seperti Gressy adalah tangga yang paling ampuh untuk membuat namanya melambung. Berbagai pujian datang menghiasi namanya begitu ia mengumumkan kabar hubungannya dengan Gressy. Tapi sayangnya William tak sadar si buta itu perlahan-lahan mengikatnya dalam kilat manik abu-abunya. Terlalu dalam, hingga William menghalalkan segala...