Read More >>"> Kala Senja (3. Dunia Dalam Tempurung) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kala Senja
MENU
About Us  

"Astaga!" Aldo nyaris melempar handphone yang baru saja ia gunakan untuk melakukan selfie, ketika mendapati sesosok mahluk asing sudah berdiri di samping meja tempat duduknya.

Meneguk ludah yang entah sejak kapan serasa menelan biji salak. Pemuda itu menolehkan kepala, mengedarkan pandangan ke seluruh isi kelas, berharap mendapat pertolongan dari para penghuninya. Sialnya, semua kepala yang berada di sana tampak tak acuh pada keadaannya yang di sambangi mahluk bersurai panjang yang nyaris menutupi sebagian wajah pucat yang masih bisa Aldo tangkap. 

Pemuda itu kian mengkerut di tempat duduk. Kala sosok itu bergerak mendekat kearahnya. Nyaris saja ia berteriak, ketika gadis itu mengulurkan kedua tangan. Membuatnya mengkhayal berada dalam sebuah adegan film horor, di mana ia yang dalam keadaan terdesak, dan sosok di hadapannya berniat mencekiknya. Tapi segala khayalan yang bercokol di kepalanya seketika menguap. Saat gadis itu menyodorkan sebuah jaket Bomber hitam yang tak asing untuknya.

"Tolong, berikan ini, pada temanmu." Bisiknya nyaris tertelan kebisingan kelas.

"Al ... Aldric? Maksudmu?" Tanya Aldo, sekadar memastikan.

Mengangguk kaku, gadis itu meletakkan jaket tersebut ke atas meja. Mengingat, tak ada pergerakan dari pemuda di hadapannya untuk menerima uluran tangan yang sedari tadi menggantung di udara. 

Tanpa menambah kata, gadis itu berbalik, sebelum kemudian beranjak pergi. Meninggalkan Aldo yang tengah meraup udara di sekitarnya dengan rakus. Karena ia sendiri tak sadar, jika sedari tadi menahan napas karena terlalu sibuk menenangkan debaran jantungnya yang ribut karena rasa takut.

Tak berselang lama, sosok Aldric muncul dari balik pintu kelas. Berjalan tenang, mengabaikan sapaan beberapa siswi yang mencoba peruntungan, mengharap mendapatkan sapaan balasan. Sayangnya, mereka hanya bisa tersenyum kecut. Mendapati pemuda itu bahkan tak melirik sedikit pun. Dan pemandangan tersebut tak luput dari penglihatan seorang Aldo yang terkekeh di tempat duduknya. Jangankan para gadis yang tengah mencoba melakukan modus itu. Ia saja yang beberapa bulan menjadi teman sebangku Aldric tak pernah terlibat obrolan apa pun. Meski Aldo sering kali memancing  dengan berbagai obrolan absurd yang selalu kandas karena tak mendapat tanggapan. Lelah karena harus mengoceh seorang diri, seakan ia tengah melakukan sesi curhat pada tembok. Pemuda memilih untuk mengurangi ocehan tidak pentingnya terhadap Aldric. Bahkan selama beberapa bulan menjadi teman sebangku, baru tiga hari yang lalu akhirnya seorang Aldric melakukan interaksi dengannya. Itu pun di karenakan Aldric yang meminjam pulpen berbulu miliknya. Pulpen yang Aldo dapatkan juga dari hasil pinjaman namun menjadi hak milik secara sepihak. Mengingat, Lia, sang pemilik pulpen berbulu itu tak mempermasalahkannya.

"Sumpek banget itu muka? Kaya penumpang angkot kekurangan tempat duduk." Celotehnya, sebelum tergelak seorang diri. Karena seperti biasa, tembok berwujud manusia kaku di sampingnya hanya akan mengatupkan mulut dengan rapat. Kadang, hal itu menjadi hiburan tersendiri untuk Aldo. Menggoda Aldric dengan bersikap menyebalkan di hadapan pemuda berwajah datar dan memiliki sikap kaku terhadap sekitarnya. Seolah, ia membangun sebuah pertahanan diri yang tidak boleh di masuki oleh siapa pun.

Tak lagi kesal, karena sudah kebal terabaikan sosok di sampingnya. Aldo meraih sesuatu dari balik laci meja tempat duduknya. Sebelum kemudian meletakkan benda itu di hadapan Aldric yang menatapnya tanpa minat.

"Tadi doi kemari bawa ini," Ucapnya, tak lupa menyelipkan seringai menyebalkan. Kembali mencoba menggoda Aldric. Terlebih, saat ini ia memiliki bahan yang sangat menarik, untuk di jadikan senjata mengusik Aldric. Karena rupanya, dari sekian deretan siswi yang mendamba seorang Aldric, pemuda itu justru terlibat dengan sosok yang mendapat julukan gadis tak kasat mata. Karena keberadaannya yang tak pernah di anggap oleh orang-orang yang berada di sekitarnya.

Menarik, pikir Aldo.

"Apa pun yang bersarang di kepalamu tentangnya saat ini, segera enyahkan." Suara itu membuat Aldo kembali menginjak kesadaran. Setelah sebelumnya terlarut dalam lamunan.

Menolehkan kepala secara cepat, hingga nyaris membuatnya terkilir. Pemuda itu menatap takjub pada sosok yang tampak duduk tenang di sampingnya. Berbanding terbalik dengan keadaan Aldo sendiri yang kini begitu antusias.

"Nah, kan! Pembelaanmu itu justru membuatku semakin yakin, jika gadis tak kasat mata itu memang mendapat perhatian yang berbeda darimu." 

Tak lagi bersuara, Aldric mengabaikan Aldo yang tak juga berhenti melakukan ocehan dengan wajah menyebalkan.

Dalam hati Aldric merutuk. Kenapa juga ia harus membicarakan hal yang tak penting semacam tadi. Jika pada akhirnya, hanya akan menjadi bahan ocehan teman sebangkunya yang ia tahu, tak akan berhenti dalam jangka waktu hingga beberapa hari ke depan.

***

Menarik napas panjang, gadis itu melarikan pandangan pada penunjuk waktu yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Hanya menyisakan beberapa menit sebelum waktu istirahat berakhir. Kembali meraih sisa roti kemasan yang berada di atas pangkuan, ia melanjutkan makan siang. Celotehan beberapa siswi samar-samar  tertangkap pendengaran, seolah menjadi bakcsound yang selalu mengiringi makan siangnya. Mengingat, lokasi makan siang  yang di pilihnya merupakan salah satu tempat favorit para gadis untuk bergosip.

"Kau masih ingin mencoba?" Tanya sebuah suara.

"Kenapa tidak?" Balas suara lainnya terdengar angkuh.

"Seorang Natalie saja di tolak, apalagi endapan kopi sepertimu?" Seru suara pertama sebelum tergelak keras.

Yang terdengar selanjutnya, hanya derap langkah kaki di sertai dengan suara tawa yang berderai.

Tanpa sadar, sudut bibir milik sesosok gadis yang masih menyembunyikan diri di salah satu bilik toilet itu terangkat. Membentuk sebuah senyuman tipis yang terkesan miris. Karena ada sudut hatinya yang tercubit rasa iri.

Kembali mengembalikan pandangan pada penunjuk waktu, gadis itu tergesa membersihkan beberapa remah roti yang tertinggal di atas rok abu-abu yang ia kenakan. Sebelum kemudian beranjak keluar. Dan mendapati keadaan toilet yang kini tampak lengang. Tak ada lagi barisan para siswi yang menyesaki wastafel demi bersolek memperbaiki penampilan, atau sekadar melakukan berbagai obrolan. 

Meski sering kali, hal yang mereka bicarakan tak jauh dari berbagai gosip terhangat yang terjadi di lingkungan sekolah. Dan nyaris empat bulan terakhir ini, pendengarannya di sesaki oleh berita tentang sesosok anak baru yang dalam sekejap menjadi pusat perhatian. Tak sekadar karena paras rupawan yang di milikinya, Aldric Pranaja menjadi perbincangan hangat pada awalnya, karena ia merupakan kembaran dari seorang Aldrian. Siswa berprestasi yang di ketahui melakukan tindakan bunuh diri. Hal yang sangat di sayangkan. Terlebih, jika menilik dari berbagai prestasi yang di torehkannya semasa di sekolah. 

Nama Aldric kian melambung, saat Natalie, gadis yang di nobatkan sebagai primadona sekolah tersebut, secara terang-terangan menunjukkan rasa tertariknya pada Aldric. Bahkan kabarnya, ia sampai memutuskan hubungannya dengan Louise. Sosok yang sebelumnya menjadi dambaan para siswi di sekolah. Sebelum kemudian Aldric datang, dan mulai menggeser posisi Louise, sebagai cowok terpopuler di sekolah.

Meski hidupnya bak dalam tempurung. Tapi gadis itu tak menutup diri sepenuhnya. Ia juga mengetahui beberapa hal yang tengah terjadi di sekitarnya. Meskipun perannya sekadar angin lalu, di kehidupan para siswa populer seperti mereka.

"Sia!" Seruan itu membuatnya membatu di tempat.

Baru saja menjejakkan tiga langkah keluar dari ambang pintu toilet, gadis itu sudah harus menghentikan langkah. Ketika tiba-tiba sosok yang tak ingin ia temui, justru kini sudah berdiri berhadap-hadapan dengannya.

"Sia," panggil sosok itu dengan rasa antusias.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • zufniviandhany24

    ka jangan lupa mampir untuk bantu vote ceritaku https://tinlit.com/view_story/1078/1256

    Comment on chapter Satu Kelas
Similar Tags
Cheonita
28      11     0     
Romance
Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s ...
Crashing Dreams
11      11     0     
Short Story
Terdengar suara ranting patah di dekat mereka. Seseorang muncul dari balik pohon besar di seberang mereka. Sosok itu mengenakan kimono dan menyembunyikan wajahnya dengan topeng kitsune. Tiba-tiba sosok itu mengeluarkan tantou dari balik jubahnya. Tanpa pasangan itu sadari, sosok itu berlari kearah mereka dengan cepat. Dengan berani, laki-laki itu melindungi gadinya dibelakangnya. Namun sosok itu...
Ibu
8      8     0     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...
Begitulah Cinta?
372      196     0     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...
Like Butterfly Effect, The Lost Trail
147      85     0     
Inspirational
Jika kamu adalah orang yang melakukan usaha keras demi mendapatkan sesuatu, apa perasaanmu ketika melihat orang yang bisa mendapatkan sesuatu itu dengan mudah? Hassan yang memulai kehidupan mandirinya berusaha untuk menemukan jati dirinya sebagai orang pintar. Di hari pertamanya, ia menemukan gadis dengan pencarian tak masuk akal. Awalnya dia anggap itu sesuatu lelucon sampai akhirnya Hassan m...
Confession
334      267     1     
Short Story
Semua orang pasti pernah menyukai seseorang, entah sejak kapan perasaan itu muncul dan mengembang begitu saja. Sama halnya yang dialami oleh Evira Chandra, suatu kejadian membuat ia mengenal Rendy William, striker andalan tim futsal sekolahnya. Hingga dari waktu ke waktu, perasaannya bermetamorfosa menjadi yang lain.
Mistress
116      72     0     
Romance
Pernahkah kau terpikir untuk menjadi seorang istri diusiamu yang baru menginjak 18 tahun? Terkadang memang sulit untuk dicerna, dua orang remaja yang sama-sama masih berseragam abu-abu harus terikat dalam hubungan tak semestinya, karena perjodohan yang tak masuk akal. Inilah kisah perjalanan Keyra Egy Pillanatra dan Mohamed Atlas AlFateh yang terpaksa harus hidup satu rumah sebagai sepasang su...
Nightmare
8      8     0     
Short Story
Malam itu adalah malam yang kuinginkan. Kami mengadakan pesta kecil-kecilan dan bernyanyi bersama di taman belakang rumahku. Namun semua berrubah menjadi mimpi buruk. Kebenaran telah terungkap, aku terluka, tetesan darah berceceran di atas lantai. Aku tidak bisa berlari. Andai waktu bisa diputar, aku tidak ingin mengadakan pesta malam itu.
Menghukum Hati
9      9     0     
Romance
Apa jadinya jika cinta dan benci tidak bisa lagi dibedakan? Kau akan tertipu jika salah menanggapi perlakuannya sebagai perhatian padahal itu jebakan. ???? Ezla atau Aster? Pilih di mana tempatmu berpihak.
IMPIANKU
615      313     0     
Mystery
Deskripsi Setiap manusia pasti memiliki sebuah impian, dan berusaha untuk mewujudkan impiannya itu. Walau terkadang suka terjebak dengan apa yang diusahakan dalam menggapai impian tersebut. Begitu pun yang dialami oleh Satria, dalam usaha mewujudkan segala impiannya, sebagai anak Broken Home. Walau keadaan keluarganya hancur karena keegoisan sang ayah. Satria mencoba mencari jati dirinya,...