Read More >>"> Wanna Be (Tragedi Toserba) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Wanna Be
MENU
About Us  

“Linda! Kau benar-benar lamban! Cepat kesini! Kejar!”

Linda tergopoh-gopoh mengejar Dae-Mi. Napasnya tak cukup panjang untuk terus berlari. Apalagi di malam yang dingin seperti ini. Tak henti-hentinya kebul asap keluar dari mulutnya, seirama dengan napas yang terengah-engah.

Apa Dae-Mi benar-benar tidak punya rasa lelah?

Sudah cukup lama mereka asyik kejar-kejaran. Melupakan kenyataan ini sudah benar-benar larut untuk berkejar-kejaran seperti orang gila. Orang gila yang benar-benar tidak sadar akan kegilaan mereka. Dae-Mi sama sekali belum tampak lelah. Wajahnya masih segar tersapu angin malam yang dingin. Kontras dengan Linda yang sepertinya telah terlihat menua dalam waktu sepuluh menit. Hal itu nampaknya menjadi hal yang sangat lucu di mata Dae-Mi sehingga Dae-Mi tak henti-hentinya mengejek  Linda.

“Lihat wajahmu Linda! Setiap langkah, wajahmu menua satu tahun! Hahaha! Makanya jangan terlalu memusingkan dunia ini Linda, mari kita be—“ BRUUKKK!!!

Dae-Mi terhempas setelah menabrak seseorang yang keluar dari sebuah toserba kecil dipinggiran jalan.

“Dae-Mi ya!!!” Linda bergegas berlari menghampiri sahabatnya yang terjatuh di depan pintu toserba. Jatuh bersama belanjaan yang juga berserakan di depan toserba itu.

Dae-Mi mencoba membetulkan kakinya yang tertimpa badannya. Matanya terpejam, rapat sekali. Bibirnya meringis tegang sambil seperti menahan sakit. Dae-Mi belum membuka matanya yang dipejamkan kuat-kuat menahan sakit sampai Linda datang dan menghampiri belanjaan yang berserakan.

“Ah!” seseorang turut membungkuk dan mengambil sisa belanjaan yang masih tercecer. Belum cukup, dia pun merangkak untuk menjangkau belanjaan yang tercecer jauh.

 “Maaf, maafkan sahabat saya telah menabrak Anda, Maaf.” Linda meminta maaf sambil terus memunguti belanjaan dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Linda belum melihat keadaan Dae-Mi, masih fokus dengan belanjaan itu.

“Tidak apa, saya juga minta maaf karena kurang hati hati,” balas dia tanpa saling memandang, sambil menaikkan masker hitam dan mengencangkan topi yang ia kenakan. Keduanya masih sibuk dengan belanjaan yang tercecer.

 KLINTING~

Lonceng pintu toserba berdenting.

Hyung!” Dua orang lainnya keluar dari dalam toserba.

“Ah! Hyung ini kenapa sih? “ keluh salah satu dari mereka. Lelaki itu tampak mengeluarkan sesuatu dari saku mantelnya. Dan lelaki yang satu lagi bergegas menuju Dae-Mi yang masih tersungkur di depan toserba.

“Anda tak apa? Bisa berdiri?” dengan sigap ia meraih bahu Dae-Mi untuk membantunya berdiri. Dae-Mi hanya mengangguk. Mulutnya masih terkunci. Rasa sakit sepertinya membungkam mulut Dae-MI. Setiap kali dicerca pertanyaan, Dae-Mi hanya mengangguk. Matanya masih belum bisa berkoordinasi dengan baik. Langkahnya tergopoh-gopoh walaupun telah dirangkul lelaki itu—agar lebih mudah berjalan. Dae-Mi dibantu untuk meraih bangku di ujung jalan depan toserba, lelaki itu menyuruhnya untuk duduk disana dan menunggu sebentar. Lelaki itu berlalu, kembali masuk ke dalam toserba.

“Hyung! Cepat kedepan toserba, keadaan genting!” PIP. Lelaki itu menutup telponnya, lalu berjalan menuju pinggir jalan depan toserba. Kepala dan badannya menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa henti. Seolah bertugas untuk berjaga dengan memperhatikan situasi sekitar.

“Terima kasih, maaf merepotkan” Linda memberikan 2 kantong belanjaan kepada lelaki di depannya—yang ditabrak Dae-Mi. Linda membungkuk. Mengucapkan maaf yang kesekian kalinya. Matanya kemudian berputar, jelas sekali ia mencari Dae-Mi. Dae-Mi sudah tidak ada di belakangnya lagi. Dia mulai panik.

“Temanmu sudah dibawa ke sana” lelaki itu memutarkan badannya dan menunjuk seorang perempuan yang sedang duduk sendiri di sisi lain toserba itu.

Sejak kapan dia berada disana?

Sekali lagi Linda membungkukkan badan dan mengucapkan terima kasih, lalu bergegas menghampiri sahabatnya yang sendirian.

Hyung! Bisa-bisanya menabrak dia sih? Hyung ini kenapa sih?”

“Mana aku tahu, aku hanya membuka pintu dan tertabrak begitu saja,”

“Kalau mereka mengenali kita bagaimana?”

KLINTING!

Lonceng toserba kembali berbunyi.

“Aku harus kesana dulu ya!” dengan kantong plastik kecil ia segera berlari menuju dua perempuan itu. ‘Ya! Naikkan maskermu!” timpal salah satu dari mereka.

“Dae-Mi? Sakit sekali ya? Bagaimana ini?” Linda hanya bisa menggigit jarinya. Jelas sekali dia bingung. Lagipula Dae-Mi belum berkata apapun semenjak tadi. Mulutnya masih terkunci. Sampai Linda melihat lelaki bermantek hitam tebal dengan masker hitam, berlari ke arah mereka berdua. Di tangannya terlihat kantong plastik yang ikut mengayun menyesuaikan irama larinya.

“Haaah.. Ini aku bawakan spray untuk lukamu. Mungkin dapat sedikit menghilangkan sakit,” ujarnya seketika ia sampai, napasnya terengah-engah.

Matanya memindai kaki Dae-Mi, “Sepertinya masih sakit sekali, tapi kau mengenakan skinny, bagaimana menyemprotkannya?” dia masih tampak berpikir untuk hal itu.

“Aku bisa melakukannya untuk Dae-Mi,” mata Linda ikut memindai kaki Dae-Mi. Lelaki itu memberikan kantong plastiknya kepada Linda, diarihnya spray itu dan mulai mengguncang-guncang botol spray itu. Lelaki itu menunggu.

Sepertinya akan sakit untuk mencoba menggulung celana skinny jeans yang dikenakan Dae-Mi lebih dari lututnya. Pasti sulit, dan tentunya sakit—bagi Dae-Mi. Linda berpikir keras. Tanganya masih mengocok botol spray itu. Lelaki itu pun masih menunggui mereka. Lalu berjongkok dan memandang Linda. Matanya seolah berkata Hei, kau ini sebenarnya bisa melakukannya atau tidak?

Melihat tatapan mata yang lelaki itu tujukan kepadanya dari balik masker dan rambutnya yang menjadi tirai bagi matanya.

Mata Linda jelas sekali mengatakan bahwa ia ragu. Juga tidak mungkin untuk menggulung celana di cuaca yang sedingin ini. Mungkin itu malah lebih membuat Dae-Mi buruk.

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti di depan kami. Kaca mobil turun perlahan, “Hyung!”

Pintu mobil itu terbuka, dan keluar seseorang yang tidak Linda lihat tadi. Tidak jelas memang, karena gelapnya malam. Namun, belum sampai melangkah 3 langkah, langkahnya terhenti, kemabli ke mobil, dan mengambil sesuatu dari dalam mobil. Sebuah masker. Lalu lelaki itu memasang masker hitamnya sambil berjalan mendekati Linda dan Dae-Mi.

Hyung siapkan mobil saja, dia biar aku yang bawa,” tangannya menepuk lelaki yang masih berjongkok di depan Dae-Mi. Lelaki itu bangun dan berjalan menuju mobil, Linda melihat jelas tangannya sedang membereskan mobil itu.

“Ah, apa tak apa jika aku membawanya masuk kedalam mobil itu?” tanya lelaki yang baru datang itu. Linda terdiam, masih berpikir, apakah baik baginya—dan Dae-Mi—yang notabene adalah wanita, untuk ikut masuk kedalam mobil lelaki yang tidak dikenalnya sama sekali larut malam?

Terdengar rintihan Dae-Mi, rintihannya semakin keras ketika angin dingin malam menerpa dan menusuk masuk kedalam tulangnya. “Sepertinya ia terkilir, akan agak menyakitkan untuk memaksakan kaki yang terkilir berjalan di hawa yang sangat dingin seperti ini, lebih baik segera di bawa ke rumah sakit,” lelaki itu melayangkan tatapan mata yang menenangkan dibalik mata tajam sipitnya.

Tanpa berpikir panjang, Linda langsung mengiyakan dan merapikan pakaian Dae-Mi sebelum ia bantu berjalan. “Apakah tidak ap—“ “Tidak usah sungkan, tidak apa kok, sudah seharusnya saling membantu, tenang, aku tidak akan berbuat jahat,”

Linda bangun dan mencoba membopong Dae-Mi, namun segera dicegah lelaki itu.

“Biar aku yang menggendong dia masuk ke mobil, tak usah khawatir, aku orang baik,” lelaki itu segera meraih tangan Dae-Mi yang lemas dari bahu Linda, segera melingkarkannya di bahu dan lehernya, lalu dengan sigap dan cepat menggendongnya dan membawa masuk ke dalam mobil.

Apakah ini sudah benar? Apakah ini tak apa bagiku dan Dae-MI? Pikiran itupun dengan asyiknya memenuhi pikiran Linda sambil melihat sahabatnya digendong lelaki yang tidak mereka kenal.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Cecilia
11      11     0     
Short Story
Di balik wajah kaku lelaki yang jarang tersenyum itu ada nama gadis cantik bersarang dalam hatinya. Judith tidak pernah menyukai gadis separah ini, Cecilia yang pertama. Sayangnya, Cecilia nampak terlalu sulit digapai. Suatu hari, Cecilia bak menghilang. Meninggalkan Judith dengan kegundahan dan kebingungannya. Judith tak tahu bahwa Cecilia ternyata punya seribu satu rahasia.
Perfect Love INTROVERT
242      137     0     
Fan Fiction
One of The Boys
473      338     8     
Romance
Summer is here, and Mercy O\'Keefe\'s will consist of sun, sea, sand - and her cousin Blake and his friends. But for Mercy, being \'one of the boys\' is about to take on a whole new meaning.
Daniel : A Ruineed Soul
10      10     0     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
Guru Bahasa
15      15     0     
Short Story
Pertama kali masuk pesantren yang barang tentu identik dengan Bahasa Arab, membuatku sedikit merasa khawatir, mengingat diriku yang tidak punya dasar ilmu Bahasa Arab karena sejak kecil mengenyam pendidikan negeri. Kecemasanku semakin menjadi tatkala aku tahu bahwa aku akan berhadapan dengan Balaghah, ilmu Bahasa Arab tingkat lanjut. Tapi siapa sangka, kelas Balaghah yang begitu aku takuti akan m...
Tentang Hati Yang Patah
13      13     0     
Short Story
Aku takut untuk terbangun, karena yang aku lihat bukan lagi kamu. Aku takut untuk memejam, karena saat terpejam aku tak ingin terbangun. Aku takut kepada kamu, karena segala ketakutanku.bersumber dari kamu. Aku takut akan kesepian, karena saat sepi aku merasa kehilangan. Aku takut akan kegelapan, karena saat gelap aku kehilangan harapan. Aku takut akan kehangatan, karena wajahmu yang a...
Confession
334      267     1     
Short Story
Semua orang pasti pernah menyukai seseorang, entah sejak kapan perasaan itu muncul dan mengembang begitu saja. Sama halnya yang dialami oleh Evira Chandra, suatu kejadian membuat ia mengenal Rendy William, striker andalan tim futsal sekolahnya. Hingga dari waktu ke waktu, perasaannya bermetamorfosa menjadi yang lain.
Nonsens
299      246     3     
Short Story
\"bukan satu dua, tiga kali aku mencoba, tapi hasilnya nonsens. lagi dan lagi gadis itu kudekati, tetap saja ia tak menggubrisku, heh, hasilnya nonsens\".
Kama Labda
11      11     0     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...
Perahu Waktu
11      11     0     
Short Story
Ketika waktu mengajari tentang bagaimana hidup diantara kubangan sebuah rindu. Maka perahu kehidupanku akan mengajari akan sabar untuk menghempas sebuah kata yang bernama rindu