Read More >>"> Wanna Be (Chapter 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Wanna Be
MENU
About Us  

Hari itu, hari di mana untuk pertama kalinya aku tertarik pada sesosok pria yang membuat dadaku berdegup kencang setiap aku berhadapan dengannya. Merasakan perasaan yang berbeda dari biasanya, rasa yang selalu menggetarkan jiwa.

Ku pandangi wajahnya, ku terawang jari jemarinya, melukiskan dalam otakku begitu tenang senyumnya, sorot mata yang tak pernah memandangku, kaki yang pergi entah kemana menjauh dan menjauh. Tak mampu ku gapai namun meradang.

"Sepertinya aku menyukai dirinya?" celotehku memujinya tanpa ragu. Bertanya-tanya semua tentang dirinya pada teman karibku di kelas yang kebetulan merupakan senior pria itu. Banyak hal yang ku temukan dari dirinya, walaupun tak sebanyak air di hamparan lautan.

"Apakah kau suka padanya?" teman karibku bertanya hal yang sudah ku duga.

"Iya, mungkin. Menurutku dia orangnya pendiam, tidak banyak bicara dan jika dilihat-lihat manis juga!!" jawab ku tanpa ragu.

Waktu begitu cepat berlalu tanpa ku sadari aku terjerat asmara pada dirinya, setiap hari memandanginya tanpa jemu di depan lorong-lorong tempat kita menuntut ilmu, tempat siswa-siswi bergemuruh ketika lapar mulai merasuki alam yang tak asing lagi untuk cacing-cacing yang meronta meminta santapan biasanya.

Gelora asmara itu tiba-tiba saja mulai memudar ketika aku tahu di media sosial wanita itu menandai tentang suatu foto dan kata-kata mutiara pada pria yang aku sukai. Apa mungkin ia seorang teman? Atau bisa jadi kekasihnya? Aku masih bertanya-tanya hubungan mereka yang sebenarnya. Lebih parahnya, walaupun aku tak melihat secara langsung teman karibku melihat dia dan dirinya bertemu di depan kelas mereka.

Aku yang memicu semua pembicaraan antara Iner dan Rain, karena rasa penasaran yang mulai meradang dalam darah ini. Mereka lebih tahu dirinya di banding dengan aku sendiri. Tak ada perbincangan panjang antara aku dan mereka, cukup tiga kata tapi bermakna.

"Dia ketemuan kemarin." Ucap Iner yang hampir membuatku shock setengah mati.

Rasa sedih mulai mampir dalam diriku, rasa kecewa pasti, benci itu tidak mungkin. Aku tidak mau menyalahkan dirinya akibat ulahku sendiri.

Pada suatu ketika, lantunan ayat suci Al-Quran berkumandang di tengah-tengah area sekolah. Benar saja, kami semua dalam kegiatan kerohanian. Dari ujung lorong seorang pria melantunkan suara kerasnya.

Tak lama kemudian, temanku berlari tergesa-gesa untuk memberitahu bahwa ada yang sakit di kelas 10. Dan ternyata, itu adalah dirinya. Firasatku tak pernah salah tentangnya, dengan ketulusan hati aku mengobati dirinya karena aku adalah bagian dari PMR di sekolahku. Bisa dibilang aku juga bagian terpenting diorganisasi itu.

Tak ada kata terima kasih dari dirinya, aku benci itu. Dengan wajah tanpa dosa ia tidak mengucapkan terima kasih. Aku merutuki diriku sendiri, karena aku menolong dengan pamrih. Kemudian aku berfikir jernih bahwa aku menolongnya atas dasar KEMANUSIAAN. Aku pergi meninggalkan dirinya di kelas.

Kejadian itu yang mengingatkanku pada dirinya sampai detik ini. Wajah pucat yang pasih, menandai betapa kesakitan dirinya dengan penyakitnya. Mungkin sekarang kau sudah lupa bukan? Dengan apa yang ku lakukan padamu waktu itu? Meski begitu aku tak apa kau tak mengingatnya, aku ikhlas menolongmu.

Lambat laun aku sadar bahwa persaanku tak terbalaskan. Kafa, sebenarnya tahu perasaanku dari Iner dan Rain. Kafa sangat acuh terhadapku, tak sekalipun ia bertanya padaku, menyapaku apa lagi tersenyum padaku. Ia hanya tersenyum kepada teman-temanku. Betapa sedihnya aku tak pernah terlihat olehnya.

Terkadang setiap malam menjelang tidur aku menangis di kamar. Mengapa aku bisa menyukainya dan begitu mengharapkannya? Dia yang membuatku seperti ini. Aku sakit Fa. Aku terluka ketika kau tak pernah sedikitpun memandangku Fa. Apakah kau tak pernah sadar? Walaupun aku tahu kau sudah ada yang memiliki, tapi tak bisakah kau menganggapku ada?

Dan untuk pertama kalinya kau tersenyum padaku ketika kau menjadi tura di upacara bendera. Kau tepat di depan mataku, aku sengaja tersenyum padamu Fa. Dan akupun senang saat kau membalasnya, dengan penuh keraguan. Aku melihat itu dari raut wajahmu. Aku sedih Fa, dengan keraguan itu. Aku sudah mencoba tersenyum berkali-kali padamu. Tapi apa kau masih ragu dengan senyumku?

Sampai akhirnya aku di pertemukan dengan hari di mana aku harus tampil bukan sebagai diriku. Menjadi wanita sombong dan angkuh tetapi tetap berkualitas. Peran itu aku terima karena sangat cocok dengan karakterku yang keras. Keras dalam hal yang positif.

Untuk pertama kalinya ia tersenyum tulus kepadaku, mungkin ia terkagum melihatku seperti itu apa mungkin Kafa merasa terhibur dengan pertunjukkan kelasku. Entahlah aku tak tahu? Yang jelas, aku hanya tahu bahwa dirinya tulus tersenyum padaku. Kesekian kalinya aku beralih menatap dirinya menatap lagi dan lagi saat aku bermain peran.

Masih bisanya ya saat-saat seperti itu aku memperhatikan orang lain. Di saat orang lain terfokus padaku aku malah berfokus kepada orang lain. Senyum itu yang mengingatkanku terhadapnya.

Hampir satu tahun setengah aku menyukainya, terlalu banyak luka pula yang aku terima. Kau tak pernah tahu Kafa, bagaimana aku berharap padamu. Aku selalu mengingat setiap malam aku menangisimu untuk kesekian kalinya akupun berfikir,

"Mengapa aku bisa menyukaimu dan begitu nyaman dengan aku menerawang wajahmu dari kejauhan?"

Aku pernah menampik bahwa aku menyukaimu aku berkata pada mereka,

"Gue ga suka lagi sama Kafa, kalo gue sampe sekarang suka sama Kafa itu karena dia mirip sama almarhum Bapak gue. Bukan karena apa-apa."

Sebenarnya aku hanya mengada-ada tentang itu, tapi lama kelamaan Kafa memang benar-benar mirip dengan seorang pria yang seumur hidup selalu ku cintai bahkan aku menyayanginya sampai mati yaitu ayahku. Dia yang membuatku bertahan sampai detik ini.

Mulut-mulut mereka berceloteh penuh rasa iba padaku. Padahal aku tak perlu rasa iba dari mereka.

"Ya udah bilang aja langsung kalo lo suka sama dia. Langsung PDKT, minta nomor hpnya."

Aku selalu menentang,

"OMG Hello. Masa iya cewek duluan yang bilang, emang gue cewek apaan. Murahan banget kayanya. Sorry harga diri gue terlalu tinggi."

Teman-temanku pun akhirnya membenarkan perkataanku.

"Iya juga sih, takutnya Kafa jadi ilfeel."

Sudah terlalu tertatih buatku menyukainya apa lagi mencintainya, tapi tak mungkin untukku mencintainya hanya saja aku sayang padanya. Melihatnya dari sini, seperti ayah di kala bujang. Kau selalu mengingatkan ku padanya Kafa.

Tapi aku sangat-sangat menderita, merana, teraniyaya, sangat berduka, bahkan aku benar-benar terbebani olehmu Kafa. Menyukaimu adalah hal terbodoh yang pernahku lakukan dan kaupun tak pernah melihat diriku meski ku tepat di depan matamu.

Aku terlalu murahan untuk menyukaimu, terlalu munafik juga aku tidak menyukaimu bahkan aku terlalu mengemis untuk bisa bersamamu. Aku butuh pria yang bisa melindungiku Kafa. Aku sangat membutuhkanmu dalam hidupku, aku memilihmu sebagai pelindungku. Aku butuh tiang yang sangat kokoh untukku bersandar dari segala ombak yang menerjang, tapi apa? Hah? Kau tak pernah mau menjadi tiang itu. Aku rapuh Fa, aku lemah dan aku tak berdaya menghadapimu yang seperti ini.

 Semenjak ayah pergi dari kehidupanku, sudah tak ada lagi yang bisa melindungiku Kafa. Sampai-sampai aku harus melindungi diriku sendiri tanpa ada pengawalan dan tanpa ada pengawasaan. Kau tak tahu bukan? Betapa menyedihkanya menjadi diriku? Harus mendapatkan cinta yang bertepuk sebelah tangan? Terabai olehmu? Tapi aku kuat Fa, ibuku selalu mengajarkanku untuk menjadi STRONG GIRL dan nyatanya sampai saat ini aku bisa. Ya, walau terkadang aku sangat-sangat cengeng menghadapi cinta monyet ini.

But now !! Without you I'm fine. I can breath. I can do everything. Without you I'm strong. Happy and Peace.

Tapi sekarang aku berfikir keras, ternyata kau bukanlah untukku. Kau terlalu EGOIS, tak pernah memberiku kesempatan untuk bisa masuk ke dalam duniamu.

Now, my life so happy. Setelah melepas kau dari hidupku. Aku terbebas dari penderitaan yang selama ini menjerat leherku. Tak ada beban yang ku pikul, tak ada sedih yang ku alami, tak ada air mata kepedihan hanya ada air mata kebahagian. Semua hilang saat aku berhenti menyukaimu. Lebih bahagia dengan keadaanku sekarang. Bersyukur dengan apa yang aku milikki, berharap padamu itu membuatku tak pernah bersyukur karena aku harus memilikimu. Memiliki sesuatu yang tak akan bisa ku miliki.

 

(Ciamis, Juli 2015)

How do you feel about this chapter?

0 0 3 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
KATAK : The Legend of Frog
5      5     0     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
UnMate
28      21     0     
Fantasy
Apapun yang terjadi, ia hanya berjalan lurus sesuai dengan kehendak dirinya karena ini adalah hidup nya. Ya, ini adalah hidup nya, ia tak akan peduli apapun meskipun...... ...... ia harus menentang Moon Goddes untuk mencapai hal itu
Memorieji
116      46     0     
Romance
Bagi siapapun yang membaca ini. Ketahuilah bahwa ada rasa yang selama ini tak terungkap, banyak rindu yang tak berhasil pulang, beribu kalimat kebohongan terlontar hanya untuk menutupi kebenaran, hanya karena dia yang jadi tujuan utama sudah menutup mata, berlari kencang tanpa pernah menoleh ke belakang. Terkadang cinta memang tak berpihak dan untuk mengakhirinya, tulisan ini yang akan menjadi pe...
Motor yang tertukar
7      7     0     
Short Story
Lalu, punya siapaaa inii
Let Me Go
307      249     4     
Short Story
Dream Of Youth
9      9     0     
Short Story
Cerpen ini berisikan tentang cerita seorang Pria yang bernama Roy yang ingin membahagiakan kedua orangtuanya untuk mengejar mimpinya Roy tidak pernah menyerah untuk mengejar cita cita dan mimpinya walaupun mimpi yang diraih itu susah dan setiap Roy berbuat baik pasti ada banyak masalah yang dia lalui di kehidupannya tetapi dia tidak pernah menyerah,Dia juga mengalami masalah dengan chelsea didala...
I'il Find You, LOVE
65      40     0     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
Senja di Sela Wisteria
5      5     0     
Short Story
Saya menulis cerita ini untukmu, yang napasnya abadi di semesta fana. Saya menceritakan tentangmu, tentang cinta saya yang abadi yang tak pernah terdengar oleh semesta. Saya menggambarkan cintamu begitu sangat dan hangat, begitu luar biasa dan berbeda, yang tak pernah memberi jeda seperti Tuhan yang membuat hati kita reda. “Tunggu aku sayang, sebentar lagi aku akan bersamamu dalam napas abadi...
L for Libra [ON GOING]
159      64     0     
Fantasy
Jika kamu diberi pilihan untuk mengetahui sebuah kenyataan atau tidak. Mana yang kamu pilih? Sayangnya hal ini tidak berlaku pada Claire. Dirinya menghadapi sebuah kenyataan yang mengubah hidupnya. Dan setelahnya, dia menyesal telah mendengar hal itu.
TEA ADDICT
4      4     0     
Romance
"Kamu akan menarik selimut lagi? Tidak jadi bangun?" "Ya." "Kenapa? Kan sudah siang." "Dingin." "Dasar pemalas!" - Ellisa Rumi Swarandina "Hmm. Anggap saja saya nggak dengar." -Bumi Altarez Wiratmaja Ketika dua manusia keras kepala disatukan dengan sengaja oleh Semesta dalam birai rumah tangga. Ketika takdir berusaha mempermaink...