Read More >>"> Karena Aku Bukan Langit dan Matahari
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Karena Aku Bukan Langit dan Matahari
MENU
About Us  

Harum gersang tanah yang teraba air hujan menenangkan hati Dion. Apalagi ia sekarang ditemani sang kekasih, uuh... sebuah ketrentaman jiwa yang tiada tara. Hanya sebuah senyuman yang mampu menempel pada mukanya. Tiada gelisah apalagi tangis.


Sempurna. Sungguh sempurna kehidupan Dion. Ia anak orang kaya, kekasihnya cantik nan baik hati, teman-temannya banyak, dan ia pun anak yang pandai di kelas. Kurang apalagi coba? Inilah kehidupan yang didamba-dambakan setiap manusia. Namun, sudah menjadi suratan takdir kalau hidup di atas pasti akan merasakan bawah. Itu pun karena kelalaian manusia itu sendiri. 
***
Hari ini adalah hari ulang tahun Dion. Ia sangat berharap dapat hadiah HP baru yang di iklan baru-baru ini. Yap bisa ditebak karena ia orang kaya, ia mendapat apa yang ia inginkan.
Tak perlu waktu lama untuk mempelajari HP itu, Dion telah mahir. Semua media sosial telah ia instal. Apa yang dulu ia tak tahu, kini telah menjarahi kehidupannya. Kini keasikan menyelimuti dirinya. Keasikan bermain kotak pintar itu.
“Dion, bantu Mama sini!”
“Bentar Ma, lagi sibuk.”
“Ya sudah kalau begitu.”

Di kamar tak terhiraukan lagi karena perhatian penghuninya telah terjun dalam dunia yang tak lagi nyata. Dion asik bermain dengan kotak pintarnya. Tak hirau waktu tak hirau pula keadaan kamarnya. 

Viona datang dengan sungging senyumnya yang khas. Wajahnya berseri menawarkan keramahan.
“Tante.” ucap Viona saat masuk.
“Eh Viona. Apa kabar?”
“Baik Tan. Dion mana Tan?”
“Dari tadi pagi cuma di kamar. Coba kamu ajak dia keluar sana. Masa satu hari penuh di kamar terus.”
“Ok Tante.”

Viona naik menuju kamar Dion. Ditemukannya kamar yang kumuh nan bau. Baju berserakan dimana-mana. Lusuh tercampakkan.
“Kamu sejak kapan jorok kaya ini?” tanya Viona.
Dion hanya diam asik main HP barunya. Jarinya menari-nari tiada henti di atas layar HP.
“Di, ayo keluar!” ajak Viona.
“Lah gak mau. Ini lagi asik.”

Viona menggulung muka. Dilihatnya game yang dimainkan oleh kekasihnya. Dalam sekejap game itu telah merebut perhatian sang kekasih. Eh, namun sekarang bukan saatnya nyerah. Viona menarik dagu Dion meminta perhatian penuh.
“Ayo Di. Kata Mamamu, kamu di kamar terus seharian ini.”
Ketika layar HP tertulis game over pandangan Dion langsung berubah. Mukanya menyunggingkan senyuman manis.
“Ya udah lah. Ayo!”
“Bentar, Aku kabari teman-teman dulu.”

Seperti sebuah semut yang berkumpul. Hitam pekat tak sisakan pandangan untuk melihat tanah. Ditemukanlah keadaan seperti ini di cafe. Dimana setiap kalangan muda berkumpul berbagi keceriaan.  

Ramai, namun sendu. Terjun sendiri dalam angan-angan menatap sang kekasih yang hanyut dalam dunia maya. Itulah Viona. Hanya wajahnya saja yang terlihat sumringah, tapi dalam hatinya kalut. Tak secercah kebahagiaan pun hinggap di sana.
“Vin, Aku ke toilet dulu ya!” pamit Dion.
Viona mengangguk.

"Kamu nggak apa-apa Vin, dikacangin kaya begini?” tanya Irfan.
“Ia tuh. Gara-gara HP canggihnya itu, sekarang Dion berubah. Dia malah enak tak-tek-tak-tek di layar HP-nya.” tambah yang lain.
“Aku nggak apa-apa kok. Mungkin ini hanya sebentar, nanti dia juga akan perhatian lagi kayak dulu.”

Tapi harapan itu hanya seperti angin lewat. Sangat menyejukkan di awal, setelah itu pergi entah kemana. Lambat laun, Dion makin asik sendiri. Entah di sekolah atau di rumah. Orang tuanya yang sibuk bekerja tak dapat mengontrolnya.

Hingga suatu hari, roda kehidupan itu benar-benar berjalan. Membawa Dion untuk meniti kembali dan menengok ke belakang. Nilai akademik Dion turun bagai meteor membuat Dion beralih ke bukunya. Tapi ketika ia membaca, HP canggih itu berdering seakan-akan berkata,
“Cek Aku! Cek Aku!”
Membuat Dion melihat HP dan ketika ia sadar akan bukunya kembali, jam sudah lelah menemani. Ia pun tidur.
*** 
Pagi yang indah nan ramai. Hari ini serentak di semua sekolah SMA sedang kedatangan wali murid untuk mengambil laporan hasil belajar anak mereka. Mungkin sudah suratan takdir. Di setiap waktu yang indah pasti ada saja yang bersedih.

Viona menghampiri Dion yang tengah duduk sendiri di gazebo sekolahnya. Ia masih saja menyendiri bertemankan HP canggihnya.
“Di, Aku mau ngomong sesuatu.”
“Hm, bisa nggak entar aja. Sedang asik nih.”
Viona menguatkan dirinya. Ia kumpulkan segenap keberaniannya. “Aku mau putus."

Pergerakan Dion terhenti. Wajahnya yang tadi sumringah, kini kelam. Tenggelam dalam kata Viona tadi. Dunia game yang tadi begitu asyik, kini dipandangnya sebagai pengganggu.
“Tapi... tapi kenapa Vin?”
“Kamu berubah. Kamu sekarang sudah gak peduli lagi sama Aku. Yang kamu pikirkan cuma HP, HP, HP. Aku cape Di.”
Viona pergi. Dion hendak menyusulnya, namun seseorang mencegahnya.
“Papa?!”
“Kamu harus ikut Papa sekarang.”
“Tapi Viona Pa!”

Sendu mulai menyapa beriringan dengan mendung yang menyelimuti bumi. Mendung itu membawa angin yang menerpa mencoba menyabarkan seseorang yang tengah terbakar amarahnya.

“Tahu gak Di, Papa pagi malam bekerja demi menyekolahkan kamu. Seharusnya kamu bisa membalasnya dengan prestasi yang lebih tinggi. Tapi kenapa prestasimu anjlok kaya gini?”
“Maaf Pa.”
“Tahu nggak, Papa membelikan HP itu bukan untuk sekedar mainan, tapi untuk mencari sumber belajar yang lebih luas."

Papa Dion mendebrak pintu dan beranjak pergi ke kantor. Sementara Mama Dion membelai halus rambut anaknya mencoba mengusir ketegangan yang barusan terjadi.

Amarah yang masih membara dan kebingungan karena melihat nilai anaknya anjlok membuat Papa Dion tak fokus berkendara. Naas ada sepeda motor yang menyebrang tanpa memandang kiri dan kanan membuat Papa Dion kaget dan membanting setirnya. Mobilnya oleng dan menabrak sebuah warung milik warga.
***

Titik-titik air mata terus menghiasi mata Dion yang tengah menatap Papa. Beliau terkapar tak sadarkan diri dengan perban membalut sebagian kepalanya. Mama Dion menghampiri lalu menyentuh pundaknya halus.
“Sudahlah Di, Papa akan baik-baik saja. Kamu istirahat dulu dari tadi siang belum makan kan?”
Dion menggeleng. Ia mengklaim bahwa semua kejadian ini mutlak kesalahannya.

Sempurna lah sekarang kesedihan yang merangkul hatinya. Kini tiada teman yang menghibur, tiada Viona yang selalu membuatnya bangkit, dan sekarang pangkat juara kelas telah direnggut darinya. Ia sadar semua ini terjadi, karena perbuatannya. Maka ia sediri yang harus menyelesaikannya.

Sesungging senyum menghampiri wajah Dion yang telah kusut. Mungkin ini satu-satunya jalan untuk membuat semuanya kembali utuh. Menyatukan semuanya yang telah pupus nan tercabik hanya gara-gara kotak pintar. Kali ini Dion ditunjuk oleh sekolah untuk mengikuti lomba karya ilmiah remaja bersama Viona dan Irfan teman baiknya yang tercampak.
Sudah dapat ditebak expresi Viona dan Irfan adalah sendu. Tak nampak secercah sinar pun hinggap di expresi itu ketika mereka bertemu.

“Fan, Vin tolong tunggu Aku! Aku mau ngomong sesuatu.”
Irfan dan Viona menghentikan langkah kakinya. Mereka malas melempar pandangan ke Dion. 
“Please Vin, Fan maafkan Aku. Aku memang bodoh mencampakan kebersamaan kita yang sungguh berarati. Jujur Aku merindukan semua kebersamaan kita. Tolong maafkan Aku!” pinta Dion.

Irfan tersenyum, ia sadar kesalahan itu bukanah kesalahan besar. Dengan lapang dada, ia uluran  tangan memaafkan kesalahan temannya ini. Tapi tidak bagi Viona. Dia lah diantara semua teman Dion yang paling tersakiti. Ia kembali menghadapkan badannya membelakangi Dion. Hatinya kian berat untuk dapat memaafkan sang mantan. Semua keacuhan itu, keangkuhan itu, kesendirian itu, kembali menggelayut di otaknya. Air matanya menitik lalu ia lari. 


“Vin!” teiak Irfan.
“Biar Aku saja yang mengejarnya Fan.”
Dion langsung mengejar Viona.
“Vin, tunggu Vin!”
Viona berhenti.
“Aku tahu kamu sulit untuk memaafkanku, tapi untuk kali ini saja lupakan apa yang sudah terjadi. Demi nama baik sekolah kita Vin dan demi kesuksesan kita bersama dalam lomba kali ini.”
*** 
Dion memang mentari sekarang yang menerangi jalan timnya untuk melakukan riset karya ilmiah karena mereka mengambil karya ilmiah sains. Setelah melakukan percobaan pada kulit nangka yang mereka jadikan briket, mereka menulis karya ilmiah tersebut sesuai kaidah penulisannya.

BAB 1 terdiri dari judul, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran. Setelah itu selesai masuk ke BAB 2 adalah isi yang mengutarakan tentang landasan teori, metodologi, serta pembahasan hasil. Dan yang terakhir BAB 3 sebagai penutup.

Memang Dion sebagai mentari, namun tak pernah lagi menghangati hati Viona. Mentari itu kian terang ketika naskah mereka lolos sehingga mereka diundang untuk presentasi ke UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tapi mentari itu tetap tak bisa menggapai hati Viona lagi. Tak bisa untuk mencairkan es yang ada di sana.

Saat perjalanan ke Yogya, Dion memberanikan diri menghampiri Viona.
“Kamu masih marah sama Aku Vin?”
“Sudah enggak kok Di. Aku sudah memaafkanmu.”
Dion dapat bernapas lega kali ini. Semua permasalahannya satu per satu dapat ditumbangkan. Papanya telah sembuh dan dapat tersenyum kembali melihat anaknya maju ke perlombaan tingkat nasional. Viona telah memafkannya begitu juga dengan semua teman-temannya. Sekarang hanya tinggal dua, memenangkan perlombaan ini dan mengajak Viona balikan.


“Kini telah ditemukan bermacam-macam bahan bakar alternatif seperti biogas dan briket. Briket sendiri adalah bahan bakar ramah lingkungan pengganti batu bara. Briket kami ini terbuat dari kulit nangka. Yang mana selain mengurangi limbah kulit tersebut, kita juga dapat membuatnya sebagai bahan bakar alternatif.”
Dion berpresentasi dengan mantap. HP canggih itu kali ini ia benar-benar menggunakannya sebagai pembuka wawasan bukan sekedar main game dan medsos. Sementara Dion berpresentasi, Viona dan Irfan praktik cara membuat dan menggunkannya.
Setelah mentari mulai bergerak ke arah barat, mereka selesai. Expresi puas menyelimuti tim Dion.

Sekarang mereka hanya tinggal menunggu pengumuman. Sembari menunggu itu, inilah kesempatan Dion mengutarakan isi hatinya kepada Viona.
“Vin, Aku mau balikan sama kamu.”
Viona menyunggingkan senyumnya “Maaf Di, kamu harus belajar melupakanku. Aku sudah tidak bisa bersamamu lagi.”
“Tapi Vin,..”
“Aku sudah berusaha untuk bersabar saat itu. Namun sekarang Aku tak bisa menerimamu lagi.”
“Beri Aku kesempatan lagi Vin.”
“Berkali-kali Di, Aku beri kesempatan, namun dulu kau selalu fokus dengan HP.”

Irfan dan guru pendamping menghampiri Dion. Mereka mengabarkan bahwa tim mereka mendapat juara tiga. Senang memang, tapi kesenduan tetap ada di hati Dion. Dion sudah benar-benar jera. Tak akan lagi menghiaraukan perhatian dari orang-orang di sekitarnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Journey to Survive in a Zombie Apocalypse
16      14     0     
Action
Ardhika Dharmawangsa, 15 tahun. Suatu hari, sebuah wabah telah mengambil kehidupannya sebagai anak SMP biasa. Bersama Fajar Latiful Habib, Enggar Rizki Sanjaya, Fitria Ramadhani, dan Rangga Zeinurohman, mereka berlima berusaha bertahan dari kematian yang ada dimana-mana. Copyright 2016 by IKadekSyra Sebenarnya bingung ini cerita sudut pandangnya apa ya? Auk ah karena udah telan...
RINDU
378      305     2     
Short Story
Hidupmu adalah sebuah kutukan, Diana. Kau merindu dalam kesakitan dan terbangun dalam kegelapan.
the Overture Story of Peterpan and Tinkerbell
6      6     0     
Romance
Kalian tahu cerita peterpan kan? Kisah tentang seorang anak lelaki tampan yang tidak ingin tumbuh dewasa, lalu seorang peri bernama Tinkerbell membawanya kesebuah pulau,milik para peri, dimana mereka tidak tumbuh dewasa dan hanya hidup dengan kebahagiaan, juga berpetualang melawan seorang bajak laut bernama Hook, seperti yang kalian tahu sang peri Tinkerbell mencintai Peterpan, ia membagi setiap...
Midnight Sky
32      24     0     
Mystery
Semuanya berubah semenjak kelompok itu muncul. Midnight Sky, sebenarnya siapa dirimu?
Secret Love Story (Complete)
238      121     0     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Sang Musisi
4      4     0     
Short Story
Ini Sekilas Tentang kisah Sang Musisi yang nyaris membuat kehidupan ku berubah :')
Breakeven
144      108     0     
Romance
Poin 6 Pihak kedua dilarang memiliki perasaan lebih pada pihak pertama, atau dalam bahasa jelasnya menyukai bahkan mencintai pihak pertama. Apabila hal ini terjadi, maka perjanjian ini selesai dan semua perjanjian tidak lagi berlaku. "Cih! Lo kira gue mau jatuh cinta sama cowok kayak lo?" "Who knows?" jawab Galaksi, mengedikkan bahunya. "Gimana kalo malah lo duluan ...
LEAD TO YOU
252      97     0     
Romance
Al Ghazali Devran adalah seorang pengusaha tampan yang tidak mengira hidupnya akan berubah setelah seorang gadis bernama Gadis Ayu Khumaira hadir dalam hidupnya. Alghaz berhasil membuat Gadis menjadi istrinya walau ia sendiri belum yakin kalau ia mencintai gadis itu. Perasaan ingin melindungi mendorongnya untuk menikahi Gadis.
Senja (Ceritamu, Milikmu)
105      89     0     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...
Just Another Hunch
8      8     0     
Romance
When a man had a car accident, it\'s not only his life shattered, but also the life of the ones surrounding him.