Read More >>"> Moira (#22) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Moira
MENU
About Us  

.

.

.

Selalu ada namanya disetiap ceritamu

.

.

.

Roti krim yang diceritakan Alpha di dalam novel rasanya memang enak, manis, dan lembut. Aku ingin menangis saking rasanya enak sekali. Sejauh ini, roti krim yang dibelikan Lucas rasanya paling luar biasa dari makanan manis yang selama ini aku makan.

“Kau sebegitu sukanya dengan makanan manis?” tanyanya.

“Kau bertanya padaku?” kataku sarkas.

“Tck!!!”

“Habisnya, kemarin kita bertengkar hebat, hari ini kau malah menyeretku kemari? Kau punya semacam gangguan di otak ya? Padahal aku bilang untuk—“

“Kesalah pahaman?” katanya memotong ucapanku.

“Iya.”

“Anggap hari ini aku sial karena harus membawamu juga. Aku selalu kabur saat pesta lampion.”

“Kenapa tidak datang seperti biasa saja?”

“Mereka akan merasa tertekan jika rajanya muncul.”

Iya sih! Kau kan raja yang sadis.

“Kadang aku suka pusing memikirkan perilakumu. Sebenarnya, kau ingin menjadi apa sih? Aku sering bertanya seperti itu di dalam kepalaku. Aku harus melihatmu di sisi yang baik, atau yang sebaliknya.”

“Kau banyak bicara sekarang.”

“Gula dalam tubuh digunakan sebagai sumber energi kita untuk beraktivitas, salah satu aktivitasnya adalah berbicara.”

“Kukira kau tidak suka makanan manis.”

Gawat! Aku tidak tahu sisi Diana yang itu.

“Yaa… hanya berusaha menyukai hal-hal yang dulu tidak kusukai. Sudahlah, rotiku sudah habis, ayo kita berkeliling lagi. Aku tidak mau terlalu akrab denganmu,” kataku menariknya pergi.

 

**

 

Menjelang malam, sedikit demi sedikit keramaian yang tadi siang kami lihat mulai berkurang. Orang-orang mulai jarang berlalu lalang di sekitar kami padahal kami sudah berada di alun-alun kota. Kami duduk di dinding kolam ikan yang ada di tengah-tengah alun-alun kota ini.

“Kenapa semakin malam jalanannya semakin sepi?”

“Kebanyakan dari mereka mencari tempat paling tinggi untuk melihat lampionnya nanti.”

“Kenapa harus di tempat tinggi? Di sini tidak kelihatan memangnya?”

“Orang-orang percaya, semakin cepat kau melihat cahaya lampion, semakin cepat doamu yang tertulis di sana akan terkabul.”

“Kita tidak melakukannya?”

“Ada hal yang kau inginkan? Kau sendiri yang mengatakan jika kita ini pemimpin kerajaan, kenapa masih serakah mengambil jatah harapan orang lain?”

“Ini kan hal yang berbeda, kita harus berebut kalau soal harapan.”

“Aku tidak mau direpotkan oleh keinginanmu.”

Orang ini! Aku kan berharap supaya kita selamat dan hidup panjang umur, nyawamu sedang terancam sekarang, dan sebentar lagi, peristiwa yang aku takutkan akan menimpamu.

“Hei.”

Lucas tidak menggubris ucapanku.

“Seandainya kau tahu sebentar lagi akan mati, apa yang akan kau lakukan?”

Lucas kembali tidak menggubris ucapanku. Aku tidak berharap kembali padanya dan memilih menunggu acara puncak pesta lampion ini. Lampu-lampu di sekitar alun-alun sudah dipadamkan, lampu-lampu di rumah orang-orang juga satu demi satu dimatikan. Mungkin supaya nanti hanya ada cahaya dari lampion itu, dan harapan mereka yang terbang dan terang seperti cahaya.

Filosofi yang indah, dipikir-pikir.

“Aku akan membuat kematianku tidak pernah terjadi.” Lucas akhirnya menjawab pertanyaanku.

Aku menoleh ke arahnya, ia mulai membuka tudung kepalanya, orang-orang juga sudah mulai menjauh dari sekitar kami. Beberapa memilih pindah ke tempat yang lebih tinggi, tapi ada juga yang duduk di sekitar alun-alun seperti kami. Hawa dingin musim semi masih sedikit menggelitik Kerajaan Xavier, tapi tidak terlalu menembus atau mengusik kami terang-terangan.

Jawaban Lucas persis seperti perangainya yang dingin, arogan, menyebalkan, tapi sesekali tidak mudah ditebak.

“Kau sendiri?”

“Hm?”

“Apa yang akan terjadi jika sebentar lagi kau mati?”

Aku jadi ingat momen-momen sebelum aku menggelinding dari tangga klinik dan, sepertinya, tubuuhku sekarat. Kehidupanku dulu terbilang susah, walaupun aku bekerja hampir dua puluh empat jam, tapi, tetap saja tidak bisa dikatakan mencukupi. Aku harus memberikan beberapa persen pendapatanku untuk panti asuhan. Rasanya tidak enak saja meninggalkan panti asuhan secara cuma-cuma, aku hanya membalas kebaikan ibu-ibu panti selama dua puluh lima tahun hidupku.

Hidupku tidak banyak mengeluarkan uang, separuh lagi kutabung untuk masa depanku yang tidak begitu jelas. Kadang, jika ingin makan sesuatu, aku harus berpikir ratusan kali dan akhirnya tidak jadi. Tapi, tabunganku, usahaku untuk berhemat, rasanya jadi sia-sia karena tiba-tiba saja aku kecelakaan dan terlempar ke tempat entah berantah ini. Kasihan juga hidupmu, Tiara.

“Jika saja aku tahu lebih awal kematianku, sebaiknya aku pakai saja uang tabunganku dan membeli barang yang tidak penting atau membeli makanan yang selalu aku pikirkan tapi akhirnya tidak jadi dibeli. Aku akan menikmati hidupku, tidak perlu repot-repot memikirkan masa depan, toh, pada akhirnya aku tahu waktu kematianku sendiri.”

Ah! Kenapa hatiku jadi berat begini? Apa Diana punya penyakit asma?

Tak lama kemudian, ada setitik cahaya yang sedikit demi sedikit semakin mengisi langit malam ini. Hanya ada suara angin musim semi, tidak banyak suara-suara bising yang mengganggu. Cahaya-cahaya itu naik ke atas hingga keadaan remang di sekitarku mulai berubah karena cahaya dari lampion yang jumlahnya mungkin ratusan.

“Wahhhh!!!!”

Harus disebut apa ya suasana ini? Cantik, lampion-lampion yang terbang itu cantik sekali. Aku sampai heboh dibuatnya. Ini pertama kali aku melihat sesuatu yang luar biasa sekaligus juga sangat cantik.

“Wahhhhh!!!!”

Lagi-lagi aku hanya bisa mengagumi momen itu dengan gumaman tidak jelas. Aku sedikit bodoh dalam mengungkapkan perasaanku lewat kata-kata. Lampion-lampion itu seperti tidak ada ujungnya, mereka terus memenuhi langit-langit malam seperti titik-titik cahaya yang banyak. Berpijar seperti bintang, tapi yang diterbangkan dari bumi.

Tadinya aku ingin menyalahkan angin musim dingin karena tugasnya tidak membuat hawa panas yang tiba-tiba muncul ini menghilang. Rasa dingin yang beberapa saat lalu menggelitikku, perlahan berubah seperti pijaran panas dari ratusan lampion yang terbang ke langit malam. Tadinya aku ingin menyalahkan yang lain selain pelaku yang sebenarnya, tadinya aku ingin menyangkal perbuatannya atas hawa panas yang sekarang mulai menggelitik sekujur tubuhku.

Aku berusaha mengabaikannya, menarik keberadaanku supaya detik-detik waktu yang perlahan berhenti ini berjalan kembali. Berulang kali aku melepasnya, tapi gerakkannya lebih cepat dan membuatku semakin mabuk dan mulai kehilangan keadaan nyata disekelilingku yang mengabur dan panas. Matanya yang selalu memandang dingin ke setiap orang menatap langsung mataku dalam sepersekian detik yang terasa lama. Lama… sangat lama… bahkan ketika aku mencoba memutus hawa panas itu, ia tidak bergeming sama sekali.

Hawa panas itu berubah dari hanya sekadar gelitikkan yang tidak jelas menjadi sesuatu yang asing namun memabukkan. Bibir Lucas semakin dalam menciumku. Alasan sebenarnya kenapa hawa panas itu menguar di sekitarku. Bibirnya yang lembut menyentuh bibirku dan memaksa segalanya masuk dan menjadi satu. Matanya yang tajam dan dingin, namun sarat akan kesepian mendalam, perlahan menutup. Tatapan mata kami ia putuskan namun tidak dengan ciumannya yang melemahkan seluruh organku dan menggelitik perutku. Aku tidak pernah sebingung ini menentukan perasaan apa yang harus aku ungkapkan dan rasakan. Dia mencampurkan segala perasaan yang mulai berkembang dalam hidupku.

Juga segala hal menyangkut dirinya yang lagi-lagi membuatku salah paham.

 

 

Salam Hangat,

SR

ig: @cintikus

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
NADA DAN NYAWA
300      178     0     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
A Man behind the Whistle
30      27     0     
Action
Apa harga yang harus kau tukarkan untuk sebuah kebenaran? Bagi Hans, kepercayaan merupakan satu-satunya jalan untuk menemukannya. Broadway telah mendidiknya menjadi the great shadow executant, tentu dengan nyanyian merdu nan membisik dari para Whistles. Organisasi sekaligus keluarga yang harus Hans habisi. Ia akan menghentak masa lalu, ia akan menemukan jati dirinya!
HAMPA
9      9     0     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
BUNGA DESEMBER
12      12     0     
Short Story
Sebuah cerita tentang bunga.
My Brother Falling in Love
927      507     0     
Fan Fiction
Pernah terlintas berjuang untuk pura-pura tidak mengenal orang yang kita suka? Drama. Sis Kae berani ambil peran demi menyenangkan orang yang disukainya. Menjadi pihak yang selalu mengalah dalam diam dan tak berani mengungkapkan. Gadis yang selalu ceria mendadak merubah banyak warna dihidupnya setelah pindah ke Seoul dan bertemu kembali dengan Xiumin, penuh dengan kasus teror disekolah dan te...
Hanya Untukku Seorang
30      23     0     
Fan Fiction
Dong Hae - Han Ji bin “Coba saja kalo kau berani pergi dariku… you are mine…. Cintaku… hanya untukku seorang…,” Hyun soo - Siwon “I always love you… you are mine… hanya untukku seorang...”
Ketika Kita Berdua
1094      394     0     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
NWA
52      38     0     
Humor
Kisah empat cewek penggemar boybend korea NCT yang menghabiskan tiap harinya untuk menggilai boybend ini
Code: Scarlet
510      229     0     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
KESEMPATAN PERTAMA
320      260     4     
Short Story
Dan, hari ini berakhir dengan air mata. Namun, semua belum terlambat. Masih ada hari esok...