Read More >>"> Hamufield (Pujian Berujung Cercaan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hamufield
MENU
About Us  

Setelah lama menunggu, akhirnya guru selesai memeriksa jawaban semua siswa.

“Sekarang Miss akan bacakan nama tiga siswa yang meraih nilai tertinggi. Miss bangga karena ternyata ada yang bisa menyelesaikan 100 soal dan semua jawabannya benar.”

“Pasti Jessie, Alena, dan Nura. Gila ya Nura bisa selesaiin 100 soal. Pinter banget sih tuh anak. Nggak papa deh dia dapet nilai tertinggi, seenggaknya gue bisa masuk tiga terbaik.”

“Lo yakin Nura yang dapet nilai tertinggi, Jes? Bukan yang lain?”

“Siapa maksud lo? Cewek aneh itu? Nggak mungkin lah, Na.”

“Oke, coba kita tunggu nama siapa yang disebutin.”

“Sebelumnya Miss ucapkan selamat untuk kalian bertiga yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi. Miss akan sebutkan nama-namanya. Miss mulai dari Nura. Nura berhasil menyelesaikan 80 soal dengan jumlah jawaban benar 75. Selanjutnya Alena yang berhasil mengerjakan 50 soal dengan jumlah jawaban benar 40.”

“Na, kok Nura cuma berhasil jawab benar 75 soal. Terus siapa dong yang berhasil nyelesaiin 100 soal? Gue kan sama kaya lo, cuma 50 soal. Artinya gue nggak masuk tiga terbaik dong.”

“Tuh kan. Apa gue bilang. Tenang, Jes. Masih banyak kesempatan yang lain.”

“Lo tahu kan gue nggak bisa nerima kata gagal?”

“Perhatian semuanya. Tolong tenang dulu. Baik Miss akan lanjutkan. Selanjutnya untuk yang berhasil menjawab 100 soal dengan benar. Dia adalah Ve. Selamat Ve, Miss bangga sama kamu. Dalam waktu 30 menit kamu bisa menyelesaikan soal sebanyak itu dan nggak ada yang salah satu pun. Itu luar biasa.”

Ve hanya menganggukkan kepalanya. Dia menundukkan wajahnya begitu semua siswa menatap ke arahnya dengan tatapan kebencian.

“Miss ada hadiah buat kamu. Waktu itu Miss pergi ke London dan Miss beli dua pena di sana. Bagus banget dan tentunya harganya mahal. Sebenarnya ini pena favorit Miss, tapi sekarang yang satu akan Miss kasih untuk kamu karena kamu udah bikin Miss bangga. Tolong simpan baik-baik sebagai kenangan dari Miss. Ayo maju, Ve.”

Gadis pendiam itu pun melangkahkan kakinya dengan perlahan. Terukir sebuah senyuman kecil di wajahnya saat menerima pena dari guru bahasa Inggrisnya. Tidak lupa dia pun mengucapkan rasa terima kasihnya. Jessie dan Alena geram menyaksikan momen tersebut.

“Selamat ya, Ve. Gue bangga. Lo itu emang hebat,” puji Milka.

Sementara itu, alih-alih memberikan pujian seperti Milka, Nura justru tampak berwajah masam. Dia bahkan tidak melihat ke arah Ve sama sekali.

“Ve, coba gue lihat. Sebagus apa sih penanya. Gue penasaran,” ujar Alena begitu guru keluar kelas.

Dengan ragu Ve memberikan penanya. Alena menatap Ve dengan kilat jahat di matanya. Dia kembali ke mejanya. Entah apa rencananya. Gadis berambut pirang tersebut memukulkan penanya sendiri ke mejanya. Lalu dia kembali menghampiri Ve.

“Ini gue kembaliin, tapi gue kasih pena gue. Pena bagus dari Miss, buat gue.”

Alena memberikan penanya yang sudah patah kepada Ve. Gadis malang itu berusaha merebut penanya, tetapi usahanya sia-sia. Dia hanya bisa menangis karena pena yang baru saja diberikan gurunya diambil oleh Alena. Alena dan Jessie pun tertawa puas.

Milka yang menyaksikan kejadian tersebut berusaha membela Ve. Gadis tomboi tersebut merebut pena Ve dari tangan Alena. Namun Alena justru mendorongnya hingga jatuh tersungkur.

“Lo nggak usah ikut campur ya. Awalnya gue menghargai lo sebagai teman sekelas gue seperti anak-anak yang lain, tapi semenjak lo temenan sama dia, sejak saat itu lo juga jadi musuh gue. Inget ya, gue juga akan nyakitin siapapun yang berusaha belain cewek aneh ini.”

Tanpa rasa takut Milka bangkit dan berbalik mendorong tubuh Alena. Terjadilah pertengkaran di antara mereka. Jessie ikut turun tangan membela Alena. Sementara Ve berusaha menenangkan Milka.

“Mil udah ya. Aku nggak papa kok. Kita keluar aja.”

Gadis polos itu menarik tangan Milka keluar.

“Sok jagoan lo! Gue nggak takut biarpun penampilan lo kaya preman!” teriak Alena yang masih diselimuti amarah.

Milka yang mendengarnya merasa geram hingga hampir saja berlari membalas Alena lagi. Untung saja Ve bisa menahannya. Dia membawa Milka ke sebuah bangku yang ada di bawah pohon besar. Dengan ditemani semilir angin yang menyapa ramah, perlahan Milka mulai tenang.

“Kamu nggak perlu nglakuin itu lagi, Mil.”

“Ve, gue nggak bisa diem aja melihat lo diperlakukan semena-mena sama mereka. Lo kenapa sih diem aja? Itu bukan cuma pena, itu hadiah dari keberhasilan lo, itu kenang-kenangan dari salah satu guru kita. Si anak manja itu seenaknya merebut dari lo. Gue kesel. Lama-lama makin keterlaluan dia. Gue aduin ke guru biar tahu rasa dia.”

“Jangan, Mil.  Nanti masalahnya akan lebih buruk. Udah lupain aja kejadian tadi.”

“Gue heran ya sama lo. Lo kok bisa sih sabar banget ngadepin tingkah mereka? Kok lo kuat sih diem aja di-bully sama mereka? Gue tahu hati lo sebenarnya sakit banget, kan?”

“Aku udah biasa. Sangking biasanya aku bahkan lupa gimana rasanya menjadi anak normal yang hidupnya tenang tanpa perundungan.”

“Lo udah pernah ngalamin ini sebelumnya?”

“Selalu. Di setiap jenjang pendidikan. Sepertinya takdir memang akan terus membawa aku ke kehidupan yang menyedihkan ini. Aku hampir nggak ada bedanya dengan makhluk tak kasat mata yang ada ataupun enggak tetap dianggap nggak ada.”

“Oh iya gue dari tadi mau nanya belum jadi. Soal pipi lo. Kenapa bisa terluka gini? Siapa yang nglakuin ini?” tanya Milka sembari menyentuh goresan di pipi Ve.

“Yang satu Alena, satunya lagi aku sendiri.”

“Lo sendiri? Lo mau bunuh diri? Terus si cewek sombong itu kapan nglukain lo kaya gini?”

“Kemarin.”

“Kurang ajar banget sih dia. Harus dikasih pelajaran tuh anak. Kenapa sih nggak lo obatin malah lo tambahin lukanya?”

“Karena emang itu yang aku mau. Aku nggak suka wajah ini.”

“Kenapa? Lo mau nyeritain semuanya ke gue? Nanti gue ke kosan lo ya. Gue mau tahu banyak tentang lo.”

“Karena aku lihat kamu itu tulus, aku mau berbagi cerita sama kamu.”

“Oke kalau gitu nanti pulangnya bareng gue ya?”

Gadis pendiam itu mengangguk dengan senyuman kecil di bibirnya.

**

 

Ve menunggu Milka yang tengah mengambil motor di parkiran. Dia berdiri di depan gerbang sekolah. Tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berhenti di depannya.

“Ve, ayo bareng. Kan kita udah janjian mau pulang bareng,” ajak Nura.

Gadis berambut panjang tersebut menatap dengan penuh selidik.

“Maaf, aku ada janji sama Milka. Lain kali aja ya. Makasih tawarannya.”

“Oh ya udah. Besok pagi aku jemput ya.”

“Iya.”

“Jangan nolak lagi.”

Suara motor RX-king Milka yang memekikkan telinga menghentikan percakapan mereka.

“Yuk, Ve.”

Gadis bertopi itu memperhatikan mobil yang ada di depannya.

“Eh Nura. Ada apa, Nur?”

“Nggak papa. Tadinya aku mau ngajak Ve pulang bareng. Aku udah bilang sama dia kalau mulai sekarang aku yang antar jemput dia biar dia nggak jalan sendirian lagi.”

“Bagus dong kalau gitu. Gue setuju. Ve jangan tolak niat baik Nura ya?”

Ve tampak mengangguk dengan terpaksa.

“Nur, sorry ya kali ini Ve pulang sama gue dulu.”

“Iya, nggak papa.”

“Ya udah kita duluan ya. Bye.”

“Oke. Hati-hati.”

Selama di perjalanan Ve memegangi jaket Milka dengan erat. Gadis tomboi itu memang selalu ugal-ugalan ketika naik motor. Dia merasakan cengkeraman kuat tangan Ve hingga membuatnya tertawa.

“Lo takut ya? Sorry gue emang nggak bisa santai kalau naik motor.”

“Kayanya waktu itu aku selalu lihat kamu pakai mobil.”

“Iya biasanya gue emang naik mobil. Bukan kemauan gue sih, orang tua gue yang nyuruh, tapi gue nggak suka. Gue lebih demen naik motor kesayangan gue ini. Lebih seru. Bisa kebut-kebutan di jalan.”

“Orang yang nggak kenal kamu pasti akan berpikiran negatif tentang kamu dengan melihat penampilan kamu dan cara kamu naik motor seperti ini. Padahal kamu baik.”

Milka terbahak. “Lo orang pertama yang bilang gue baik. Gue sih nggak pernah mau nyari predikat baik. Gue cuma jalani hidup sesuai kemauan gue.”

“Pasti enak ya bisa hidup sesuai kemauan kamu. Seperti burung yang bisa terbang bebas.”

“Emangnya lo enggak?”

“Nggak pernah.”

“Kok bisa? Nanti ceritain ke gue ya. Pokoknya gue mau tahu semua tentang hidup lo.”

“Kenapa kamu penasaran banget sama aku?”

“Karena lo itu beda kaya yang lain. Orang lain natap gue dengan rasa takut. Mereka temenan baik sama gue cuma karena takut aja sama gue, tapi lo dari awal ketemu gue nggak pernah kelihatan takut sama gue. Bahkan dari pertama kita deket lo udah bilang kalau gue itu baik. Itu pujian pertama yang gue dapet dari orang lain. Gue pengen banget jadi sahabat lo.”

“Dari awal masuk kelas aku udah ada feeling kalau kita bakalan jadi temen deket.”

“Hah? Serius?”

“Iya. Dari lihat mata kamu feeling itu muncul.”

“Lo peramal ya? Atau anak indigo? Kesan pertama gue waktu lihat lo jujur aja gue langsung mikir lo itu anak indigo dan temenan sama makhluk-makhluk halus gitu.”

“Enggak kok. Aku anak biasa, tapi aku emang seperti mereka. Aku nggak pernah ada di mata orang lain. Apa bedanya dengan para makhluk tak kasat mata itu?”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Friends of Romeo and Juliet
560      218     0     
Romance
Freya dan Dilar bukan Romeo dan Juliet. Tapi hidup mereka serasa seperti kedua sejoli tragis dari masa lalu itu. Mereka tetanggaan, satu SMP, dan sekarang setelah masuk SMA, mereka akhirnya pacaran. Keluarga mereka akur, akur banget malah. Yang musuhan itu justru....sahabat mereka! Yuki tidak suka sikap semena-mena Hamka si Ketua OSIS. dan Hamka tidak suka Yuki yang dianggapnya sombong dan tid...
Trainmate
68      47     0     
Romance
Di dalam sebuah kereta yang sedang melaju kencang, seorang gadis duduk termangu memandangi pemandangan di luar sana. Takut, gelisah, bahagia, bebas, semua perasaan yang membuncah dari dalam dirinya saling bercampur menjadi satu, mendorong seorang Zoella Adisty untuk menemukan tempat hidupnya yang baru, dimana ia tidak akan merasakan lagi apa itu perasaan sedih dan ditinggalkan. Di dalam kereta in...
Truth Or Dare
161      86     0     
Fan Fiction
Semua bermula dari sebuah permainan, jadi tidak ada salahnya jika berakhir seperti permainan. Termasuk sebuah perasaan. Jika sejak awal Yoongi tidak memainkan permainan itu, hingga saat ini sudah pasti ia tidak menyakiti perasaan seorang gadis, terlebih saat gadis itu telah mengetahui kebenarannya. Jika kebanyakan orang yang memainkan permainan ini pasti akan menjalani hubungan yang diawali de...
Mars
26      14     0     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Lusi dan Kot Ajaib
184      83     0     
Fantasy
Mantel itu telah hilang! Ramalan yang telah di buat berabad-abad tahun lamanya akan segera terlaksana. Kerajaan Qirollik akan segera di hancurkan! Oleh siapa?! Delapan orang asing yang kuat akan segera menghancurkan kerajaan itu. Seorang remaja perempuan yang sedang berlari karena siraman air hujan yang mengguyur suatu daerah yang di lewatinya, melihat ada seorang nenek yang sedang menjual jas h...
Kepada Gistra
6      6     0     
Short Story
Ratusan hari aku hanya terfokus mengejar matahari. Namun yang menunggu ku bukan matahari. Yang menyambutku adalah Bintang. Kufikir semesta mendukungku. Tapi ternyata, semesta menghakimi ku.
Her Glamour Heels
290      214     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
Mencari Virgo
290      226     2     
Short Story
Tentang zodiak, tentang cinta yang hilang, tentang seseorang yang ternyata tidak bisa untuk digapai.
Iblis Merah
123      91     0     
Fantasy
Gandi adalah seorang anak yang berasal dari keturunan terkutuk, akibat kutukan tersebut seluruh keluarga gandi mendapatkan kekuatan supranatural. hal itu membuat seluruh keluarganya dapat melihat makhluk gaib dan bahkan melakukan kontak dengan mereka. tapi suatu hari datang sesosok bayangan hitam yang sangat kuat yang membunuh seluruh keluarga gandi tanpa belas kasihan. gandi berhasil selamat dal...
Sweetest Thing
73      39     0     
Romance
Adinda Anandari Hanindito "Dinda, kamu seperti es krim. Manis tapi dingin" R-