Read More >>"> Aku Sakit (Chapter 3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Aku Sakit
MENU
About Us  

I found, what I was looking for

A love that’s meant for me

A heart that’s mine completely

Knocked me right off my feet                         

And this year I will fall

With no worries at all

‘Couse you are near and everything’s clear

You’re all I need

Underneath the tree

Semalam aku memikirkan usul Vanesa lalu searching lagu-lagu bernuansa Natal di soundcloud. Hingga pagi ini, aku belum bisa memastikan apakah akan menuruti permintaannya atau tidak.

Kuputar salah satu lagu hasil download melalui iPod dan melantunlah musik riang ber-volume lirih dari lagu Underneath the Tree-nya Kelly Clarkson. Lagu itu mengiringi aktivitasku di kamar sebelum berangkat sekolah. Tentu saja jangan sampai papa mendengar. Kalau tidak, papa pasti akan bilang seperti ini, “Bella, matikan itu, cepat turun dan habiskan sarapanmu, papa nggak ingin kamu terlambat, putri papa harus disipilin!” Dan, bisa dibayangkan sorot mata mama memperingatkanku agar tidak coba-coba melakukannya lagi.

Kukenakan seragam putih abu-abu, menguncir rambut, lalu duduk di tepi ranjang dan mengikat tali sepatu convers warna batu pirus−warna favoritku. Setelah itu, aku berdiri di depan cermin, memastikan seragam tidak ada yang berkerut-kerut, dan rok tidak ada yang kusut.

Tunggu sebentar. Hey, apa yang sedang kulakukan? Tubuhku bergerak refleks mengituti irama musik, memegang botol parfum dan bergaya layaknya penyanyi profesional. Bergerak ke samping, berputar, mengangkat tangan, sembari mulut komat-kamit menyesuaikan lirik lagu, dan tahu-tahu ...

“Bella, sedang ngapain kamu?”

Aku terkesiap. Mama membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Dia memergokiku sedang memonyongkan bibir dan menggoyangkan pinggul. Kedua matannya menyipit, pipinya menggembung dan bahunya naik turun menahan tawa. Cepat-cepat aku berbenah, berpura-pura menyemprotkan parfum aroma melati Mesir sekenanya lalu mematikan iPod.

Aku menyeringai. “Nggak ngapa-ngapain, Mah.”

“Nggak ngapa-ngapain kok monyong-monyong gitu, pakai goyang-goyang pinggul segala... sudah ayo turun. Mang Udin hari ini libur karena saudaranya menikah, jadi hari ini papa akan mengantarmu ke sekolah.”

 “Iya Mah, Bella segera turun.” Aku menyembunyikan wajah yang memerah dan buru-buru keluar kamar.

 

***

Ketika turun dari tangga, aku menemukan papa sudah berada di ruang makan. Seperti biasa papa menjadi inspektur kesehatan, memastikan apakah menu sarapan pagi ini layak untuk kami santap.

Aku berjalan mendekati Meja, menarik kursi lalu duduk tanpa memandang ke arah papa.

“Mana mama?” tanya papa.

“Tadi ada di kamar atas.”

 Bersamaan dengan itu, mama turun dari tangga dan menghampiri kami. “Ada apa, Pah?”

“Mah, Ini terlalu banyak kalori dan lemak. Coba kau lihat itu … sudah ada telur mata sapi, sosis goreng, kau buat pula roti keju dengan celupan telur, di-grill pakai minyak pula. Coba tekan ini ...” Papa menekan setangkup roti tawar berisi keju cheddar berselimut telur dari piringnya menggunakan garpu. “Berminyak semua mana bisa dimakan, kau ganti saja dengan roti tawar panggang biasa!”

Mama mendengus pelan. Aku tahu mama pasti kesal, tapi demi mencegah perselisihan kecil soal makanan di antara mereka, aku menawarkan diri untuk menyiapkan roti panggang seperti yang diminta papa.

“Biar Bella aja yang ganti, Mah.”

Aku berjalan ke dapaur dan mengambil enam lembar roti tawar dari dalam lemari pendingin. Kemudian memanggang roti tersebut selama beberapa menit. Setelah permukaan roti berubah kecokelatan, kupindahkan ke piring yang baru. Kuambil semangkuk selai stroberi dari dalam laci makanan kering, lalu meletakannya di meja depan papa.

“Bagaimana pelajaramu di sekolah, Bella?” tanya papa sambil memindahkan selembar roti tawar ke piringnya.

“Baik, Pah.”

“Kimia?”

“A.”

“Biologi?”

“A.”

“Fisika?”

“A.”

“Metematika?”

“B plus”

Papa berhenti mengolesi selai stroberi ke permukaan roti tawar. Mengalihkan perhatian ke arahku. “Kenapa B?”

“B plus Pah, bukan B.” Aku mengoreksi.

“Iya, kenapa bukan A?”

Aku terdiam selama beberapa saat mencari alasan yang tepat. “Pak Berto nggak akan kasih nilai A kalau nilainya nggak lebih dari 95.”

“Berarti nilai kamu kurang dari 95 dong sayang?”

“Tapi nilai Bella 94 Pah, dan guru mata pelajaran lain memberi indeks A untuk nilai yang lebih dari 81. Indeks A batasan nilainya 81.”

“Jangan salahkan guru Matematikamu, tapi kamu yang harus belajar lebih keras lagi supaya memperoleh nilai lebih dari 95, buktikan pada guru Matematikamu itu kalau putri papa juga bisa mendapat nilai sempurna.”

“B plus juga sangat bagus sayang,” Mama berkomentar. Ia melayangkan senyum padaku. “Dan baru kali ini kan Bella dapat B plus, biasanya juga dapat nilai A.”

“Jangan biasakan memanjakan Bella seperti itu,” tukas papa. Lantas menggigit roti tawarnya, sementara mama kembali tutup mulut.

Suasana makan bersama menjadi kaku seperti biasanya. Kami bertiga mulai menyantap makanan dari piring masing-masing. Aku memotong sosis Jerman setelah menghabiskan selembar roti tawar, ketika papa mulai berbicara lagi.

“Hah, lihat berita ini,” ujar papa sambil menusuk potongan sosis. Perhatiannya beralih ke halaman depan surat kabar yang tergeletak di samping mangkuk yogurt kosong. “Ada-ada saja. Ini nih, pasangan pengantin muda diringkus dan dibawa ke kantor papa kemarin. Mau-maunya dimanfaatkan oleh orang nggak bertanggung jawab. Masa neror bom di tempat umum dan membahayakan nyawa orang lain, bisa-bisanya dijanjikan masuk Surga. Orang-orang seperti ini telah kehilangan akal sehat rupanya.”

Aku dan mama tidak berkomentar. Papa sangat berapi-api setiap kali menceritakan semua hal berkaitan dengan pekerjaan. Terlebih semenjak menjabat sebagai Kadensus. Harga diri dan derajat papa semakin melambung. Hari-hari membicarakan soal kriminal, bom, teror dan membahas peran penting papa dalam menangani semua itu. Ujung-ujungnya, papa pasti akan membanggakan diri sendiri.

“Makanya, bersyukurlah kalian punya papa yang hebat ini. Papa akan melindungi kalian dari bahaya apa pun. Memastikan keamanan kalian, kesejahteraan, dan kebahagian kalian. Dan, papa ingin kalian berada di jalan yang lurus.”

Tampaknya papa menyinggung soal mama. Soal berada di jalan yang lurus. Baiklah, biar kuceritakan sedikit permasalahan di antara papa dan mama. Setahun lalu, mama ingin mengajukan cerai. Iya, cerai. Mama tidak tahan terus-terusan dicurigai. Ia dituduh melakukan hubungan khusus dengan Om Burhan. Om Burhan adalah adik kandung papa. Beliau seorang pengusaha. Beliau sering bertandang ke rumah kami saat papa tengah bertugas.

Suatu ketika, papa mendengar bisikan setan-setan tetangga bahwa Om Burhan ingin mendekati mama. Itu sebabnya mereka kerap kali bertengkar di kamar. Namun karena suara papa sekeras halilintar, aku masih bisa mendengarnya dari kamarku. Mama berusaha menjelaskan bahwa dia dan Om Burhan tidak ada hubungan apa-apa. Om Burhan hanya menjenguk kami karena merasa dekat dengan keluarga ini. Namun papa cemburu buta.

Suatu hari, papa terang-terangan memarahi Om Burhan di depan mata. Semua gara-gara papa mendengar gosip tetangga kalau mama pergi bersama Om Burhan. Padahal mama hanya diantar pulang karena tidak sengaja bertemu di swalayan. Aku tahu itu, tapi papa tidak mau mendengarkan penjelasanku.

Sejak itulah papa benci sekali Om Burhan. Sampai-sampai Om Burhan dilarang menemui kami lagi. Kata mama, Om Burhan meninggalkan Jakarta dan sekarang tinggal di Singapura. Ah, sudahlah.

“Bella, kamu kenapa sayang?” tanya mama.

“Nggak apa-apa Mah, cuma pusing sedikit.”

“Minum obatnya ya sayang, mama juga akan bawakan pil di kotak makan siangmu.”

Aku bangkit dari kursi, bermaksud meninggalkan meja makan lebih cepat, tapi ...

“Habiskan jus seledrimu dulu, Bella!” seru papa.

Ugh, papa tidak tahu aku benci jus seledri. Jus hijau itu rasanya seperti kotoran alien. Isinya daun seledri, lobak bulat, apel hijau dan jeruk keprok. Aku wajib meminumnya sampai tidak tersisa setetes pun, meski rasanya ingin muntah.

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (5)
  • rezagustin

    yang nyangka bella hamil silakan balas komenan saya

    Comment on chapter Chapter 1
  • eR

    good story kak...
    banyak anak yg ngerasain ini :')

    Comment on chapter Chapter 1
  • Ardhio_Prantoko

    Next chapternya ditunggu. Mampir ke punyaku ya.

    Comment on chapter Chapter 1
  • Lovender

    Mampir kak ke ceritaku https://tinlit.com/story_info/4028

    Comment on chapter Chapter 1
  • ciputcute

    Nyimak kak .. ditunggu next chapternya.

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
Akai Ito (Complete)
116      93     0     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Secangkir Kopi dan Seteguk Kepahitan
9      9     0     
Romance
Tugas, satu kata yang membuatku dekat dengan kopi. Mau tak mau aku harus bergadang semalaman demi menyelesaikan tugas yang bejibun itu. Demi hasil yang maksimal tak tanggung-tanggung Pak Suharjo memberikan ratusan soal dengan puluhan point yang membuatku keriting. Tapi tugas ini tak selamanya buatku bosan, karenanya aku bisa bertemu si dia di perpustakaan. Namanya Raihan, yang membuatku selalu...
Shane's Story
61      42     0     
Romance
Shane memulai kehidupan barunya dengan mengubur masalalunya dalam-dalam dan berusaha menyembunyikannya dari semua orang, termasuk Sea. Dan ketika masalalunya mulai datang menghadangnya ditengah jalan, apa yang akan dilakukannya? apakah dia akan lari lagi?
Kama Labda
11      11     0     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...
The Secret
9      9     0     
Short Story
Aku senang bisa masuk ke asrama bintang, menyusul Dylan, dan menghabiskan waktu bersama di taman. Kupikir semua akan indah, namun kenyataannya lain. Tragedi bunuh diri seorang siswi mencurigai Dylan terlibat di dalam kasus tersebut. Kemudian Sarah, teman sekamarku, mengungkap sebuah rahasia besar Dylan. Aku dihadapkan oleh dua pilihan, membunuh kekasihku atau mengabaikan kematian para penghuni as...
TENTANG WAKTU
57      38     0     
Romance
Elrama adalah bintang paling terang di jagat raya, yang selalu memancarkan sinarnya yang gemilang tanpa perlu susah payah berusaha. Elrama tidak pernah tahu betapa sulitnya bagi Rima untuk mengeluarkan cahayanya sendiri, untuk menjadi bintang yang sepadan dengan Elrama hingga bisa berpendar bersama-sama.
Nina and The Rivanos
187      99     0     
Romance
"Apa yang lebih indah dari cinta? Jawabannya cuma satu: persaudaraan." Di tahun kedua SMA-nya, Nina harus mencari kerja untuk membayar biaya sekolah. Ia sempat kesulitan. Tapi kemudian Raka -cowok yang menyukainya sejak masuk SMA- menyarankannya bekerja di Starlit, start-up yang bergerak di bidang penulisan. Mengikuti saran Raka, Nina pun melamar posisi sebagai penulis part-time. ...
Orange Blossom
413      322     3     
Short Story
Kesepian, mimpi dan perjuangan, dua orang kesepian yang terikat dalam kesendirian, kisah yang bermula dari segelas Orange Blossom.
Like Butterfly Effect, The Lost Trail
147      85     0     
Inspirational
Jika kamu adalah orang yang melakukan usaha keras demi mendapatkan sesuatu, apa perasaanmu ketika melihat orang yang bisa mendapatkan sesuatu itu dengan mudah? Hassan yang memulai kehidupan mandirinya berusaha untuk menemukan jati dirinya sebagai orang pintar. Di hari pertamanya, ia menemukan gadis dengan pencarian tak masuk akal. Awalnya dia anggap itu sesuatu lelucon sampai akhirnya Hassan m...
Premium
Smitten With You
5287      1508     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.