Read More >>"> BATAM HAIL BASKETBALL (CHAPTER 8: REAL FORBIDDEN MOST WANTED) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - BATAM HAIL BASKETBALL
MENU
About Us  

CHAPTER 7: REAL FORBIDDEN MOST WANTED


Bluring yang meliputi pandangannya perlahan memudar, dia putar posisi pandangannya menjadi tegak.

"Good moring, Demiro! I think now is morning, I dont know," Frau menyapanya.

Benak Demiro bertanya-tanya soal penampilan Frau dan Aguer yang -dia perhatikan- bajunya berlumuran darah, bahkan tercium baunya. Segera Demiro sadari di mana dia berada, dalam sekotak ruang yang hanya difasilitasi satu toilet duduk di balik jeruji besi, sedangkan jeruji di seberangnya tidak didiami seorang pun.

"Look at yourself," kata Aguer, membuat Demiro memperhatikan diri sendiri yang -ternyata- berpenampilan sama kacaunya dengan kedua temannya.

"Maybe you need a breakfast now," kata Aguer sambil menawari sekotak sthyrofoam makanan kepada Demiro. "I dont used to eat a rice but shit I am hungry. This is yours."

"And drink," tambah Frau sambil melempar segelas kemasan air mineral kepaa Demiro, diterima dengan tangkapan.

"What happed with us?" tanya Demiro.

"I think everyone thinking that we were dead," jawab Frau.

"Some trick played us, I see," kata Aguer.

Demiro mencocol paksa segel gelas air mineral dengan jari-jari tangan kanannya, lalu meneguk airnya sambil tumpeh-tumpeh. Demiro sedang berpikir.

"Fuquein Arex! He didnt kill us immediately," simpul Demiro. "I dont know why but he be able to make a mistake by this way."

Demiro menaikkan jersey putihnya sampai sebatas leher. Tidak ada satu luka sayatan pun dia miliki pada badannya. Hanya darah, entah darah siapa, aromanya darah sungguhan. 

"As you see. Real blood but not yours, or mine," kata Frau.

"Or mine," Aguer menyambung.

Selain itu ada sebuah benda elektronik kecil menempel di bagian dada kiri Demiro, lalu jari telunjuk kanannya menekan benda seukuran koin dua ratus rupiah itu. "We are in emergency now," kata Demiro kepada dua temannya.

Setelahnya, mereka saling dengar derap langkah seseorang, bukan, sepertinya beberapa orang yang mendekat.

"Are you hear that?" tanya Frau.

Akhirnya, seperti yang mereka bertiga lihat.
"Good afternoon! Have you tasted good food allowances?" kata Arex yang dikawal empat orang bersenjata.

"Bangsat!" Demiro bangkit, menghampiri Arex yang sok santai sambil senyum-senyum.

"Fuqein garbage you have given," balas Aguer yang juga ikut berdiri dan menghampiri Arex, lalu diikuti Frau.

"Apa untungnya lu biarin kita masih hidup? Lu mau kita nunggu apa?" Demiro mulai tensi.

"Hmhm, sabar! Enggak usah ngegas! Justru gue susah kalau lu langsung gue bikin mampus. Sebenernya enggak perlu juga mereka berdua gue biarin hidup, lu aja yang gue perlu sekarang."

"Mau lu apa?"

"Hotel Athena di Nongsa. Kalau ada kunjungan dinas perhotelan, eksternal audit, investor, bakal susah kalau enggak ada bukti serah terima kepemilikan." Lalu Arex sodorkan sebuah dokumen dalam map kepada Demiro, juga penanya. Di belakang Arex, empat pengawalnya segera mengarahkan ujung senjata kepada Frau dan Aguer. Tentu Frau dan Aguer mendadak tegang.

"Kebetulan gue lagi sibuk, jadi gue masih bisa kasih kesempatan kalian hidup lebih lama. Mungkin sampai seminggu lagi," lalu menatap ke Frau dan Aguer, "Tell your leader to drop his signature in this letter, if you need a life for a week remains, or a month, a year."

"Demiro, do you have a win solution for us?" Aguer memastikan.

"I did. And I do," sambil melakukan apa yang Arex minta.

Arex terlihat puas dengan urusan itu. "Thanks!" lalu menutup map surat saat empat pengawalnya menurunkan todongan senjata. "Jangan khawatir! Gue akan siapin skenario buat hari terakhir kalian, yang enggak akan nyawa kalian lupain."

*

Sofi seorang diri di kamarnya sedang bercermin, lalu dikejutkan dering yang sangat berisik dan mengganggu dari smartphone-nya yang diletakkan di atas kabin rias, bahkan bergetar sampai bergerak seperti kerasukan nyawa. Sofi beri perhatian smartphone-nya yang menjalankan pemberitahuan darurat. Sofi buka rincian pemberitahuan itu. Dia ketahui profil dan lokasi Demiro berada saat itu, membuatnya sedikit membuka mulut karena terkejut dan mulai memahami suatu hal.

"Demiro!?" gumamnya pelan.

Sofi ingat sekaligus memikirkan suatu hal, sepertinya ada yang ingin dia lakukan.

*

Sebuah mobil SUV putih garapan Jepang melintas menuju sebuah jalan distrik yang cukup gelap dan sepi. Intensitas cahaya dari bulan sepertiga malam itu membuat dua papan nama di ujung jalan yang bertulisan 'Pasar Wisata & Kuliner' dan "Jln Perm GPI Cendana, Tiban, Sekupang' masih cukup jelas terbaca. 

Menyusuri jalan itu, lalu mengambil rute sampai menuju sebuah lokasi, entah rumah entah bekas kantor yang berpagar tembok dengan gerbang teralis besi, yang segera dibuka oleh seseorang dari dalam saat mengetahui kedatangan mobil itu, maka mobil itu masuk supaya diparkirkan pada posisi yang tepat. Dua orang keluar dari dalam mobil itu, ternyata Sofi dan Raw Slam. Didampingi beberapa orang yang sepertinya menjaga tempat itu, Sofi dan Raw Slam -yang membawa tas panjang, besar, warna hitam dan terlihat cukup berat- bergegas menuju lalu menyusuri suatu koridor yang tidak terlalu panjang dan sepi. Ada beberapa sel kosong di sana kecuali satu, -akhirnya- mereka temukan.

"Demiro!" panggil Sofi, mengetahu dia bersama Frau dan Aguer sedang menyantap makanan pada sekotak styrofoam, mengambil perhatian mereka bertiga.

Sampai lupa minum Demiro -begitu juga Frau dan Aguer- mengetahui kehadiran Sofi bersama Raw Slam.

"Syukurlah kalian baik-baik aja!" Sofi lega mengetahuinya.

"Sofi!?" Demiro bangkit lalu menghampiri, diikuti Frau dan Aguer. Demiro senyum. "Syukurlah! Berjalan lancar."

"Dayum. Are you our saviour?" kata Frau sambil mood-nya membaik.

"We will escape together," kata Sofi.

"And bring your blood vengeance," tambah Raw Slaw sambil mengeluarkan apa yang ada dalam tas beratnya, sebuah alat yang terlihat sepuluh kali lebih berat.

"Ow!? Chainsaw, seriously?" Aguer tahu itu.

"Stay back!" Raw Slam nyalakan gergaji mesinnya.

*

Apa yang Demiro jelaskan sepertinya cukup masuk akal keterkaitannya dengan situasi di ballroom. Tentu Arex tidak habis pikir, lalu berpaling ke Sofi dengan tatapan geram. Segera terdengar desing tembakan saat Arex merasa lengan kirinya terluka. 

"Maafin aku, Rex," Sofi segera beranjak, menuju samping Demiro yang menggenggam pistolnya masih berasap.

"Bangsat! Masih lontenya Demiro lu ternyata," geram Arex, justru ucapannya itu membuat semua pegawai hotel saling menodongkan pistol kepadanya, termasuk Pras dan Mumu.

Bukan hanya Pras dan Mumu, bahkan Arex sendiri tidak percaya kenapa itu bisa terjadi -kepadanya.

"Lu pikir segampang apa bisa gantiin gue?" tanya Demiro kepada Arex.

"Apa-apaan yang lu lakuin ke mereka?" Arex balik tanya.

"Mau lu punya kewenangan setara gue kek, ambil alih semua bisnis gue, orang-orang gue, lu enggak akan bisa ambil satu hal yang paling berharga, yang selalu gue dan mereka jalin."

Arex hanya terdiam.

"Loyalitas, yang enggak akan bisa lu punya."

"You only still fuquein foolish traitor," tambah Frau.

"Pras, Mumu! Gue kasih kalian berdua kesempatan. Putusin segera!" kata Demiro.

Ucapan itu membuat Pras dan Mumu saling menatap.

"Pras! Gue udah nyelamatin lu waktu hampir ditangkap polisi. Gue muliain lu, angkat martabat lu, selalu lindungin lu," Arex bermaksud memberati keputisan Pras, lalu berpaling ke Mumu, "Mumu! Gue nyelamatin nyawa lu waktu dibegal dan hampir diperkosa. Gue latih lu bisa kelahi dan pakai senjata. Gue selalu lindungin nyawa lu. Sekarang kalaian berdua mau hianatin gue?"

Pras dan Mumu saling beranjak, sebagaimana Sofi yang bergabung dengan Demiro, meninggalkan Arex seorang diri tanpa memiliki seorang pun di sisinya.

"Terimakasih, Arex! Maafin aku!" kata Mumu.

"Makasih, Rex! Maafin gue," kata Pras.

*
Kuning terangnya cahaya -dari jajaran lampu kota- yang mewarnai Jembatan tipe cable stayed penghubung Pulau Batam dengan Pulau Tonton, sewarna dengan awan di langit malam itu mau pun yang terrefleksikan pada permukaan sungai yang di bawahnya.Tidak bisanya Jembatan Barelang I tengah malam itu sedang dilintasi iring-iringan tiga mobil yang berhenti dan mengambil ruang parkir di tepi kiri, sekitar pertengahan jembatan ke arah Tonton, di saat masih dilintasi lalu-lalang kendaraan lain dengan jarang. Sepertinya belasan orang yang keluar dari mobil sedang berurusan dengan seorang yang mereka sekap -dengan tangan terikat dan kepala tertutup pembungkus warna hitam- untuk digiring keluar pembatas ke tepi jembatan secara tidak aman.
Seseorang membuka pembungkus kepala sekalian penyumbat mulut dari korban tersekap yang berlutut itu, rupanya Arex, segera dua sisi kepalanya ditodong dengan shootgun oleh dua pria yang memaksanya supaya tidak berontak. Arex mulai paham di mana dia berada sekarang, benaknya terguncang saat menilai situasinya saat itu.

"Demiro, please! Lu bisa manfaatin gue buat apa aja asal gue enggak ngalamin ini! Please, Demiro kasih gue kesempatan! Kasih gue kesempatan kayak Pras sama Mumu!" Arex meratap minta iba. 

Senyum kecut Demiro mengejeknya, merasa geli juga senang.

"Please, Demiro! Gue janji, gue sumpah! Gue akan tebus kesalahan gue! Tolong, kasihani gue! Gue enggak mau kayak gini," Arex mulai menangis, tapi tanpa air mata.

"Gue lihat. Mau gue ampuni atau enggak, lu enggak bisa ngubah sifat lu sendiri. Hmh, gue terkesan,  lu udah ngelakuin hal besar yang enggak akan pernah gue lakuin seumur hidup. Okay, kalau lu beneran mau nebus dosa, gue setuju."

Demiro mengeluarkan pistol -yang pernah dia pakai untuk melukai lengan kiri Arex di ballroom- dari balik blazernya, dia benar-benar akan menggunakannya lagi.

"Enggak! Demiro, please! Maafin gue! Demiro, please! Gue bisa nebus kesalahan gue, enggak pakai cara ini, please! Demiro..." satu tembakan ke dahi yang membuat dirinya terhempas ke belakang, sehingga Arex terjun bebas sebelum tercebur sungai yang berombak dan mengalir deras. Seandainya tubuhnya nanti habis menjadi rebutan karena dimakan buaya atau hiu, nyawanya sudah habis lebih dulu oleh satu kaliber peluru yang bersarang di otaknya.


[Bersambung ke CHAPTER 9: PRETTY ONE]  

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (10)
  • Ardhio_Prantoko

    @CandraSenja ehm, ternyata mengganggu dan tidak match ya. Makasih, tanggapannya. Aku perbaiki

    Comment on chapter BLURB
  • CandraSenja

    Heem. Saya kok agak terganggu dengan bahasa dialognya, ya. Menurut saya kurang masuk dengan WS narasinya. Karena, menurut saya, bahasa lo gue dan mix B Ing itu cocoknya untuk novel teenlit dg badboy2 atau marie suenya. Pendapat saya ini mah ya.

    Comment on chapter BLURB
  • Gladistia

    @Ardhio_Prantoko Siap Dhio ^^
    Semangat terusss....

    Comment on chapter CHAPTER 10: ROOF COURT
  • Chaelma

    @ShiYiCha iyup betul banget Jess..

    Comment on chapter BLURB
  • Chaelma

    Deg2an tegang bacanya hehee, 😄

    Comment on chapter BLURB
  • Ardhio_Prantoko

    @Gladistia tunggu last chapter ya, Glad 😊. Makasih suportnya. Suport buat kamu juga!

    Comment on chapter CHAPTER 10: ROOF COURT
  • Gladistia

    Ngaduk2 emosi ya, Dhio. Ceritanya bikin nagih, lanjut lagi yaaa. Semangka ^^

    Comment on chapter CHAPTER 10: ROOF COURT
  • Gladistia

    Halo kak, ceritanya seru. Padahal aku baru baca sebagian. Nagih buat baca next-nya ini mah...
    Nanti aku lanjut baca dan nunggu next-nya....
    Semangat dan sukses terus ya kak. ^^

    Comment on chapter CHAPTER 6: BATAM CENTER HAIL BASKETBALL [Hot Chapt
  • Ardhio_Prantoko

    @ShiYiCha makasih Jessie. Sebenernya udah italic di ms. Word pas dicopy jadi normal 😁
    Iya, soal beberapa model dialog tag belum begitu mendalami.

    Comment on chapter CAHPTER1: GO GET IT
  • ShiYiCha

    Ceritanya seru. I love it😍. Cuma ada dikit krisar. Kalo pake istilah asing/bahasa Inggris aturan biasanya itu di-italic. Terus beberapa penggunaan tanda baca di dialog tag dan dialog aksi ada yang salah. But, so far ini seru, kok. Semangat lanjutin, yaa Kak

    Comment on chapter CAHPTER1: GO GET IT
Similar Tags
Dramatisasi Kata Kembali
13      12     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
The Last Mission
13      13     0     
Action
14 tahun yang silam, terjadi suatu insiden yang mengerikan. Suatu insiden ledakan bahan kimia berskala besar yang bersumber dari laboratorium penelitian. Ada dua korban jiwa yang tewas akibat dari insiden tersebut. Mereka adalah sepasang suami istri yang bekerja sebagai peneliti di lokasi kejadian. Mereka berdua meninggalkan seorang anak yang masih balita. Seorang balita laki-laki yang ditemuka...
Ghea
11      11     0     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Iblis Merah
225      163     0     
Fantasy
Gandi adalah seorang anak yang berasal dari keturunan terkutuk, akibat kutukan tersebut seluruh keluarga gandi mendapatkan kekuatan supranatural. hal itu membuat seluruh keluarganya dapat melihat makhluk gaib dan bahkan melakukan kontak dengan mereka. tapi suatu hari datang sesosok bayangan hitam yang sangat kuat yang membunuh seluruh keluarga gandi tanpa belas kasihan. gandi berhasil selamat dal...
Secuil Senyum Gadis Kampung Belakang
13      13     0     
Short Story
Senyumnya begitu indah dan tak terganti. Begitu indahnya hingga tak bisa hilang dalam memoriku. Sayang aku belum bernai menemuinya dan bertanya siapa namanya.
The Eye
8      8     0     
Action
Hidup sebagai anak yang mempunyai kemampuan khusus yang kata orang namanya indigo tentu ada suka dan dukanya. Sukanya adalah aku jadi bisa berhati-hati dalam bertindak dan dapat melihat apakah orang ini baik atau jahat dan dukanya adalah aku dapat melihat masa depan dan masa lalu orang tersebut bahkan aku dapat melihat kematian seseorang. Bahkan saat memilih calon suamipun itu sangat membantu. Ak...
Pangeran Tak Berkuda
11      10     0     
Short Story
Bagaimana seseorang yang tidak kita kenal dapat begitu peduli dengan kita? Aku rasa kebaikanlah yang membuat hatinya tergerak.
EDEN dan Sepatu Tuhan
500      398     4     
Short Story
Cerpen ini merupakan sebuah cerita pendek tentang jerih payah seseorang yang bernama Eden untuk mendapatkan secuil Impian dalam menuntut Ilmu. Dia terus berusaha sampai pada titik kulminasi. Dengan pengalaman yang unik yang dilaluinya melalui \"sepatu Tuhan\" akhirnya dia bisa mendapatkannya. Dan sekarang dia akan menjalani perjalanan hidupnya dengan Rahmat Tuhannya.
PROMISES [RE-WRITE]
102      71     0     
Fantasy
Aku kehilangan segalanya, bertepatan dengan padamnya lilin ulang tahunku, kehidupan baruku dimulai saat aku membuat perjanjian dengan dirinya,
The Adventure of KANDINI
483      229     0     
Fantasy
Kandini adalah pejuang wanita yang banyak mengalami pengalaman yang sangat mengagumkan. Ikuti petualangannya ya!!!