Read More >>"> The Eternal Witch (chapter 13) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Eternal Witch
MENU
About Us  


~Sirius, kau memang bintang terterang dari semua bintang yang ada, ingin rasanya menyimpanmu untuk diriku sendiri saja, agar tidak ada orang lain bisa menikmati keindahannya, namun sayangnya kau terlalu jauh untuk dapat kubawa.

     Pagi yang cerah dengan awan tipis menggantung di langit. Sinar mentari pagi menerobos di sela-sela pepohon yang rindang di sepanjang jalanan menuju ke sekolah. Dengan motor matic berwarna merah kesayangannya ia melajukan motornya dengan santai. Jalanan pagi di kota ini memang selalu ramai, apalagi ada beberapa titik proyek perbaikan jalan yang  selalu mengundang kemacetan. Perlahan namun pasti sepeda motor yang ia tunggangi tiba di gerbang sekolah. Didepan gerbang tersebut bertuliskan nama sekolah dengan ukuran yang cukup besar berwarna biru, putih dan kuning, warna ciri khas sekolah tersebut. Untuk penggunaan sepada ataupun sepeda motor memang dianjurkan untuk lewat pintu gerbang barat, agar lebih efisien dan langsung ke parkiran. Sedangkan yang  diantar jemput biasanya lewat pintu gerbang depan, dan untuk keluarnya lewat pintu gerbang barat. Hal ini  dilakukan untuk menghindari kemacetan, karena sekolah ini terletak di pinggir jalan protokol yang selalu ramai saat jam sekolah dan kantoran seperti ini.
    Sekolah ini berada tepat di depan Polresta dan stadion olahraga. Sedangkan di sebelah timurya ada restoran cepat saji dan distro pakaian remaja. Di sebelah baratnya ada sekolah vokasi yang kebanyakan muridnya adalah laki-laki dan sebuah taman kanak-kanak serta ada cafe yang selalu ramai oleh anak sekolah. Di belakang sekolah juga berjajar banyak cafe serta tempat makan yang sangat menarik dan cocok untuk nongkrong atau sekedar mengerjakan tugas kelompok. Ia memarkirkan motor matic kesayangannya di tempat parkir yang sudah di sediakan oleh pihak sekolah. Ia melangkahkan kakinya menuju ke kelas, dengan langkah ringan dan santai akhirnya tiba di kelas. Seperti biasa, Anna, sahabat sekaligus teman sebangkunya sudah tiba sejak tadi. Suasana kelas juga sudah lumayan ramai karena saat ini waktu menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit. 
    "Bell lo udah ngerjain pr fisika dari pak Hari? Udahkan ya? Bagi jawaban dong" ujar Anna ketika Bella sedang meletakkan tasnya.
    "Udah sih, tapi masih ada beberapa nomer yang ga gue ngerti, jadi gue loncatin" sahut Bella seraya duduk di kursinya.
    "Lihat dong Bell, kasihanilah temen lo yang ga paham sama fisika ini, masa iya bola gelinding aja pake diitung" sahut Anna.
    "Duh kenapa gue punya temen selebay inia sih" ujar Bella. "Nih buruan lo salin keburu masuk, jam pertama kan bu Wiwik, yang galak abis" sambung Bella dengan menyodorkan buku tugas fisikanya.
    Anna segera mengebut untuk menyalin pr fisika. Sedangkan Bella sibuk membuka aplikasi instagram. Tak lama kemudian bel tanda masuk berdering dengan nyaring. Murid-murid yang tadinya sedang nongkrong di koridor segera menuju ke kelas masing-masing. Fadel selaku ketua kelas memimpin untuk berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai. Lima menit kemudian bu Wiwik, guru matapelajaran kimia tiba di kelas 10A3. Kegiatan belajar mengajar terasa begitu lamban bagi Bella, karena ia tidak begitu menyukai kimia. Baginya buat apa belajar tentang menghitung jumlah elektron pada suatu zat. Kalau melihat elektron saja ia tidak pernah. Jika disuruh memilih, mengerjakan soal fisika seratus butir atau mengerjakan lima butir soal kimia ia akan mantab menjawab mengerjakan seratus butir soal fisika. Ya, Bella memang menyukai fisika sejak masih SMP, selain fisika ia juga sangat menyukai matematika. Lain halnya dengan Bella, Anna justru terlihat sangat antusias dengan pelajaran kimia, padahal guru kimia mereka termasuk guru yang apabila menjelaskan tidak terlalu jelas juga terkenal sangat galak dan pelit nilai. Dua jam pelajaran atau senilai dengan 45 menit kali 2, satu setengah jam ini benar-benar membosankan. Akhirnya bel tanda pergantian pelajaran pun berdering, bu Wiwik keluar dari kelas. Saat membuka pintu kelas untuk keluar, tiba-tiba Alphano membukanya dengan cara menendangnya. Sontak hal tersebut membuat bu Wiwik terkejut dan Alphano hanya menampilkan cengiran tak berdosa.
    "Alphano!!! apa-apaan kamu, buka pintu kenapa harus ditendang? Kalo pintunya rusak mau ganti rugi kamu? Udah telat, penampilan urakan lagi" omel bu Wiwik.
    "Duh bu Wiwik kalo lagi marah kayak gini jadi tambah cantik deh" sahut Alphano. 
"Jangan marah-marah mulu bu, nanti darah tinggi, trus kena stroke loh bu" sambung Alphano dengan kekehan.
    "Kamu doain ibu kena stroke hah?!" suara bu Wiwik naik beberapa oktaf.
    "Enggak lah bu, saya kan cuma ngasih tau" sahut Alphano.
    "Sini kamu, ikut ibu ke ruang BK" ujar bu Wiwik dengan menarik daun telinga Alphano.
    Alphano hanya pasrah mengekor dengan sedikit menunduk agar telinga tidak terlalu sakit karena jeweran bu Wiwik. Seisi kelas langsung ramai karena ulah Alphano barusan. Bu Wiwik memperkuat jewerannya saat Alphano berusaha untuk kabur. Alphano membungkukkan badannya karena tinggi bu Wiwik hanya sekitar sebahunya. Usahanya untuk membungkuk agar jeweran tersebut tidak terlalu sakit seperti sia-sia karena bu Wiwik tidak melonggarkannya sama sekali. Alphano hanya meringis dengan mengekor sampai ke ruang BK. Setibanya ruang BK, Alphano sudah di sambut oleh bu Dessy dan pak Adi selaku guru BK. Setelah mengantar Alphano sampai di ruang BK, bu Wiwik kembali ke ruang guru. Di ruang BK, bu Dessy dan pak Adi menatap Alphano menyelidik. Alphano yang sudah biasa keluar masuk ruang BK tidak gentar sama sekali ketika ditatap seperti itu.
    "Alphano Orion Barnard, ini sudah yang ke berapa kali kamu kesini?" ujar pak Adi mendekat ke Alphano.
    "Duh saking seringnya sampe lupa saya pak" sahut Alphano cengengesan.
    "Ini kenapa pake sepatu warna putih? Rambut juga ada jambul setinggi menara" ujar pak Adi.
     "Ini jambul keberuntungan pak, keren kan?" timpal Alphano.
    "Besok harus udah ganti sepatu sesuai standar sekolah" ujar bu Dessy tegas.
    "Duh bu Dessy perhatian banget deh sama saya" sahut Alphano. "Bu Dessy ini jangan marah-marah terus, ntar cepet tua loh" sambung Alphano.
    "Alphano!! Kamu itu ya, dikasih tau malah ngejawab terus" suara bu Dessy meninggi.
    "Sebagai hukumannya kamu harus bersihin gudang barat lantai atas" ujar bu Dessy. 
    Disaat yang bersamaan pak Adi juga berujar "Sebagai hukumannya kamu harus nyapu halaman depan" tukas pak Adi berbarengan dengan bu Dessy.
    "Tuh, mau ngasih hukuman aja masih bingung, ga bisa sehati gitu" timpal Alphano.
    "Ya sudah, karena dari tadi kamu ngejawab terus, untuk hukumannya dobel, kamu harus bersihin gudang sama nyapu halaman depan" putus bu Dessy.
    "Loh kok dobel sih bu? Gak terima saya" sahut Alphano.
    "Sudah lakukan saja nanti sepulang sekolah, kalo tidak kamu laksanakan bakal saya kasih 30 point buat kamu" ancam bu Dessy.
    Alphano hanya bisa mendengus kesal dengan keputusan bu Dessy, guru BKnya. Meskipun terkenal sangat bandel, Alphano selalu melaksanakan hukuman yang diberikan gurunya. Ia tidak pernah mengelak jika harus dihukum. Baginya itu sudah seperti resiko yang harus ia ambil jika ia bandel. Dengan langkah gontai ia kembali kelas. Setibanya di kelas ternyata guru bahasa Indonesia mereka belum tiba di kelas. Alphano membanting pantatnya dan mendarat mulus di kursinya. Alphano duduk sebangku dengan Daffa, sedang si kembar Ferdi dan Fredi duduk di depan mereka.
    "Lusuh amat muka lo Al, udah kayak jemuran basah" ujar Daffa saat Alphano duduk di kursinya.
    "Nah kalo kayak gini kan tingkat kegantengan kita jadi sama" sahut Fredi dengan kekehan.
    "Lo diapain sama si Wiwik" timpal Ferdi.
    "Goblok! sama guru sendiri juga panggil cuma namanya" sahut Daffa dengan menoyor kepala Ferdi.
    "Abisnya kalo ngajar ga pernah jelas, bisa cuma marah-marah, pelit nilai lagi" keluh Ferdi.
      "Otak lo aja yang ga nyampe sama apa yang diajarin" timpal kembarannya, Fredi.
    "Kayak lo paham aja" kilah Ferdi membela diri.
    "Brisik lo pada" ujar Alphano.
    "Lo dihukum apa tadi pas dibawa ke ruang BK" tanya Daffa.
    "Cuma disuruh bersihin gudang barat sama nyapu halaman depan nanti abis pulang sekolah" sahut Alphano.
    "Selamat menjalankan hukuman lo bro" ujar Ferdi dan Ferdi berbarengan.
    "Emang kampret lo pada" sahut Alphano.
    "Alphano, Daffa, Ferdi, Fredi, kalian kalo tidak niat ikut pelajaran saya silahkan keluar" tukas pak Jarwo, guru bahasa Indonesia mereka yang sudah tiba sekitar lima menit yang lalu.
Mereka segera duduk dengan benar dan mengikuti pelajaran hingga selesai. Pelajaran bahasa Indonesia terasa berjalan begitu cepat. Mungkin karena pak Jarwo mampu menyampaikan dengan asik dan mudah diterima oleh murid-murid. Bel istirahat berdering dengan nyaring.
Pak Jarwo mengakhiri kegiatan belajar mengajar. Murid-murid langsung bergegas keluar kelas, ada yang ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong karena berpikir selama 4 jam pelajaran. Ada juga yang hanya duduk dan mengobrol di kursi panjang yang berada di lorong. Sebagian juga ada yang  memilih bermain basket di lapangan. Sama halnya dengan yang dilakukan Alphano dan ketiga sahabat saat ini, mereka sedang bermain basket di lapangan. Padahal matahari sedang bersinar terik-teriknya. Alphano mendribble bola dan mengoperkannya pada Daffa. Mereka berlarian mengejar satu bola berwarna oranye tersebut. Bahkan mereka menjadi tontonan gratis bagi teman-teman maupun kakak kelas mereka. Cewek-cewek melihat mereka yang sedang berebut bola oranye di lapangan dengan mata memuja. Keringat membasahi kemeja putih yang Alphano kenakan. Rambutnya juga basah karena keringat. Setelah merasa cukup dengan permainan basket, mereka kembali ke kelas. Disepanjang koridor banyak mata menatap mereka dengan tatapan memuja. Apalagi Alphano yang menyisir rambutnya kebelakang dengan menggunakan jari tangannya. Dengan keringat yang masih mengalir deras di kening dan lehernya. Ia tampak begitu keren dan tampan.

-***-

     Di kelas 10A3, hanya ada Bella sedang duduk di kursinya menemani Anna yang  belum selesai menyalin tugas fisikanya. Bella hanya sibuk mengeser-geser layar ponselnya karena bosan. Anna masih sibuk dengan tugas fisikanya. Aroma mint bercampur dengan keringat seketika menyeruak di ruang kelas saat Alphano dan ketiga sahabat masuk ke dalam kelas. Dengan kemeja putih mereka yang basah oleh keringat serta rambut mereka yang basah oleh keringat. Mereka duduk di kursi mereka masing-masing dengan buku tulis berada di tangan mereka. Mereka menjadikan buku tersebut kipas.
    "Ini ACnya nyala ga sih gerah amat dah" omel Fredi.
    "Nyala kok, tuh gerak-gerak" sahut Ferdi dengan menunjuk kearah AC
    Alphano segera melangkah menuju ke meja Anna dan Bella. Saat Alphano mendekat, aroma mint dan keringatnya seketika menyeruak di indera penciuman Anna maupun Bella. Anna tak menggubrisnya, ia tetap lanjut menyalin tugas fisikanya. Sedangkan Bella, menatap Alphano dengan malas, dari tatapan seakan mengatakan 'apa?' Alphano hanya memainkan alis tebalnya naik-turun.
     "Geser bentar, gue mau ngadem dulu" ujar Alphano dengan mengapit-apitkan buku tulisnya karena kegerahan.
    "Nggak" sahut Bella singkat.
    "Geser bentar elah, tempat duduk lo yang paling kena ac" timpal Alphano.
    "Siapa suruh lo duduk di pojokan, jadi ga bisa kena ac kan?" ujar Bella.
    "Mau gue duduk dimana ya serah gue, kode ya pengen duduk di sebelah gue" sahut Alphano dengan tingkat kepedean melebihi manusia normal. "Geser bentar" lanjutnya.
    Tak mau memperpanjang urusan, Anna segera menarik Bella untuk bergeser duduknya ke bangku yang berada di sebelah kiri mereka. Setelah kepindahan Anna dan Bella, ketiga sahabatnya langsung menyerbu tempat duduk yang berada tepat di bawah ac. Ya, tempat duduk tersebut adalah tempat duduk Anna dan Bella tadi.
    "Ah, enak bener dah duduk di sini, adem" ujar Daffa.
    "Iya anjir, tau gitu dulu gue milih duduk di mari dah" sahut Ferdi.
    Anna masih melanjutkan kegiatan menjalin tugas fisikanya. Bella hanya bisa mendengus kesal saat mereka menjajah tempat duduknya. Bella memutuskan untuk membaca novel ebook yang  berada di ponselnya. Ia tenggelam dalam kata demi kata pada novel yang ia baca. Suara dering bel masuk pun mengusik konsentrasinya. Anna juga telah selesai menyalin tugasnya. Semua murid sedang sibuk berbondong-bondong menuju ke bangku masing-masing. Namun Alphano dan ketiga sahabatnya belum juga pergi dari tempat duduk Anna dan Bella. 
    "Udah bel, lo pada denger nggak sih?" ujar Bella.
    "Nggak tuh emang kenapa?" sahut Alphano.
    "Ya lo balik ke tempat asal lo sana lah" ujar Bella.
    "Ceritanya kita diusir nih?" tanya Alphano.
    "Ya menurut lo?" sahut Bella.
    "Gini ya Bell, gue kasih tau, lo kalo lagi marah-marah kek gini tuh jadi tambah imut tau gak" ujar Alphano.
    Ketiga sahabatnya langsung ber-cie karena mendengar ucapan Alphano barusan. Bella hanya memutar bola matanya malas. Alphano tak menggubris peringatan Bella barusan. Ia malah masih asik berleha-leha di tempat duduk Bella. Karena jengah dengan tingkah Alphano, Bella menatap Alphano tajam. Alphano menatapnya balik, entah mengapa dengan tatapan dari mata hitam mengkilap bagaikan black pearl itu mampu membuat Bella seakan tenggelam dengan tatapan olehnya.
    "Udah kali tatap-tatapannya, ntar jatuh cinta loh" goda Daffa pada mereka berdua.
    "Apaan sih lo Daff" sungut Bella.
    "Dih langsung blushing tuh pipi lo" sahut Daffa.
    Bella langsung memegangi kedua pipinya. Memang benar saat ini pipi chubby miliknya sedang berwarna merah, semerah cherry. Alphano hanya terkekeh melihat tingkah Bella. 
    "Udah deh mendingan lo pada balik ke bangku lo" usir Bella yang sudah sangat jengkel dengan ulah mereka berempat.
    "Lo pada balik ke tempat asal lo sana, keburu pak Hari dateng" timpal Anna.
    "Pak Hari lagi keluar kota kali, jadi hari ini pelajaran dia jamkos" jelas Ferdi.
    "Sumpah demi apa? Jadi nanti jamkos? Sialan gue udah rajin-rajin nyalin pr juga" sahut Anna.
     "Lah siapa suruh ga nanya gue, gini-gini gue tau semua info tentang keberadaan guru sama kapan ada jamkos" sahut Ferdi dengan membanggakan dirinya sendiri.
    "Kayak gitu aja lo banggain Fer" timpal Daffa.
    "Gue tuh jago kalo soal nyari tau info, udah mirip agen FBI" bela Ferdi.
    "Terserah deh, yang penting lo pada balik aja sana ke tempat asal lo" timpal Bella mengusir mereka.
    Mereka berempat seperti tidak menganggap Anna dan Bella ada, mereka tidak menggubrisnya. Akhirnya Anna dan Bella lah yang mengalah. Anna dan Bella duduk di bangku yang berada di pojokan, tempat duduk Alphano dan ketiga sahabatnya.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • haruray

    ntap

    Comment on chapter Fiveteen: Persona
  • KurniaRamdan39

    @Ardhio_Prantoko Thanks Mas Ardhio atas semangatnya!

    Comment on chapter Fourteen: Retribution
  • Ardhio_Prantoko

    Aku sih YES sama cerita ini. Alurnya kompleks dan terarah. Implementasi figur tokohnya aku suka. Ditunggu kelanjutannya. Respect for writer

    Comment on chapter Fourteen: Retribution
Similar Tags
Azzash
3      3     0     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
The Adventure of KANDINI
240      49     0     
Fantasy
Kandini adalah pejuang wanita yang banyak mengalami pengalaman yang sangat mengagumkan. Ikuti petualangannya ya!!!
IRIS
319      254     2     
Short Story
Alf terlahir dalam dunianya yang gelap, sementara Faye hidup dalam sisi yang berlawanan dengannya. Namun, siapa sangka jika ternyata sesekali Faye menginginkan hidup di posisi Alf. Sedangkan Alf telah memutuskan untuk mengakhiri kehidupan hitamnya, bukan beralih ke dunia putih milik Faye, namun ke kehidupan yang sebelumnya telah dipilih ibunya, Sang Pengkhianat.
Cazador The First Mission
74      34     0     
Action
Seorang Pria yang menjadi tokoh penting pemicu Perang Seratus Tahun. Abad ke-12, awal dari Malapetaka yang menyelimuti belahan dunia utara. Sebuah perang yang akan tercatat dalam sejarah sebagai perang paling brutal.
Bilik Hidup
7      7     0     
Short Story
Malam itu aku mabuk berat usai menenggak sebotol vodka dan tempe mendoan. Bersama teman lamaku, aku bercinta dengan seorang gadis yang pernah kutemui beberapa waktu silam.
Nope!!!
41      26     0     
Science Fiction
Apa yang akan kau temukan? Dunia yang hancur dengan banyak kebohongan di depan matamu. Kalau kau mau menolongku, datanglah dan bantu aku menyelesaikan semuanya. -Ra-
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
79      28     0     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
Switched A Live
35      24     0     
Fantasy
Kehidupanku ini tidak di inginkan oleh dunia. Lalu kenapa aku harus lahir dan hidup di dunia ini? apa alasannya hingga aku yang hidup ini menjalani kehidupan yang tidak ada satu orang pun membenarkan jika aku hidup. Malam itu, dimana aku mendapatkan kekerasan fisik dari ayah kandungku dan juga mendapatkan hinaan yang begitu menyakitkan dari ibu tiriku. Belum lagi seluruh makhluk di dunia ini m...
The Red String of Fate
407      317     1     
Short Story
The story about human\'s arrogance, greed, foolishness, and the punishment they receives.
selamatkan rahma!
263      198     0     
Short Story
kisah lika liku conta pein dan rahma dan penyelamatan rahma dari musuh pein