Read More >>"> The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS] (Keluarga yang tampak cantik di muka) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
MENU
About Us  

Rhea Celeste, satu-satunya pendekar wanita SMAN 3, belum pernah setakut ini sebelumnya. Sejujurnya dia sama sekali tidak ingin pulang sendirian. Namun apa boleh buat. Ia tidak mungkin menunjukkan ketakutannya di depan cowok-cowok itu hanya karena selembar surat gertakan tempe. Gertakan tempe atau bukan, Rhea punya feeling jelek soal surat ini. Siapapun si burung kolibri, dia nggak main-main.

“Rhea, kamu bolos lagi yah!” seru Mama begitu Rhea menginjakan kaki di ruang keluarga. Mamanya sudah menunggu dengan tangan yang dilipat di depan dada dan ekspresi yang murka.

“Si Angga ngelapor apa aja, Ma?” tanya Rhea dengan cuek.

“Rhea, kamu nggak bisa gini terus. Kamu udah kelas tiga SMA, Rhe!” kata Mama, frustasi.

“Tenang aja, Ma. Rhea masuk sepuluh besar terus kok. Kalo Rhea ama temen-temen geng Rhea nggak lulus, satu angkatan pasti nggak akan tembus,” Rhea ngeloyor ke meja makan tanpa melihat mamanya.

“Rhea, lihat Mama kalau lagi ngomong!” Mama Rhea tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan dengan putrinya yang satu ini. 

“Ma, Rhea hargain Mama ngawatirin nilai Rhea. Tapi Rhea udah gede. Rhea bisa jaga diri sendiri. Mama nggak usah ngerasa bertanggung jawab ngawasin Rhea terus. Aku kan bukan anak asli Mama,” kata Rhea. Dia mengakhiri akhir kalimatnya dengan intonasi yang lebih pelan. Seolah ia sudah lama ingin mengatakan kalimat tersebut namun takut akan menyakiti hati wanita yang dipanggilnya Mama.

Mama Rhea terhuyung mundur mendengar perkataan Rhea yang tiba-tiba. Air mata mulai mengembeng di pelupuk matanya.

“Rhea..”

“Sorry, Ma. Rhea nggak maksud,” kata Rhea buru-buru. 

Tanpa melihat Mamanya lagi, Rhea berjalan cepat menuju ke tangga putar yang besar. Ia menaikinya dua anak tangga sekaligus. Ia hanya ingin cepat-cepat sampai ke kamarnya. Rumah ini tidak pernah terasa nyaman untuk Rhea. Ia hanya ingin cepat-cepat besar dan menjadi mandiri.

“Rhea!” seru Mama ketika suara pintu kamar Rhea yang dibanting menggema di seluruh rumah.

Kiran yang sedari tadi ternyata mendengarkan pembicaraan Mama dan Rhea di kamarnya pun berjingkat-jingkat menuruni tangga. Sekali-sekali ia melirik kamar Rhea, memastikan saudaranya itu tidak mendengarnya atau melihatnya.

Air mata Mama sudah mulai mengalir membasahi pipinya yang walaupun sudah mulai terlihat guratan-guratan halus, masih sangat lembut.
“Udahlah, Ma. Rhea emang kadang-kadang suka gitu,” kata Kiran.

“Dia dulu nggak gitu-gitu amat kan, Ran. Coba aja kejadian itu nggak pernah terjadi, Rhea nggak usah tahu dia bukan anak kandung Mama.” Kata Mama di sela isak tangisnya.

Seperti disambar listrik, Kiran terperanjat. Semua orang di keluarga ini tahu apa yang dimaksud dengan ‘kejadian itu.’ Kiran selalu berusaha menghindari topik ‘kejadian itu’ walaupun semua orang berusaha meyakinkan Kiran kalau dia nggak bersalah atas kecelakaan Rhea dua belas tahun yang lalu. Bagaimana pun ia selalu merasa bersalah dan ia yakin bahwa ia ada andil dalam kecelakaan tersebut. Kalau saja ia berlari lebih cepat memanggil Papa. Kalau saja dia bisa menarik Papa lebih cepat ke kamar Rhea, mungkin Rhea nggak harus mengalami kejadian itu. Kiran memejamkan matanya erat-erat. Ia menggenggam tangan Mama dan keduanya menikmati kesunyian tersebut. Sebetulnya tidak bisa dibilang terlalu sunyi karena setiap Rhea ada di rumah, akan ada dentuman-dentuman keras lagu rock Jepang dari kamarnya. One OK Rock atau apalah itu nama band yang digemari Rhea. 

Di kamarnya, Rhea membuka surat itu lagi. Dibacanya baris per baris kalimat yang tertera di sana. Seberapa keras pun Rhea memutar otaknya yang cerdas itu, ia tidak bisa menebak siapa Black Hummingbird.

“Aaarghh!” seru Rhea sambil mangacak-acak rambutnya.

“Kurang ajar banget sih ngacak-ngacak otak orang. Mainin perasaan orang kayak gini!” seru Rhea lagi.

“Rhe?” tiba-tiba suara Kiran terdengar dari luar pintu kamar yang terbuat dari kayu mahoni tebal itu.

“Apa?” sahut Rhea dengan kasar.

“Kamu nggak apa-apa? Tadi aku denger teriakan,” jawab Kiran dengan lembut.

“Ck.. Apa peduli lo? Udah sana-sana!” usir Rhea tanpa membuka pintu.

Hening beberapa detik. Walaupun Kiran tidak berbicara, Rhea tahu ia masih berdiri di sana karena bayangan kaki Kiran masih terlihat dari bawah daun pintu.

“Rhe?”

“Apa lagi siiiih?” 

“Buka pintunya dong,” kata Kiran dengan lembut.

“Males ah. Lo mau apa emangnya?” 

“Ini ada surat buat kamu,” kata Kiran.

“Surat?” Rhea berbisik, seolah bertanya pada dirinya sendiri. 

Ia sudah menerka-nerka, surat apa yang sedang digenggam Kiran. Pastilah warnanya hitam dan di dalamnya terdapat kertas hitam dengan lubang berbentuk burung kolibri kecil di ujung bawah kanan. Dengan jantung yang berdetak lebih kencang dan butir-butir keringat dingin yang mulai terbentuk di dahinya, Rhea beranjak dari tempat tidur dan terseok-seok bergerak menuju pintu. Ia membuka daun pintu itu perlahan dan menemukan Kiran sedang termenung di depan pintu itu dengan selembar amplop berwarna hitam di tangannya.

“Tepat seperti dugaan gue,” kata Rhea.

“Apa kata kamu?” Kiran yang bingung berusaha meneliti ekspresi di wajah Rhea. Rhea memucat, namun bibirnya menyunggingkan senyum getir.

“Bukan apa-apa. Thanks!” Rhea mengambil surat itu dari tangan Kiran dan menutup daun pintu tepat di depan wajah Kiran sebelum Kiran sempat berbicara apapun lagi.

Kiran sudah terbiasa diperlakukan seperti itu. Ia menghela napas panjang dan berjalan gontai menuju kamarnya yang letaknya memang di sebelah kamar Rhea. Raden Ajeng Kiranna Ayu memang sangatlah ayu, sesuai dengan namanya. Itulah mengapa Kiran disukai semua orang, termasuk para tetua keluarga mereka yang adalah keturunan kerajaan. Di lain sisi, Rhea adalah kambing hitam di keluarga bangsawan ini. 

Setelah memastikan Kiran tidak lagi berdiri di depan pintu, Rhea membuka amplop hitam itu perlahan-lahan. 

Here goes nothing,” katanya kepada diri sendiri.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • TamagoTan

    @Kang_Isa Thank you so much! Salam kenal juga, Kak! Nanti aku mampir yah ke cerita Kakak!

    Comment on chapter Prolog
  • Kang_Isa

    Keren. Ceritanya mistis banget, ikutan merinding juga. Salam kenal, Kak. Jika berkenan, mampir juga di ceritaku, ya.
    Salam semangat selalu. :)

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
HOME
11      11     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
Rumah Arwah
12      12     0     
Short Story
Sejak pulang dari rumah sakit akibat kecelakaan, aku merasa rumah ini penuh teror. Kecelakaan mobil yang aku alami sepertinya tidak beres dan menyisakan misteri. Apalagi, luka-luka di tubuhku bertambah setiap bangun tidur. Lalu, siapa sosok perempuan mengerikan di kamarku?
Waiting
12      12     0     
Short Story
Maukah kamu menungguku? -Tobi
Pahitnya Beda Faith
12      11     0     
Short Story
Aku belum pernah jatuh cinta. Lalu, aku berdo\'a. Kemudian do\'aku dijawab. Namun, kami beda keyakinan. Apa yang harus aku lakukan?
SANTA GIRL
11      11     0     
Short Story
Ternyata! Santa itu nyata. Ada yang pernah melihatnya di Litlagea, uptown Loughrea. Bukan seorang kakek dengan kereta rusa, tapi seorang gadis kota yang kamu sukai.
Nobody is perfect
271      173     0     
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya. Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
Give Up? No!
253      187     0     
Short Story
you were given this life because you were strong enough to live it.
Between Earth and Sky
31      27     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...
Noterratus
8      8     0     
Short Story
Azalea menemukan seluruh warga sekolahnya membeku di acara pesta. Semua orang tidak bergerak di tempatnya, kecuali satu sosok berwarna hitam di tengah-tengah pesta. Azalea menyimpulkan bahwa sosok itu adalah penyebabnya. Sebelum Azalea terlihat oleh sosok itu, dia lebih dulu ditarik oleh temannya. Krissan adalah orang yang sama seperti Azalea. Mereka sama-sama tidak berada pada pesta itu. Berbeka...
Let Me Go
312      254     4     
Short Story