Acara pensi sudah berakhir. Sekolahpun libur selama 2 minggu lamanya, dan kesan pada saat sekolah itu memang sulit momen paling sulit untuk dilupakan, apalagi ditambah dengan banyak kenangan lucu nan indah di dalamnya. Pasti akan semakin sulit juga rasanya.
Tak terasa hari liburpun telah usai. Aktivitas di sekolah kembali dimulai, yang diingat Ghinta hanyalah sosok Hilman terus ia ingat selama berhari-hari. Dari mulai senyumannya, suaranya yang sedang berbicara dan juga suaranya yang sedang bernyanyi terus terniang dipikirannya.
Hari ini adalah hari di mana Ghinta harus latihan PKS (Patroli Keamanan Sekolah). Sebagai senior, Ghinta harus melatih para juniornya untuk mengetahui tugas-tugas sebagai anggota PKS. Ketika ia sedang menunggu anggota lain untuk masuk ke dalam kelas, tiba-tiba pria nomor 26 itu datang dan masuk bersama salah satu temanku, Rizwan.
"Bukankah itu Hilman? Si pria nomor 26?" ucap Ghinta dalam batin. Ghinta masih ingat betul dengan wajah Hilman itu, tak mungkin ia bisa melupakan orang yang pernah ia sukai.
Lalu Rizwan duduk di bangku yang masih kosong, Ghinta pun berjalan menghampiri mereka berdua, lalu ia duduk di bangku depan mereka. Ghinta mulai merasa bingung untuk memulai pembicaraan dengan mereka, pasalnya Ghinta memang orang pemalu juga untuk masalah perasaan seperti ini. Maka dari itu, ia berpikir keras untuk mencari topik utama perbincangannya.
"Anak baru ya?" tanya Ghinta kepada Hilman.
Hilman menoleh dan memperhatikan wajah Ghinta, seakan ia mengingat-ingat rupa dari wajah Ghinta. Namun ingatannya kurang baik dan mungkin memori ingatannya sudah penuh dengan lirik-lirik lagu hafalannya. Makanya ia kurang mengingat jelas sosok Ghinta.
"Iya, baru masuk." Hilman menjawab dengan singkat, padat dan jelas.
"Kok masuk sekarang? Kenapa?" tanya Ghinta basa-basi baso tahu kepada Hilman, karwna ia ingin mengenal dekat dengannya.
"Lo stalker?" tanya Hilman.
"Maksud lo? Nggak. Cuma tanya doang kok," jawab Ghinta salah tingkah.
Lalu Ghinta menghadap ke depan dan mengontrol napasnya dengan tenang. Suasana hatinya mulai panas dan badannya mulai gerah dengan itu.
"Apa ini yang dinamakan cinta? Berhadapan dengan seseorang yang disukai, segini sulitnya dan segini tegangnya. Kayak lagi uji nyali," kata Ghinta dalam batin.
Tak terasa waktu terus berputar dengan cepat. Hilman tak datang lagi ke kumpulan PKS, setiap minggu Ghinta terus mencari dan memperhatikan semua anggota satu persatu, untuk mengecek adanya Hilman ada atau tidak. Namun Ghinta tetap tidak menemukannya dan membuatnya frustasi karena mati penasaran tentang Hilman.
"Lo kenapa sih? Minggu-minggu ini kayak yang stres gitu?" tanya Deri.
"Nyari buronan gue," jawab Ghinta.
"Buronan apa? Mentang-mentang PKS, langsung dapet mangsa."
Ghinta tersenyum simpul kepada Deri. Namun tetap saja Ghinta merasa stres sendiri memikirkan rasa suka yang dirasakannya sendirian, seakan ia menanggung perasaan secara sepihak tanpa ada kepastian.
~~~~~
Keesokan harinya saat di sekolah, Ghinta mencari Rizwan ke kelasnya dan ia melihat murid-murid di kelasnya satu persatu. Ia mencari sosok pria yang bernama Hilman itu, ia pun berharap bahwa Hilman satu kelas dengan Rizwan. Namun saat ia mencari-cari, Hilman tidak ada. Rupanya Hilman berada di kelas lain. Pencarian Ghinta sia-sia selama ini, ia tidak menemukan sosok Hilman sama sekali selama beberapa minggu ini.
"Ngapain, Ge?" tanya Rizwan.
Ghinta terkejut dengan Rizwan yang tiba-tiba saja datang dan bertanya kepadanya. Namun disisi lain, Ghinta merasa senang dengan kedatangannya. Karena ini adalah kesempatan dirinya untuk bertanya suatu hal tentang Hilman, namun ia kembali berpikir sebelum ia bertanya tentang temannya itu. Lalu Ghinta mempunyai sebuah rencana yang bagus untuk bisa bertemu dengan Hilman.
"Tolong kasih tahu temen lo yang kemaren, sebelum pulang sekolah temui gue di dalam kelas gue," kata Ghinta langsung pada intinya.
"Ada apa? Kenapa? Terus temen yang mana?" tanya Rizwan ambigu. Karena pada hari kemarin, ia tidak bersama dengan oranglain.
"Hilman, yang baru masuk PKS itu."
"Oh, dia. Ok deh, nanti gue kasih tahu ke dia," kata Rizwan tanpa merasa curiga terhadap rencana Ghinta.
Ghinta kembali ke kelasnya, lalu di dalam kelas ia melamun, memikirkan hal yang tak pernah terduga dalam hidupnya. Ini benar-benar hal yang membuat Ghinta sangat stres dan frustasi atas perasaannya itu terhadap Hilman. Ia pun tak bisa menahan rasa tegang dan gugupnya ketika ia harus berhadapan dengan Hilman secara langsung. Lalu pikiran Ghinta dikacaukan oleh seorang temannya yang bernama Adit itu.
"Nanti pulang bareng lagi yuk!" ajak Adit.
"Kayaknya gue nggak bisa. Gue ada janji sama temen," tolak Ghinta.
"Siapa? Kemana?" tanya Adit penasaran.
"Kepo aja deh. Emangnya kenapa? Nggak boleh janjian sama oranglain gitu?" cetusnya.
"Boleh kok. Boleh." Adit cengengesan.
"Yaudahlah ya! Nanti kalau gue butuh, panggil lo. Sekarang gue nggak lagi butuh lo."
"Anjir! Datang lagi ada butuh doang."
"Lo yang nawarin diri," ujar Ghinta. Lalu ia pergi meninggalkan Adit sendirian.
Tak terasa waktu cepat berlalu, jam pulang sekolahpun tiba. Semua murid mulai berhamburan, lalu Ghinta hanya duduk diam dibangkunya sambil melihat teman-teman sekelasnya pergi untuk pulang.
"Ge, gue duluan ya!" pamit Fani.
"Gue juga duluan kalau gitu, Ge!" tambah Adit.
Ghinta hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya saja kepada mereka. Kelas mulai sepi, sekolah mulai sepi. Orang-orangpun mulai pergi, dan Ghinta masih menunggu di dalam kelasnya sendirian dengan perasaan yang gugup, tegang, tangannya berkeringat dan perasaannya tidak tenang. Ingin rasanya Ghinta menghakhiri semua rasa ini, namun Hilman tak kunjung datang.
Perasaan Ghinta mulai kecewa. Karena ia menunggu kedatangannya dengan sangat lama, bahkan harapannya besar untuk bisa menemui Hilman secara pribadi. Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk pertemuan yang direncanakan olehnya. Terpaksa Ghinta harus merasa kecewa dan merasakan gugup yang sia-sia.
******
Teman
51
39
0
Romance
Cinta itu tidak bisa ditebak kepada siapa dia akan datang, kapan dan dimana.
Lalu mungkinkah cinta itu juga bisa datang dalam sebuah pertemanan?? Lalu apa yang akan terjadi jika teman berubah menjadi cinta?
Babak-Babak Drama
11
11
0
Inspirational
Diana Kuswantari nggak suka drama, karena seumur hidupnya cuma diisi itu. Ibu, Ayah, orang-orang yang cuma singgah sebentar di hidupnya, lantas pergi tanpa menoleh ke belakang. Sampai menginjak kelas 3 SMP, nggak ada satu pun orang yang mau repot-repot peduli padanya. Dian jadi belajar, kepedulian itu non-sense... Tidak penting!
Kehidupan Dian jungkir balik saat Harumi Anggita, cewek sempurna...
Monday
10
10
0
Romance
Apa salah Refaya sehingga dia harus berada dalam satu kelas yang sama dengan mantan pacar satu-satunya, bahkan duduk bersebelahan?
Apakah memang Tuhan memberikan jalan untuk memperbaiki hubungan?
Ah, sepertinya malah memperparah keadaan.
Hari Senin selalu menjadi awal dari cerita Refaya.
Memorieji
189
99
0
Romance
Bagi siapapun yang membaca ini. Ketahuilah bahwa ada rasa yang selama ini tak terungkap, banyak rindu yang tak berhasil pulang, beribu kalimat kebohongan terlontar hanya untuk menutupi kebenaran, hanya karena dia yang jadi tujuan utama sudah menutup mata, berlari kencang tanpa pernah menoleh ke belakang. Terkadang cinta memang tak berpihak dan untuk mengakhirinya, tulisan ini yang akan menjadi pe...
Sekotor itukah Aku
8
8
1
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya.
Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Langit Jingga
62
43
0
Romance
"Aku benci senja. Ia menyadarkanku akan kebohongan yang mengakar dalam yakin, rusak semua. Kini bagiku, cinta hanyalah bualan semata."
- Nurlyra Annisa -
LUKA
87
63
0
Romance
Aku menangis bersama rembulan digelapnya bumi yang menawan. Aku mengadu kepada Tuhan perihal garis hidup yang tak pernah sejalan dengan keinginan. Meratapi kekasihku yang merentangkan tangan kepada takdir yang siap merenggut kehidupan.
Aku kehilangannya.
Aku kehilangan kehidupanku.
Berseteru dengan waktu karena kakiku kian tak berdaya dalam menopangnya.
Takdir memang senang mempermain...
Belum Tuntas
158
102
0
Romance
Tidak selamanya seorang Penyair nyaman dengan profesinya. Ada saatnya Ia beranikan diri untuk keluar dari sesuatu yang telah melekat dalam dirinya sendiri demi seorang wanita yang dicintai. Tidak selamanya seorang Penyair pintar bersembunyi di balik kata-kata bijaknya, manisnya bahkan kata-kata yang membuat oranglain terpesona. Ada saatnya kata-kata tersebut menjadi kata kosong yang hilang arti.
...
Lucu n seru bangett prolognya🤣. Bikin semangat bacanyaa OMG.
Comment on chapter PROLOG