Dengan segera Daniel melajukan motornya menuju ke apartement miliknya. Daniel tak ingin jika Vanilla akhirnya menyadari bahwa Daniel pun seorang cowok. Daniel takut jika gadisnya itu akan berubah fikiran.
Daniel terkekeh sendiri ketika mengingat saat dia mengatakan larangan agar Vanilla tidak menginap dirumah Derby dengan alasan karena Derby adalah seorang cowok.
"Lo kenapa sih ketawa sendiri?"
"Suka-suka gue lah. orang kaya mah bebas"
"Terserah" ucap Vanilla dengan jengah
"Sorry"
"Buat apa?"
"Tadi gue shalat di saf terakhir barisan ketiga karena barisan kedua udah di isi sama yang lain. Jadi, gue ngga bisa ngelakuin apa yang udah kita sepakatin di awal."
"Kenapa sama sih. padahal gue sengaja geser ke baris ketiga" gumam Vanilla tapi masih dapat di dengar dengan jelas oleh telinga Daniel.
Daniel tersenyum "Tuh kan! bahkan tuhan kita pun merestui"
"Tau ah! itu cuma kebetulan aja kali"
"kebetulan yang indah"
"Dirga lo bawa motor kayak siput banget sih. gue jadi tambah ngatuk nih"
"Yaudah tidur"
"Ngga ah, nanti gue jatuh lagi"
"Tidur"
"Ngga!"
"Tidur"
"Ngga Dirga, lo kok maksa banget sih"
"Kalo kata gue tidur yah tidur Koi"
Entahlah tapi kata-kata Daniel seperti titah bagi Vanilla. Mata Vanilla mulai mengerjakan perintah Daniel. Matanya begitu terasa berat seperti diberi beban, ditambah lagi dengan angin malam yang menyapu wajahnya. Vanilla sudah tidak bisa memaksakan matanya agar tetap terjaga.
Srett
Daniel tersenyum penuh kemenangan saat melihat tangan Vanilla melingkar di perutnya.
"Maka nya neng kalo jadi orang jangan gengsi nya terus yang di gedein. Disuruh mah ngga mau, eh sekarang malah meluk sendiri" Daniel menggerutu sambil mengeratkan tangan Vanilla agar melingkar erat di perutnya.
Sesampainya disana ternyata Vanilla masih setia tertidur di punggung Daniel, untung saja Vanilla memeluk erat tubuh Daniel. Kalau tidak entah di jalan mana dia terjatuh.
Daniel mengangkat tubuh Vanilla dan menggendong nya ala bridal style untuk membawa nya ke apartement milik Daniel. Daniel tidak tega untuk sekedar membangunkan gadisnya itu.
CEKLEK!
Pintu apartement terbuka, dan menampilkan seorang laki-laki seumuran Daniel yang wajahnya tidak kalah tampan dengan Daniel.
“NIEL LO-” lelaki itu terkejut.
“stttttt! Nanti dia kebangun” bisik Daniel
“Dirga makasih yah” Vanilla mengiggau dalam gendongan Daniel
“Dia siapa?” Tanya lelaki itu dengan tanpa suara hanya terlihat dari gerakan bibirnya saja.
“Nanti gue jelasin”
Daniel merebahkan tubuh Vanilla di atas ranjang king size miliknya. Daniel melepaskan sandal dan juga tas Vanilla lalu menyelimutinya sampai batas dada. Setelah selesai Daniel menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu.
“Jelasin ke gue dia siapa? Apa jangan-jangan dia pacar baru Papi”
“Kok lo bisa mikir gitu sih. Gadis seimut itu yakali mau sama Bapak-bapak tua”
Pluk!
Satu paket buku biologi sukses mendarat di wajah mulus Daniel
“Dariel lo kejam banget sih!” bentak Daniel tak terima.
“Makanya yang sopan sama orang yang lebih tua dari kita."
"Orang nya juga ngga ada kan Riel"
"Udah, sekarang lanjutin pembicaraan kita tentang yang tadi,,,Jadi dia siapa?”
“ dia Koi Gebetan gue. Dia lagi ada masalah”
“Udah ijin belum lo bawa anak orang itu?”
“Ya ngga perlu ijin lah”
“Lah kok bisa begitu?”
“Yah kan gue orang kaya”
Pluk!
“Jangan sering-sering nimpuk adek sendiri pake buku biologi. Nanti kalo adeknya yang unyu ini jadi terlalu pinter kan bisa bahaya”
“Lagian lo banggain harta orang tua mulu. Ngga boleh sombong kalo jadi orang Niel”
“lo ngapain disini sih riel?”
“Tadinya gue niat mampir sebentar, tapi kelihatan nya gue harus bermalam disini deh. Gue ngga mau punya keponakan secepat itu”
"Bahasa lo kayak bapak lo tau ngga, haha" Daniel terkekeh mengejek, karena kakak nya ini selalu saja bersikap kaku dan sering menyelipkan bahasa baku pada setiap ucapan nya.
"Bapak gue yah bapak lo juga!"
"Gue ngga yakin. kenapa muka kita bisa beda jauh?"
"Yah kan kita satu adonan beda cetakan"
"maksud lo?"
"Kita kan satu bapak beda ibu. lo lupa?"
"Enggak"
"Bagus deh"
"Btw lo beneran jadi nginep sini?"
"Harus jadi"
“Yah,,,ada lo mah ngga serulah”
“Berani lo?!”
“Bercanda kakak ku sayang" ucap Daniel yang langsung dihadiahi tatapan mematikan dari Dariel.
Ekspresi Dariel membuat Daniel tertawa terbahak-bahak.
"Oh iya tadi kenapa lo bisa nyangka kalo dia pacar baru papi?” tanya Daniel ketika ia selesai tertawa.
“Ya jelaslah, secara dia mengigau nyebutin nama papi”
"Itutuh nama panggilan sayang dia buat gue"
"Ya tapi gue ngga mau tahu pokoknya mulai besok sampai kapanpun lo harus buat dia berhenti manggil nama lo dengan nama papi"
"Tapi kan itu nama kesayangan nya si Koi buat gue"
"Nama kesayangan? lo lupa kalo nama gue Dariel Dirgantara Zuerst?"
"Lah terus apa hubungan nya?"
"Yah, dengan begitu berarti setiap dia manggil lo berarti gue juga terpanggil dong. secara tidak langsung berarti gue juga orang yang dia sayang dong"
"Oh iya yah. Yaudah besok gue minta si koi buat bikin nama baru buat gue"
"Astagfirullah ternyata waktu pembagian otak adek gue ini telat yah makanya ngga kebagian. gampang banget ditipu" gumam Dariel
"Apa?"
"Ngga ada, pokoknya besok harus berubah yah panggilan nya"
"siap pak boss" ucap Daniel sembari memberikan hormat kepada dariel.
"Gue tidur dulu" ucap Dariel
"Oke" Daniel berdiri dan berjalan mendahului Dariel hendak masuk kekamar nya.
"Heh tunggu dulu" Dariel menarik Dariel layaknya seekor anak kucing.
"Apa sih gue mau tidur. lepasin baju mahal gue!"
"Lo mau macem-macem sama cewek itu?"
"Astaga gue lupa" Daniel menunjukkan gigi pepsodent nya.
@yurriansan Siyap, Mom. Thank you ^^
Comment on chapter Bagian 3 - Langit; Awan Mendung