Read More >>"> Delapan Belas Derajat (06. Fantaisie Impromptu) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Delapan Belas Derajat
MENU
About Us  

Karenamu aku bimbang, karenamu pula aku kesal.

…….

Azmariah sudah bertekad untuk kembali masuk sekolah. Walaupun rasanya berat membuka pintu rumah. Dia meminta Dean untuk menjemputnya pagi ini.

Walaupun begitu, dia tetap menghindar dari Mansa seharian, hal itu membuat Mansa semakin bersalah.

Di mana ada Mansa, di sana ada Azmariah yang sibuk menghindarinya. Seperti saat sedang mengumpulkan tugas, menghapus papan tulis, membersihkan meja, maupun pergi ke kantin.

“Apa, sih?!” tanya Azmariah kesal.

“Gue mau ngomong,” balas Mansa santai.

“”Lo siapa ngajak gue ngomong? Gue gak kenal! Dan gak akan pernah kenal sama lo!”

“Yaudah, ayo kenalan.”

Perkataan Mansa yang kelewat santai membuat Azmariah menendang tulang kering sebelah kirinya dengan kesal. Dia berlari ke ruang musik dengan kesal dan meninggalkan Mansa begitu saja.

“Salah gue apa coba….” gumam Mansa seraya mengusap kaki kirinya.

Azmariah berhenti di depan ruang music laluu mengatur napasnya. Dia menatap pintu ruangan itu dengan nanar. Ketakutan kembali menghantuinya.

Saat keberaniannya sudah terkumpul, seseorang menepuk bahu sebelah kanannya. Dia menoleh dengan wajah terkejut dan kesal karena dipikiannya, Mansa yang menepuk bahunya itu.

“Apaan, sih?!” serunya setengah berteriak seraya menoleh kebelakang.

“Hah? Lo kenapa?”

Azmariah menghela napasnya saat melihat orang yang berdiri di belakangnya lalu tersenyum manis, “Gak apa-apa, Ma,” jawabnya.

Rahma menyiritkan dahinya lalu membuka pintu ruang music terlebih dulu dari Azmariah. Dia mengambil gitar dan tissue yang ada di pojokan ruangan itu untuk membersihkan gitar.

“Lo mau main itu?” tanya Raha seraya mennunjuk piano yang sudah berdebu dengan dagunya.

“Lo ngeledek?

“Buat?”

“Lupakan.”

Azmariah berjalan menuju piano itu dan duduk di depannya. Dia membuka tutup piano lalu mengusap setiap tuts dengan lembut. “Gak ada yang urus, ya?” tanyanya.

“Semenjak lo gak main, jarang ada yang bersihin. Paling Surya sama Adonis,” jawab Rahma.

“Kasihan…,” lirih Azmarah.

“Main, Az,” ucap Rahma.

Azmariah terkekeh mendengarnya. “Gak bisa,” gumamnya lalu memperhatikan kedua tangannya. “Tangan gue….”

Rahma hanya tersenyum dan bangkit dari duduknya. “Setidaknya, lo masih mau coba. Jangan pernah berubah, Az.” Rahma pergi meninggalkan Azmariah sendrian di dalam ruang music.

Azmariah kembali menatap piano itu yang sudah dia bersihkan secara tidak langsung. Ia mengnhela napasnya lalu memegang beberapa tuts dengan jari-jari kecilnya.

“Sekali, bisa kali, ya,” gumamnya.

Alunan music mulai bergema di dalam ruang music yang tepat ada di lantai tiga. Tangannya yang memang lincah itu memainkan Fantaisie Impromptu yang merupakan andalannya sejak kecil. Cepat dan lembut

……

Mansa mendengar suara alunan music yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Dia mencari Azmariah sedari tadi, untungnya dia menemukan gadis itu lewat alunan music yang mengganjal di sana. Siapa juga yang mau memainkan piano di jam kosong?

Fantaisie … Impromptu …?”

Dia membuka pintu ruang music dan melihat Azmariah yang meletakkan kedua tangannya di atas tuts piano dengan kasar. Tangannya tidak kuat lagi untuk bermain di atas sana.

“Kenapa berhenti?” tanya Mansa dari depan pintu.

Azmariah hanya menoleh sejenak dan kembali menatap piano yang ada di depannya.

“Masih marah?”

“Diam aja.” Azmariah menoleh ke arah Mansa dengan tatapan tajam. “Lo gak tahu apa-apa tentang gue, begitu juga sebaliknya.”

“Karena lo gak bilang,” jawab Mansa menggidikkan bahunya tak acuh.

“Emangnya lol bilang ke gue?”

Mansa hanya diam.

“Lo bilang gak tangan lo kenapa? Lo jawab pertanyaan gue gak waktu itu? Harus gue yang bilang kalau gue kenapa? Miris, Sa!” ucap Azmariah cukup keras. Air mata Azmariah mulai membentuk bendungan. “Gue gak pernah minta yang lain, gue cuma nanya. Kalau lo gak mau jawab, gak masalah, kok,” lanjutnya menahan sak tangis yang hampir terdengar.

“Lo gak perlu bawa orangtua gue, Sa …,” lirihnya.

“Coba cerita, gue bakal dengar,” ucap Mansa.

“Udah, lupain aja.” Azmariah berdiri dari duduknya. Tangan sebelah kirinya berusaha menghapus air matanya yang berjatuhan, sedangkan tangan kanannya mulai memegang knop pintu.

Sebelum Azmariah membuka pintu, tangan kanannya ditarik oleh Mansa hingga tubuh mereka bertabrakan. Mansa mengaitkan kedua lengannya di punggung Azmariah.

“Lepas, Sa!”

“Kalau gue cerita … apa lo mau dengar?” bisik Mansa.

Azmariah hanya terdiam. Dia merasakan tubuh Mansa yang sangat dingin sama seperti tangannya waktu itu.

“Kalau gue mau cerita… apa lo mau cerita juga? Kalau iya….” Mansa menjauhkan tubuhnya namun memegang kedua bahu Azmariah dengan lembut. “Gue bakal cerita.”

“Maksud lo … apa?”

Mansa hanya menghela napasnya lalu menepuk dahinya. “Coba lo pikir pakai otak lo yang pintar itu, Mar,” ucapnya lalu pergi keluar dari ruang music.

“Yang gue tanya, maksud dia meluk tadi itu apa? Kok, begonya sampai ke tulang, sih?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kairadish

    @yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
    Aku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
    Oke kak,^^

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • yurriansan

    nama tokohmu unik2, Mansa Garem, wkkwkwk. masih nunggu lanjutannya.
    kamu juga boleh kasih kritik da saran ke tulisanku kalau mau

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • kairadish

    @rara_el_hasan makasih banyak kak, sudah mampir^^

    Comment on chapter Prologue
  • rara_el_hasan

    diksinya asyik .... baru baca dua part langsung nagih

    Comment on chapter Prologue
Similar Tags
Why Joe
18      16     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...
Head Over Heels
6      6     0     
Romance
Bagaimana jika dua manusia yang memiliki karakter yang begitu berbeda dipertemukan? Arkana adalah pria dengan predikat mahasiswa abadi di kampusnya. Mahasiswa tak tersentuh, yang selalu bertingkah seenaknya. Lelaki itu adalah zona bahaya untuk mahasiswa lain yang berada di Universitas Swasta Nugraha. Namun tidak begitu dengan para wanita. Karena bagi para wanita, Arka adalah laki-laki sempu...
Di Semesta yang Lain, Aku mencintaimu
14      14     0     
Romance
Gaby Dunn menulis tulisan yang sangat indah, dia bilang: You just found me in the wrong universe, that’s all, this is, as they say, the darkest timeline. Dan itu yang kurasakan, kita hanya bertemu di semesta yang salah dari jutaan semesta yang ada.
In Your Own Sweet Way
8      8     0     
Short Story
Jazz. Love. Passion. Those used to be his main purpose in life, until an event turned his life upside down. Can he find his way back from the grief that haunts him daily?
IDENTITAS
8      8     0     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
Angkara
41      29     0     
Inspirational
Semua orang memanggilnya Angka. Kalkulator berjalan yang benci matematika. Angka. Dibanding berkutat dengan kembaran namanya, dia lebih menyukai frasa. Kahlil Gibran adalah idolanya.
Between Earth and Sky
29      26     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...
Forbidden Love
246      155     0     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...
Snow
103      72     0     
Romance
Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan
Sweeter Than Sweet Seventeen
484      366     5     
Short Story
Menunggu papa peka akan suatu hal yang aku impi - impikan. Namun semua berubah ketika ia mengajakku ke tempat, yang tak asing bagiku.