Read More >>"> 27th Woman's Syndrome (3rd; Everyone Prince, Lexi) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - 27th Woman's Syndrome
MENU
About Us  

“Lexi...” aku memanggil Lexi sambil menelungkupkan wajahku di atas counter panjang tempatnya biasa membuat kopi.  

“Kau kenapa sih Dek? Capek? Sudah lama aku nggak ngelihat kamu main ke sini...” Lexi keluar dari balik counter dan duduk di sampingku. Seperti biasa tangannya menyentuh kepalaku dan merapikan rambutku yang mencuat berantakan.

Kafe Weldenvarden sepi pengunjung, masih jam 2, satu jam setelah kafe di buka. Lexi adalah pemilik kafe sekaligus barista di sana. Aku sudah mengenalnya kurang lebih delapan tahun saat aku lulus sekolah menengah dan merayakan kelulusan kami di kafe yang kebetulan baru buka. Kafe Weldenvarden sangat unik. Dari depan kafe ini terlihat sangat kecil, namun prakteknya kafe ini sangat luas sekali. Totalnya ada empat lantai. Jika kalian tahu model sawah terasiring, kafe ini di desain seperti itu, dua lantai di muka utama sedangkan dua lantai ada di bawah yang menghadap langsung ke pemandangan sejuk pengunungan dan juga kota. Kafe ini hampir tersembunyi di antara lebatnya pohon pinus yang tumbuh di sekeliling bangunan. Tapi jangan salah, kafe ini tidak pernah sepi pengunjung, sangat ramai malah. Dan pemilihan namanya ini karena si pemilik kafe sangat tergila-gila oleh serial Eragon karya Christopher Paolini dimana Weldenvarden adalah ibu kota negeri elf. Aneh-aneh saja Lexi ini, dia pikir dia peri hutan?

 Aku menoleh menatap laki-laki campuran jawa dan tionghoa ini, kulitnya putih, rambutnya lurus dan diikat model ekor kuda karena sedikit panjang, dan matanya cokelat terang. Mata yang bisa membuat wanita hanyut kedalamnya. Tidak bisa dipungkiri dia memang tampan, ditambah lagi tinggi dan juga bentuk tubuhnya yang proposional. Aku yakin tidak semua pengunjung kafe ini datang karena kopinya yang enak tapi juga karena ketampanannya.

“Kau tindikan!” aku menyadari sesuatu yang berbeda darinya. Tanpa aku sadari tanganku sudah menyentuh telinga kirinya. Mengusap anting panjang yang jatuh berkilauan mengiasi telinganya dan sebuah tindik kecil putih sejajar di belakannya., “kenapa dua sekaligus? Cuma sisi sebelah kiri lagi?”

“Kalau kanan-kiri nanti dikira cewek, Nara” Lexi meraih tanganku yang meraba telinganya dan menggenggamnya.

“Kenapa tindikan?”aku menatapnya, meminta penjelasan. Jujur, walau anting itu cocok untuknya tapi aku tidak terlalu suka laki-laki yang tindikan. Tapi kenapa aku tidak suka? Biasanya aku tidak menilai orang dari penampilannya, namun beda dengan Lexi. Ia berbeda, membuatku selalu ini mencercanya, “kau ingin terlihat seperti oppa-oppa korea dan menarik banyak pelanggan wanita ya?”

“Enak aja!” dia mencubit pipiku, membuatku merengek kesakitan.

“Terus kenapa?”

Nothing special...” jawabnya. Membuatku memanyunkan bibirku sebal, “kau kenapa jarang ke sini?”

“Ahhh, kau tau nggak Lex?”

“Nggak...”

“Ah...” aku menggeram sebal setiap kali dia melakukannya.

“Iya, iya.. kenapa aku nggak tahu...” dan begitu pahamnya dia denganku sehingga ia sering sekali menggodaku, “kenapa? Ada masalah terkait perjalanan ke Bima?”

“Itu dia, aku nggak jadi ke Bima...” Lexi memandangku terkejut, dia tahu rencana penelitan dan tesisku karena aku sering sekali nongkrong di kafe ini sambil mengerjakan tugas dan laporan kuliahku. Bisa dikatakan cafe ini adalah rumah keduaku, “Pak Jamil memintaku untuk pindah lokasi sekaligus dinas di Jogja. Dia butuh tim teknis untuk proyek dan karena tesisiku ternyata cocok, aku di suruh untuk penelitian di sini. Merapi...”

“Bagus dong, nggak perlu jauh-jauh, malah satu kali dayung dua pulau terarungi...” jawabnya membesarkan hatiku.

“Iya sih, makannya akhir-akhir ini aku sibuk mondar-mandir, nggak sempet mampir sini...”

“Jadi hari ini kosong?”

“Kukosongkan tepatnya, aku ingin retreat dulu di sini...” aku mulai memindai menu apa yang akan pesan.

“Gimana kalau nemenin aku ke supermarket sebentar? Ada beberapa sayur dan bumbu yang habis...” tawaran Lexi membuatku berdiri.

“Tunggu apa lagi?” aku sudah melangkah ke arah mobilku yang terpakir di luar, "ayo!"

 

----

Side story 1; Lexi

Aku menepuk dahiku pelan. Apa benar dia sudah 27 tahun? Bagaimana bisa wanita yang berumur lebih dari seperempat abad masih sibuk mengambil berbagai macam camilan dan menaruhnya di keranjang belajaan?

“Kak Lexi, beliin ini ya, baru nih. Aku belum pernah minum...” aku hanya mengangguk setuju. Terhipnotis oleh kepolosan anak 17 tahun yang bersembunyi di dalam tubuhnya yang sudah 27 tahun itu.

“Kau hanya memanggiku kakak kalau ada maunya loh Nara?” aku menarik lengannya yang hendak mengambil barang lain di konter camilan.

“Ya, besok-besok aku akan seperti itu lagi...”

“Kayak pernah terjadi aja”, gadis itu hanya tersenyum, membuatku mengalihkan pandangan dan mengandeng tangannya, menyeretnya ke kasir. Menyudai sesi belanja ini.

“Terimaksih Kakak...”

“Kenapa masih memanggilku, Kakak? Seram tau...” aku mengikuti tatapan matanya yang melihat ke arah telinga kiriku.

“Baiklah aku akan melepasnya nanti...” aku membuka bagasi mobil dan meletakkan semua belanjaan ke dalamnya.

“Aku tidak pernah menyuruhmu melepasnya”, ia kini beralih menatap mataku tanpa gentar, membuatku tersedot ke dalam lingkaran hitam kehidupannya itu, “entah kenapa kau terlihat cocok memakainya, cantik...” bisiknya pelan.

“Kau mau? Tapi cuma ada satu di rumah...” belum sempat aku menjawab gadis itu sudah mengangguk cepat.

“Oh ternyata kau hanya menginginkan antingku, tidak benar-benar memujiku...”

“Tidak... kau tampan Lex, serius...”

“Ya, ya, ya... pakai sabuk pengamanmu sebelum aku mengikatnya dan kau tak bisa bergerak lagi...”

Tanganku tak kuasa untuk tidak menyentuh kepalanya. Sial, kenapa gadis itu diam saja sih. Protes kek!

 

to be cotinue...

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (17)
  • Riyuni

    wah.. idenya keren. Mengangkat permasalahan wanita single.

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • Ervinadyp

    Pemilihan kata bagus kakk. Idenya jg bagus hehehe..
    Smangat ya kakk ditunggu lanjutannya😘

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • rara_el_hasan

    @aiana siap .. alhamdulillah ... ditunggu ya ...

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • aiana

    @yurriansanwaaah boleh dijawab looh...
    iya siap kakak. siap menjadi warga baru yang meramaikan. terimakasih sudah mampir. ditunggu masukkannya

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • aiana

    @rara_el_hasan masih belajar ini saya, terimakasih sudah mampir. Insyaallah saya ongoing rajin. amiin. diterima sekali kak masukkan kedepannya

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • yurriansan

    Wah.pertanyaanmu d akhir crta prlu kujawab gk ya? :D.

    Mmpir juga d critaku ya.
    Judulnya When He Gone. Trims

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
  • rara_el_hasan

    Baca part 1 : Wah, keren ... ngalir kakak bacanya ... diksinya kaya .. wah ... suka suka .. otw baca part 2 nya

    Comment on chapter Prolog ; My Biggest Question
Similar Tags
Ken'ichirou & Sisca
437      182     0     
Mystery
Ken'ichirou Aizawa seorang polisi dengan keahlian dan analisanya bertemu dengan Fransisca Maria Stephanie Helena, yang berasal dari Indonesia ketika pertama kali berada di sebuah kafe. Mereka harus bersatu melawan ancaman dari luar. Bersama dengan pihak yang terkait. Mereka memiliki perbedaan kewarganegaraan yang bertemu satu sama lain. Mampukah mereka bertemu kembali ?
God's Blessings : Jaws
31      20     0     
Fantasy
"Gue mau tinggal di rumah lu!". Ia memang tampan, seumuran juga dengan si gadis kecil di hadapannya, sama-sama 16 tahun. Namun beberapa saat yang lalu ia adalah seekor lembu putih dengan sembilan mata dan enam tanduk!! Gila!!!
A promise
328      225     1     
Short Story
Sara dan Lindu bersahabat. Sara sayang Raka. Lindu juga sayang Raka. Lindu pergi selamanya. Hati Sara porak poranda.
Tokoh Dalam Diary (Diary Jompi)
351      283     3     
Short Story
You have a Daily Note called Diary. This is my story of that thing
Flying Without Wings
18      12     0     
Inspirational
Pengalaman hidup yang membuatku tersadar bahwa hidup bukanlah hanya sekedar kata berjuang. Hidup bukan hanya sekedar perjuangan seperti kata orang-orang pada umumnya. Itu jelas bukan hanya sekedar perjuangan.
Teilzeit
19      12     0     
Mystery
Keola Niscala dan Kalea Nirbita, dua manusia beda dimensi yang tak pernah bersinggungan di depan layar, tapi menjadi tim simbiosis mutualisme di balik layar bersama dengan Cinta. Siapa sangka, tim yang mereka sebut Teilzeit itu mendapatkan sebuah pesan aneh dari Zero yang menginginkan seseorang untuk dihilangkan dari dunia, dan orang yang diincar itu adalah Tyaga Bahagi Avarel--si Pangeran sek...
Wake Me Up With Amnesia
8      8     0     
Short Story
who would have thought that forgetting a past is a very difficult thing
Teacher's Love Story
57      33     0     
Romance
"Dia terlihat bahagia ketika sedang bersamaku, tapi ternyata ia memikirkan hal lainnya." "Dia memberi tahu apa yang tidak kuketahui, namun sesungguhnya ia hanya menjalankan kewajibannya." Jika semua orang berkata bahwa Mr. James guru idaman, yeah... Byanca pun berpikir seperti itu. Mr. James, guru yang baru saja menjadi wali kelas Byanca sekaligus guru fisikanya, adalah gu...
My Sunset
142      93     0     
Romance
You are my sunset.
Aku Takut Tidur Malam Ini
5      5     0     
Short Story
Kukkuruyuk-kukuruyuk, tekek-tekek... suara kokok ayam yang diikuti suara tekek, binatang melata sebangsa cicak ini membangunkan Nadia. Nadia baru saja memejamkan mata, namun ia segera terbangun dengan raut wajah penuh kebingungan. Dilihat jam beker di dekat jam tidurnya. Jam itu menunjukkan 23.23 menjelang tengah malam. “Ternyata baru jam sebelas malam”, ucap Nadia. Di dalam hati ia juga bert...