Read More >>"> The Heir of Night
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Heir of Night
MENU
About Us  

"Kak Arkaz, Aku suka sama kakak. Kakak mau gak jadi pacarku?" tanya Ashilla sembari mendongakkan kepalanya, menatap lekat - lekat iris mata hitam legam miliki laki - laki di hadapannya itu. Sedangkan pria dihadapnnya justru mengernyitkan alis, tanda heran melihat kelakuan gadis itu.

"Lo suka sama gue?" tanya Arkaz menatap heran ke arah Ashilla sedangkan Ashilla hanya menggangguk bersemangat menjawab pertanyaan Arkaz. Arkaz tersenyum menatap Ashilla lalu menepukkan salah satu telapak tangannya di atas puncak kepala Ashilla beberapa kali.

"Gue salut sama keberanian lo." ujar Arkaz tanpa menyadari semburat merah kini telah memenuhi pipi Ashilla.

Berbanding terbalik dengan Arkaz yang tidak menyadari semburat merah itu, para siswa yang asik menonton di pinggir lapangan justru gemas dengan semburat merah milik Ashilla. Lagipula lelaki mana yang tak gemas dengan gadis itu, fisik serta tingkah polah gadis itu selalu saja menggemaskan. Tak heran jika ia selalu menjadi pusat perhatian beberapa pasang mata khusunya bagi kaum adam.

Salah satu tingkahnya, ya saat ini, saat dia dengan berani menyatakan cinta kepada ketua OSIS di tengah lapangan. Satu hal yang sungguh aneh dan menggemaskan, bukan?

"Jadi kakak mau jadi pacar Ashilla?" tanya Ashilla sekali lagi. Ia terlihat tersenyum cerah menatap lelaki di hadapannya itu, menampilkan gigi - gigi kelinci miliknya. Sesekali ia mengerjapkan matanya tanda ia sendiri sedang tak yakin. Arkaz yang melihat itupun hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya perlahan.

"Maaf, gue gak bisa. Gue bahkan gak dekat sama lo. Lagipula cewek itu harusnya di tembak bukan nembak." jawab Arkaz sembari menepuk - nepuk puncak kepala Ashilla lagi, namun kalo ini dengan senyuman tipis yang menghiasi parasnya, sebelum akhirnya ia berlalu meninggalkan Ashilla sendirian, terdiam di tengah lapangan mencerna jawaban Arkaz.

Sementara itu, para siswa yang melihat Arkaz pergi meninggalkan Ashilla seorang diri di tengah lapangan itu justru menjadi semakin heboh. Beberapa diantaranya bahkan menjadikan hal itu sebagai bahan untuk menggoda Ashilla yang masih asik berkutat dengan pikirannya sendiri.

"Ashilla, kalau si Raka gak mau mending lo sama gue aja!"

"Mending sama gue aja dijamin lo bakal bahagia, deh."

"Ashilla dedek gemes, mending sama abang, dijamin setia."

Sorai sorakan menggoda dari pinggir lapangan itupun semakin mengeras namun masih belum sanggup menyadarkan Ashilla dari lamunannya. Ashilla masih setia menatap ujung sepatu miliknya dengan raut wajah sedih namun tiba - tiba mengangkat kepalanya dengan senyuman tipis.

"Tunggu dulu, tadi kan kak Arkaz bilang dia belum kenal aku bukan gak suka sama aku, dan tadi kak Arkaz juga bilang kalau cewek itu gak boleh nembak duluan berartikan itu kode supaya nunggu kak Arkaz nembak aku, kan?" tanya Ashila dalam hati sebelum seseorang menepuk pundaknya membuatnya menoleh ke belakang.

"Udah shil, jangan sedih. Lagian lo juga sih, kan gue udah bilang jangan asal nembak orang, mana dia ketua OSIS lagi. Eh lo nya masih aja ngeyel" ujar Nania, sahabatnya dengan nada prihatin sembari menarik Ashilla menuju tepian lapangan. Sementara Ashilla justru tersenyum lebar mendengar nasihat sahabatnya itu.

"Tenang aja, Ashilla itu anti sedih kok. Lagian kak Arkaz gak nolak Shilla, kata kak Arkaz, kak Arkaz cuman perlu deket sama Shilla dan Ashilla juga bakalan nunggu kak Arkaz nembak Ashilla seperti kata kak Arkaz tadi. Pokoknya mulai sekarang Ashilla harus cari cara supaya bisa deket dengan kak Arkaz" ujar Ashilla dengan menggebu - gebu yang hanya ditanggapi eskpresi heran dan bingung dari Nania. Nania benar - benar tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya itu.

Bukannya menjelaskan pada Nania, Ashilla justru berjalan melompat - lompat sembari tersenyum bahagia, menghiraukan beberapa pasang mata yang menatapnya aneh. Ashilla bahkan lupa untuk menggandeng Nania yang masih setia menatapnya heran.

********

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ketika Allah Berkehendak lain
5      5     0     
Short Story
Hidup itu adalah sebuah pilihan. Semua harus direncanakan supaya berjalan dengan baik. Tetapi disisi lain ada tangan tuhan yang berkuasa penuh akan diri kita. apapun keputusannya pasti yang terbaik untuk diri kita
Merelakanmu
7      7     0     
Short Story
Mencintaimu itu mudah apa merelakanmu juga mudah?
(Against) The Evolutionary
3      2     0     
Short Story
Sebungkus Kado untuk Arila
410      313     3     
Short Story
\"Mimpi adalah juga seperti mewakili sebuah takdir\"
BIANGLALA
5      5     0     
Short Story
Dan kini, kuberanikan diri untuk hanya sekedar melongok ke bawah, namun yang kutemukan bukan pemandangan yang sebelumnya kuabadikan, melainkan hamparan batu nisan di tengah pemakaman tua di bawah sorot redup mencekamnya rembulan. Sementara… dia… dia duduk di sana, menempati kursi kosong di depanku di dalam sangkar burung bianglala ini sembari memamerkan wajah seram sepanjang masa ...
Bulan di Musim Kemarau
8      8     0     
Short Story
Luna, gadis yang dua minggu lalu aku temui, tiba-tiba tidak terlihat lagi. Gadis yang sudah dua minggu menjadi teman berbagi cerita di malam hari itu lenyap.
Friday Night Murder
8      8     0     
Short Story
Menceritakan malam valentine mencekam seorang lelaki yang sedang mengunjungi sang kekasih di rumahnya. Sang kekasih pun galau menghadapi kenyataan yang ada.
Takdir
4      4     0     
Short Story
kita memang pernah bersama tapi kita tidak ditakdirkan untuk bersama
Jalan Tuhan
308      233     3     
Short Story
Percayalah kalau Tuhan selalu memberi jalan terbaik untuk kita jejaki. Aku Fiona Darmawan, biasa dipanggil fia, mahasiswi kedokteran di salah satu universitas terkemuka. Dan dia, lelaki tampan dengan tubuh tinggi dan atletis adalah Ray, pacar yang terkadang menjengkelkan, dia selalu menyuruhku untuk menonton dirinya bermain futsal padahal dia tahu, aku sangat tidak suka menonton sepak bola ata...
97
4      4     0     
Short Story