Read More >>"> Memeluk Bul(a)n (#12 Kecupan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Memeluk Bul(a)n
MENU
About Us  

Hari ini aku pulang ke mansion Axel. Pulang. Rasanya aneh sekali menyebut tempat itu sebagai rumah, tapi memang begitu yang terjadi. Kini aku terperangkap dalam rumah vampir itu selamanya. Memenuhi kebutuhannya untuk menyesap darahku. Aku sempat bertanya padanya, kenapa ia tidak meminta Grine untuk membawa kantung darah di tempat donor darah, pasti akan ada beragam rasa darah yang bisa mengenyangkan dahaganya. Lalu tebak jawaban laki-laki itu.

‘Aku tidak mau disebut kanibal.’

Duh! Sepertinya ia salah menempatkan kalimat tersebut.

“Kau masih melamun.”

Axel sudah berdiri di depan pintu. Grine sedang menaiki lift untuk menjemput kami, aku masih memandangi pemandangan London lewat kaca jendela yang berbuih. Meski tempat ini menyakitkan, aku akan selalu merindukannya.

“Ayo kita pulang.”

Aku berjalan ke arah Axel sambil mendorong koperku. Mungkin aku memang gila, tapi aku menaruh harap besar pada pria ini. Setidaknya ia tidak mengusirku seperti yang dilakukan ayahku sendiri pada anaknya. Bolehkan aku berharap seperti itu.

Harga sewa mansionnya mungkin setara dengan satu kali meminum darah manisku. Cukup adil bukan, menjadi hewan ternaknya seperti ini.

 

****

 

Hal paling miris adalah ketika aku sampai di mansion, semua pelayan menyambutku. Sebuah pohon Natal berdiri di lobi utama, meski kesan suram mansion ini masih terasa, tapi momen Natal itu pun tergambar di tempat ini. Entah mereka memang menyambutku atau hanya sebuah formalitas semata, tapi aku benar-benar bahagia karenanya.

“Apa Nona baik-baik saja? Sepertinya mata Nona sedikit bengkak,” ucap Chas.

“Oh ya?” Aku menggosok-gosok kedua mataku, setahuku tangis terakhir itu lusa kemarin dan selanjutnya Axel menciumku.

Dasar vampir brengsek!

“Aku mungkin kurang tidur karena terlalu senang kembali ke London, tapi pohon Natal ini luar biasa.”

“Ini agar Nona masih bisa merasakan atmosfer Natal.”

“Terima kasih.”

Setelahnya Axel kembali ke kamarnya, aku pun begitu. Para pelayan membawakan semua barang-barang kami. Aku merebahkan tubuhku pada kamar berukuran sepuluh kali lipat dari kamar apartemenku dulu. Meski jauh dengan keadaan di duniaku, mansion ini sedikit demi sedikit mulai memberikan rasa nyaman padaku. Aku tidak yakin sebenarnya yang kurasakan ini murni atau sebagai manifestasi pelampiasanku karena dibuang oleh ayahku sendiri. Aku merasa semakin lebih sensitif dan banyak meragukan hal-hal disekitarku. Aku masih takut jika Axel pun membuangku.

Pikiran itu kubuang jauh-jauh, jika harus menjelaskannya secara runtut mungkin akan memakan waktu berhari-hari. Untuk sekarang aku harus bisa hidup di masa sekarang, pikiran tentang masa lalu sebaiknya kusimpan dulu, dan prediksi untuk masa depan lebih baik tak perlu dilakukan sekarang. Yang terpenting bagaimana aku bisa hidup di sini mulai detik ini.

Tas yang selalu kubawa-bawa sudah kukeluarkan seluruh barang-barang yang ada di dalamnya, ada setumpuk kertas struk belanjaan yang kupakai menggunakan uang Grine. Aku harus membuat laporan ini padanya, terutama apa yang dibeli si vampir ‘gila’ keju itu.

“Grine!”

Aku mengetuk ruang kerjanya, kemudian dari dalam Grine mempersilahkan aku masuk.

“Ada yang bisa saya bantu Nona.”

“Grine, aku ingin memberikan ini.”

Aku menyodorkan kertas-kertas berisi tagihan yang kubayar.

“Ini laporan uang yang kugunakan. Sebenarnya, sebagian besar Axel yang menggunakannya, tadinya aku ingin menghemat sebisa mungkin, ternyata mustahil. Dan ini kartumu, sangat membantu.”

Grine menerima semuanya namun dengan tawa kecil.

“Nona tak usah melaporkannya kepada saya, Nona masih saja sungkan.”

“Jika aku terus bergantung padamu, aku takut nantinya jadi manja dan malah membebani.”

“Mulai detik ini, Nona harus berpikir seperti ini, ‘Jika aku melakukannya sendiri, maka para pelayan akan dipecat oleh Tuan Axel,’ begitu.”

Aku tersenyum menanggapi ucapan Grine. Aku hanya terbiasa melakukan segala sesuatu sendirian, meski pun pada kenyataannya aku takut sendirian.

“Baiklah, baiklah. Rasanya aku seperti seorang putri.”

Putri yang baru saja menemukan kesendiriannya.

“Bagaimana pertemuan Nona dengan Ayah Nona?”

Ingin rasanya aku menjawab buruk. Sangat buruk hingga berakhir dengan perpisahan kami, tapi aku tak ingin mengatakannya, entah karena alasan apa.

“Baik-baik saja, aku rindu pada ayahku. Kupikir lebih baik seperti itu, ayahku mendekam di penjara. Oh ya, aku jadi ingat.”

Aku menyerahkan buku tabunganku.

“Mungkin aku tidak akan kembali ke dunia manusia, aku ingin menitipkan ini padamu Grine, untuk ayahku jika nanti ia sudah bebas.”

“Nona.”

Ada nada lirih terdengar dari suara Grine, tapi aku berpura-pura tersenyum.

“Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku, rasanya tubuhku pegal-pegal.”

“Apa Nona baik-baik saja?”

“Aku baik-baik saja Grine, tak perlu khawatir. Memangnya apa sih yang membuatku bisa tidak baik-baik saja? Semua berjalan lancar bukan? Sudah ya, aku sudah mengganggu kerjaanmu.”

 

****

 

Aku terbangun pada malam hari setelah menghabiskan waktu seharian pulas di atas kasurku. Setelah kembali dari dunia manusia tubuhku terasa kehilangan energinya, padahal tidak banyak aktivitas yang kulakukan di London kemarin, tapi jika diingat-ingat emosiku yang malah terkuras habis. Mungkin hal itu bisa dipertimbangkan sebagai penyebabnya.

Aku menghampiri jendela kamar, dari sana aku bisa menemukan pelaku yang membuatku terbangun. Ada Axel yang sedang memandangi lusinan bunga mawar yang sedang bermekaran itu. Terakhir aku lihat mawar-mawar itu tidak banyak yang mekar, tapi sekarang halaman belakang dipenuhi warna merah khas bunga yang dihubungkan dengan cinta.

“Axel!”

Axel yang mendengar panggilanku pun menemukan aku yang sedang membuka jendela pada malam hari.

“Kenapa kau tidak tidur?”

“Aku terbangun karena mendengarmu. Kau sedang apa?”

“Kau mau kemari?”

Lalu aku membawa jubah Axel yang tersimpan rapi di lemariku, kemudian aku lekas menghampiri Axel yang sedang berada di halaman belakang. Di dunia vampir ini, malam harinya selalu membuatku mengenakan pakaian sehangat mungkin. Tapi yang membuatku senang adalah bulan yang terlihat lebih dekat dan rasi bintang yang lebih mudah kulihat. Seolah-olah langit di dunia vampir berada pada jaman dinosaurus, di mana lampu-lampu gedung atau asap-asap pabrik masih belum ditemukan.

“Kenapa malam-malam kau di sini? Tidak tidur?”

“Aku sedang melihat mawar.”

“Tapi kenapa harus malam-malam?”

“Kau tahu, ada sebuah mawar langka yang selalu mekar sepanjang tahunnya. Akibat sering diterpa cahaya matahari dan bulan secara bergantian, warna bunga tersebut akan berubah karena cahaya yang ia tangkap sepanjang tahunnya.”

“Dan kau sedang mencarinya?”

“Benar.”

Aku ikut mencari mawar yang dikatakan Axel, mawar yang kuyakin tidak berwarna merah seperti kebanyakan. Warna apa ya? Kuning? Biru? Merah muda? Atau putih? Anehnya tak satu pun mawar-mawar itu memiliki warna yang berbeda.

“Ketemu!”

Axel memetik setangkai mawar yang jauh berbeda dari apa yang kupikirkan. Mulai dari tangkai hingga kelopaknya, mawar tersebut terlihat seperti kaca yang dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai setangkai mawar. Sangat berkilau ketika diterpa cahaya bulan.

“Ini… bunga mawar asli?” tanyaku menyentuh kelopaknya.

“Iya, karena sepanjang tahun ia sanggup mekar, sehingga ia bisa menyerap cahaya matahari dan bulan.”

“Wahh!!! Indah sekali, seperti sepatu kaca Cinderella, tapi ini lebih berkilau.”

Lama-lama mawar itu mengeras dan kaku. Kemudian Axel mencabut satu helai kelopak mawar tersebut sebelum benar-benar mengeras seperti kaca.

“Kenapa jadi keras begini?”

“Karena dia baru saja kupetik. Seperti bunga lain yang dipetik dari sumber kehidupannya, bunga ini pun mati dan mengeras.”

“Padahal biarkan ia tumbuh saja seperti ini.”

“Ada yang bilang meskipun bunga-bunga tidak dipetik mereka akan tetap mati dan tidak memberikan kesempatan orang lain untuk memuji keindahannya. Jadi meskipun bunga ini tidak kupetik, ia akan mati tanpa bisa aku lihat wujudnya yang indah ini.”

Benar juga, seindah apapun bunga mawar, pada akhirnya mereka hanya punya waktu sebentar setelah mereka bermekaran.

Axel mengambil sesuatu dari kantung jubahnya. Sebuah tali. Tali itu kemudian ia ikatkan pada kelopak mawar yang juga sudah mengeras. Lalu warna seperti kristal dari mawar itu berubah menjadi hitam pekat.

“Ayahku pernah memberikan ini pada ibuku. Di dalam kelopak mawar ini terdapat darahku. Jika kau berpergian di dunia vampir, orang-orang hanya bisa merasakan energi dan bau darahku saja.”

Axel melingkarkan kelopak mawar yang sudah menjadi kalung itu ke leherku. Aku tak bergeming dan justru mengelus kelopak mawar yang sudah mengeras dan berubah warna menjadi hitam itu.

“Kau bilang tak akan kembali ke dunia manusia, bukan? Kalau begitu kau bisa jalan-jalan di dunia vampir sesukamu.”

“Kau menguping pembicaraanku dengan Grine?”

“Tidak, aku tahu saat kau menangis kemarin. Aku tahu semua yang terjadi padamu dan ayahmu.”

Aku pun tidak tahu bagaimana Axel bisa mengetahuinya, aku tidak mengatakan apapun waktu itu dan hanya menangis begitu saja. Karena aku tidak mau menceritakannya. Tanpa disangka Axel memelukku sejenak, wangi lavender yang selalu menguar dari tubuhnya itu kemudian menjadi wangi favoritku yang menenangkan.

“Sudah malam, kau kembali ke kamarmu. Kau nanti sakit jika lama-lama di sini.”

Setelah Axel melepaskan pelukannya, ia lalu pergi melewatiku, tapi yang berbeda adalah tangannya yang sudah menggenggam tanganku. Aku pun akhirnya mengikuti langkah vampir tersebut.

“Kau ingat tidak ini jubah yang kau pinjamkan padaku saat pertama kali kita bertemu.”

“Kukira kau sudah membuangnya.”

“Mana mungkin. Aku lupa ingin mengembalikannya padamu.”

“Tidak perlu, kau pakai saja selamanya.”

Malam ini Axel terlihat lebih manis dan romantis dari biasanya. Aku tidak tahu apa ada yang salah dengan kepala vampir satu ini, tapi yang jelas aku benar-benar menikmatinya.

“Axel!”

“Hm?”

“Waktu itu kau menciumku—“

Tiba-tiba Axel berhenti di depan pintu masuk. Ia tak melihat kearahku melainkan berdiri terpaku dengan tangannya yang kuyakin sedang bergetar sepelan mungkin.

“Kenapa?” tanyanya.

“Kenapa kau menciumku? Dan kenapa setelah itu kau terlihat seolah tidak terjadi apa-apa semalam? Padahal itu ciuman pertamaku.”

Axel akhirnya memandang ke arahku, wajahnya yang minim ekspresi itu tak memberikan jawaban apapun atas pertanyaanku.

“Aku tiba-tiba saja ingin membuatmu berhenti menangis, tapi kau terus saja meraung seperti itu. Kau tahu aku jadi ikut merasa sakit mendengarnya. Jadi… aku menciummu. Maafkan aku.”

Tanpa disangka Axel mengecup bibirku dengan singkat dan sekejap mata. Lalu membuka pintu dan mengajakku masuk ke dalam mansionnya.

“Itu juga pertama kali bagiku, jika kau penasaran,” katanya dengan tatapan yang mengarah ke sudut lain sambil sebelah tangannya yang bebas menutupi sebagian wajahnya.

Begitu pun denganku, kepalaku sedikit tertunduk dan tanganku yang bebas sedang menutupi bibirku yang baru saja ia kecup.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (11)
  • kairadish

    Aku keasyikan baca😍😍
    Goodjob kak❀

    Comment on chapter Bulan dan Ksatria Bintang
  • rara_el_hasan

    @ellyzabeth_marshanda ho! bulon sadis .. gk mungkin

    Comment on chapter 3rd Days : Sabtu With You, Surya Pradana Adigawa
  • ellyzabeth_marshanda

    @rara_el_hasan wkwkw nanti yg sadis malah si Bulon nya
    #spoiler alert

    Comment on chapter 3rd Days : Sabtu With You, Surya Pradana Adigawa
  • rara_el_hasan

    Pak cipto awas sadis sama bulo gue kuliti ... wkwkwkw

    Comment on chapter 3rd Days : Sabtu With You, Surya Pradana Adigawa
  • ellyzabeth_marshanda

    @yurriansan aku juga takut, takut ga dapet feel-nya

    Comment on chapter Bulan dan Ksatria Bintang
  • yurriansan

    Wow aku takut deh kamu buat cerita romantis Hehehe

    Comment on chapter Bulan dan Ksatria Bintang
  • ellyzabeth_marshanda

    Makasih kakak" udah mau mampir, happy writing ya kak😍😍😍

    Comment on chapter Bulan dan Ksatria Bintang
  • rara_el_hasan

    Harus baca cerita ini ... lucu, bikin sakit perut karena ketawa... authornya kreatif .. temanya unik n gk kepikir sama aq yg notabenya penulis juga ... pokoknya wajib baca. ... kalau mau hari libur kalian berwarna wajib baca mbk Bulon dan Mas Iky yg kocak

    Comment on chapter Bulan dan Ksatria Bintang
  • IndyNurliza

    Ceritanya Selalu menarik 😍😍😍

    Semangad dek

    Comment on chapter Bulan dan Ksatria Bintang
  • ellyzabeth_marshanda

    @SusanSwansh siap kak, makasih udah mampir

    Comment on chapter Bulan dan Ksatria Bintang
Similar Tags
A Ghost Diary
101      72     0     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Senja di Sela Wisteria
8      8     0     
Short Story
Saya menulis cerita ini untukmu, yang napasnya abadi di semesta fana. Saya menceritakan tentangmu, tentang cinta saya yang abadi yang tak pernah terdengar oleh semesta. Saya menggambarkan cintamu begitu sangat dan hangat, begitu luar biasa dan berbeda, yang tak pernah memberi jeda seperti Tuhan yang membuat hati kita reda. β€œTunggu aku sayang, sebentar lagi aku akan bersamamu dalam napas abadi...
DEWDROP
800      422     4     
Short Story
Aku memang tak mengerti semua tentang dirimu. Sekuat apapun aku mencoba membuatmu melihatku. Aku tahu ini egois ketika aku terus memaksamu berada di sisiku. Aku mungkin tidak bisa terus bertahan jika kau terus membuatku terjatuh dalam kebimbangan. Ketika terkadang kau memberiku harapan setinggi angkasa, saat itu juga kau dapat menghempaskanku hingga ke dasar bumi. Lalu haruskah aku tetap bertahan...
LATE
19      16     0     
Short Story
Mark found out that being late maybe is not that bad
Nope!!!
51      36     0     
Science Fiction
Apa yang akan kau temukan? Dunia yang hancur dengan banyak kebohongan di depan matamu. Kalau kau mau menolongku, datanglah dan bantu aku menyelesaikan semuanya. -Ra-
For Cello
105      69     0     
Romance
Adiba jatuh cinta pada seseorang yang hanya mampu ia gapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang ia sanggup menikmati bayangan dan tidak pernah bisa ia miliki. Seseorang yang hadir bagai bintang jatuh, sekelebat kemudian menghilang, sebelum tangannya sanggup untuk menggapainya. "Cello, nggak usah bimbang. Cukup kamu terus bersama dia, dan biarkan aku tetap seperti ini. Di sampingmu!&qu...
Gray Paper
9      9     0     
Short Story
Cinta pertama, cinta manis yang tak terlupakan. Tapi apa yang akan kamu lakukan jika cinta itu berlabuh pada orang yang tidak seharusnya? Akankah cinta itu kau simpan hingga ke liang lahat?
Communicare
0      0     0     
Romance
Menceritakan 7 gadis yang sudah bersahabat hampir lebih dari 10 tahun, dan sekarang mereka dipersatukan kembali di kampus yang sama setelah 6 tahun mereka bersekolah ditempat yang berbeda-beda. Karena kebetulan mereka akan kuliah di kampus yang sama, maka mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Seperti yang pernah mereka inginkan dulu saat masih duduk di sekolah dasar. Permasalahan-permasalah...
Keep Your Eyes Open
13      13     0     
Short Story
Ketika mata tak lagi bisa melihat secara sempurna, biarkan hati yang menilainya. Maka pada akhirnya, mereka akan beradu secara sempurna.
Who are You?
37      29     0     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?