Hembusan angin pada pagi hari ini bertiup dengan begitu tenang, langit yang terlihat cerah tanpa noda berwarna putih. Aegis bersandar dipohon menikmati hembusan angin yang terasa sangat sejuk dan damai.
“Haa…aku sudah 15 tahun, semua teman satu kelasku sudah tahu apa yang akan mereka lakukan untuk kehidupan mereka nanti tapi aku…”. Aegis memejamkan mata membayangkan apa yang tejadi jika keadaanya yang dia alami saat ini tidak pernah berubah.
“Tidak tidak tidak. aku tidak boleh seperti ini terus, aku harus berubah”. sembari menggeleng-gelengkan kepalanya Aegis bangkit dari posisi nyamannya dan berdiri dengan penuh semangat.
“Tapi bagaimana cara aku merubah semua ini”. Aegis kembali kehilangan semangatnya dan kembali bersandar ke pohon besar yang melindunginya dari sinar matahari.
“Mudah saja jadilah kuat”. Tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing menjawab pertanyaannya, Aegis terkejut mengalihkan pandangannya kearah suara itu berasal
“Yo”.
Dibalik pohon tempat Aegis berteduh, terdapat seorang yang seusia dengannya. Dia adalah Jack, seorang yang selalu ada saat Aegis membutuhkan dan teman kedua Aegis. Ia adalah seorang jenius di akademi, meski skill Catalyst milikinya terbilang lemah tapi kemampuan bertarungnya sangat luar biasa. Ia bahkan mendapat peringkat kedua didalam akademi dan terpilih sebagai peserta Camp Catalyst.
“Jack, apa yang kau lakukan disini ?”. Tanya Aegis kepada Jack.
“Aku ? benar juga apa yang aku lakukan disini ?”.
“Kau seharusnya berlatih, kau itu peserta Camp Catalyst sama seperti Lita”.
“Kenapa aku harus berlatih ?”.
“kenapa kau bertanya ? sudah jelaskan supaya kau menjadi 7 peserta terbaik di Camp Catalyst dan menjadi Catalyst Warrior”. Aegis sedikit meninggikan suaranya karena ingin Jack lebih serius untuk menjadi seorang Catalyst Warrior.
“Untuk apa aku latihan, aku sendiri salah satu murid terbaik di akademi”. Jawab Jack sambil memanjat pohon dan tidur di salah satu cabang pohon.
“Didalam akademi kau memang yang terbaik tapi diluar sana ada yang jauh lebih kuat dan hebat darimu jadi kau perlu untuk berlatih”.
“Lagi malas…”. Jawab Jack dengan menggerakan tangan kanannya, mengisyaratkan untuk tidak mengganggunya.
“Ayolah aku tidak ingin jadi alasan kau gagal dalam Camp Catalyst karena kau selalu bersamaku sebelumnya”.
Setelah mendengar hal itu dari Aegis, Jack duduk dan menatap tajam Aegis yang berada dibawah. Tak lama setelah itu Jack melompat kebawah dan berdiri tepat didepan Aegis.
“Sekarang biar aku tanya padamu, menurutmu aku kuat apa lemah sampai kau menyuruhku untuk berlatih ?”. Aegis hanya diam mendengar pertanyaan dari Jack.
“Aku yang merupakan murid terbaik di akademi saja masih butuh latihan, lalu kau yang merupakan murid paling lemah apa yang kau lakukan sekarang ?”.
Seketika Aegis terdiam mendengar perkataan yang begitu menusuk dari Jack. Ia tahu meski dia berusaha latihan sekuat tenaga, semua itu akan sia-sia karena ia merasa tidak akan mampu menjadi seorang yang hebat.
“Didunia ini tidak ada yang namanya sia-sia, percayalah pada temanmu ini”. Kata Jack seolah mampu membaca pikiran Aegis.
Apa yang dikatakan Jack ada benarnya. Didunia ini tidak ada yang sia-sia, meski dia gagal menjadi seorang Catalyst Warrior, setidaknya kehidupannya akan sedikit lebih baik jika menjadi kuat.
“Jack…aku…”.Aegis menundukan kepalanya tidak sanggup melihat kearah Jack.
“Tenanglah kau tidak perlu minta maaf, aku akan selalu bersamamu dan membantumu keluar dari setiap masalah yang kau hadapi”. Kata-kata dari Jack membuat perasaan Aegis menjadi hangat, membuat semangat yang menghilang kembali dengan berkali-kali lipat.
“Kalau begitu ayo kita berlatih bersama”. Ajak Aegis.
“Itu baru temanku”.
Suasana yang menenangkan pada pagi hari ini tidak membuat Aegis dan Jack untuk bermalas-malasan. Pedang dua tangan yang terbilang cukup besar menancap ditanah, disebelahnya Aegis melakukan push up untuk melatih otot tangannya, setelah cukup dengan push up Aegis mencoba mengangkat Catalyst milikinya namun tidak berhasil dan kembali melakukan push up.
Tak jauh dari tempat Aegis berlatih, Jack melayangkan sebuah serangan kepada sebuah pohon dengan kedua tangannya. Terdapat jejak pukulan dari Jack dibatang pohon besar tersebut. Tidak seperti batang pohon tersebut, tangan dari Jack tidak menunjukan tanda-tanda terluka sedikitpun. Sesekali Jack juga menyerang pohon dengan Catalyst nya yang berjenis pedang satu tangan.
Sejak hari itu mereka berdua selalu berlatih bersama ditempat yang sama dengan menu latihan yang sama. Aegis yang melatih otot kedua tangannya untuk dapat menggunakan Catalyst miliknya, sedangkan Jack melatih kemampuan bertarungnya dan mencoba beberapa Combo dengan skill Catalyst miliknya.
Mereka latihan bersama selama satu bulan penuh tanpa menghiraukan kondisi cuaca yang terkadang hujan. Namun, latihan mereka membuahkan sebuah hasil. Jack yang menemukan Combo baru dengan Catalyst miliknya sedangkan Aegis dapat menggunakan Catalyst raksasa miliknya.
“Aegis kau sepertinya dapat mengangkat pedang itu dengan mudah”. Jack berjalan menuju Aegis yang sedang mengayunkan Catalyst miliknya dengan tangan kanan.
“Seperti itulah… Terimakasih jika bukan karenamu mungkin aku sekarang masih…”. Keringat menetes dengan begitu deras diwajah Aegis seolah menjadi saksi kerja kerasnya selama satu bulan ini.
“Ayo lah tidak perlu berkata seperti itu, apa kau ingat pertama kali kita bertemu. Waktu itu aku sedang bersedih karena ayahku meninggal dalam tugasnya menjadi seorang Warrior, saat itu aku sangat benci kepada Warrior. Dan kau datang dengan cerita gilamu tentang Catalyst Warrior lalu merubah pemikiranku tentang Warrior, malah membuatku ingin menjadi seorang yang lebih hebat dari seorang Warrior yaitu Catalyst Warrior. Ya… bisa dibilang kau merubah hidupku lebih dahulu”. Aegis hanya tersenyum mendengar perkataan dari Jack.
Mereka berduduk dibawah pohon sembari melihat matahari yang tak lama lagi akan menghilang. Aegis hanya menundukan kepalanya karena dia tahu kalau dia latihan selama satu bulan tidak ada gunanya. Jack dapat menggunakan hasil latihannya untuk Camp Catalyst yang akan dia ikuti tapi Aegis…
“Hei… apa kau mendengar kabar kalau Leon akan melamar Lita saat kita bertiga berangkat ke ibu kota ?”. Didunia ini pada usia 15 tahun seorang laki-laki dapat melamar wanita dengan usia yang sama untuk menjadi tunangan, dan mereka dapat menikah diusia 18 tahun untuk laki-laki dan 17 tahun untuk wanita. Meski mereka dapat membatalkan pernikahaannya, tapi pembatalan tersebut sangat jarang terjadi.
Mendengar perkataan dari Jack, waktu terasa terhenti untuk Aegis. Kelima indranya terasa mati dalam waktu yang bersamaan, rasa sakit didalam dadanya perlahan muncul dan membuat Aegis sedikit kesusahan untuk bernafas.
Meski itu benar terjadi Aegis tidak dapat melakukan apapun selain merelakan Lita, Leon adalah murid jenius dengan menjadi lulusan terbaik dan Aegis adalah kebalikan dari semua sifat Leon. Jika Leon melamar Lita itu memang wajar dengan semua kehebatannya.
mereka akan menjadi pasangan yang cocok untuk kedepannya itulah yang muncul dipikiran Aegis pertama kali.
“Aegis kau tidak apa-apa ?”. Tanya Jack sembari meletakan tangan kanannya dibahu kiri Aegis. Jack tahu kalau Aegis menyukai Lita tapi dia berfikir akan jauh lebih buruk jika Aegis melihat Lita dilamar oleh orang lain sehingga dia memberitahunya agar Aegis dapat menyiapkan diri untuk hal itu.
“Aku- tidak apa-apa”. Nada bicara Aegis sedikit berubah dari sebelumnya.
“Tidak mungkin kau tidak apa-apa, ha…”. Jack menghela nafas mendengar jawaban Aegis yang bertolak belakang dengan ekspresi wajahnya.
“Jika kau ingin tetap bersama dengan Lita tunjukanlah kehebatanmu, aku sudah mencari informasi tentang ini dan kemarin aku menemukannya”. Aegis tidak merespon kata-kata Jack dan tetap menundukan kepalanya.
“Satu minggu lagi di ibu kota kerajaan akan diadakan sebuah turnamen dimana pemenang dari turnamen akan menjadi salah satu peserta Camp Catalyst. Hoooiii… apa ada orang disana ?”. Jack mencoba menyadarkan Aegis yang terlalu fokus pada lamunannya, dia tahu apa yang Aegis pikirkan.
“Apa kau dengar apa yang aku katakan ?”. Tanya Jack sembari memukul punggung Aegis.
“Maaf… aku tidak terlalu mendengarnya”
“Tenang saja Lita tidak akan menerima lamaran itu, kau tahu sendirikan Lita merasa tidak nyaman saat bersama dengan Leon”. Hibur Jack.
“Kau tadi bilang apa ?”. Tanya Aegis yang tidak memperhatikan semua perkataan Dari Jack.
“Di ibu kota kerajaan, seminggu lagi akan ada sebuah turnamen, dimana pemenangnya akan menjadi peserta Camp Catalyst. Kau dengar, jadi aku ingin kau mengikuti turnamen itu dan memenangkannya, oke ?”. Jack berdiri sembari menyalurkan tangannya ke Aegis berharap ia akan meraih tangannya sebagai tanda menerima permintaan Jack.
“Oke… aku akan memenangkan turnamen itu dan kita akan menjadi Catalyst Warrior bersama-sama” Aegis meraih uluran tangan Jack dan ikut berdiri. Kalimat singkat yang tanpa disadari telah menjadi sebuah janji untuk mereka berdua.
“Oya ngomong-ngomong perjalanan dari desa ke ibu kota berapa lama, ya ?”. Tanya Aegis.
“Mungkin 3 sampai 4 hari, itu kalau menggunakan kereta kuda”.
“Kalau berjalan kaki ?”.
“5 sampai 6 hari, mungkin”. Setelah Jack mengatakan lama perjalanan dari desa ke ibu kota, mereka berdua Saling menatap cukup lama.
“Siaalll”. Aegis berteriak dengan sekuat tenaga.
Akhirnya Aegis tersadar jika dia tidak segera berangkat dia tidak akan punya waktu untuk istirahat di ibu kota dan kemungkinan terburuknya adalah dia akan terlambat dan tidak dapat mengikuti turnamen tersebut.
“Jack kau berangkat ke ibu kota kapan ?”. Tanya Aegis yang memiliki alasan tertentu menayakan hal itu.
“Aku akan berangkat lusa, tenang saja aku akan memberitahumu setelah kau selesai mengikuti turnamen”. Jack seolah menyadari alasan dibalik sahabatnya bertanya kapan ia berangkat.
Setelah mendengar jawaban dari sahabatnya, Aegis berlari meninggalkan Jack sendiri berdiri dibawah pohon tempat mereka berjanji. Aegis berlari dengan cepat menuju rumah untuk mendapat restu dari ibunya.
Setelah dia bisa melihat rumah sederhananya, Aegis melihat ibunya yang sedang menyapu halaman rumah.
“Ibu…”. Aegis berteriak sambil berlari.
“Aegis ?”.
“Ibu aku akan menuju ibu kota”.
“Kenapa kau mau kesana ?”.
“Aku ingin mengikuti turnamen agar aku dapat menjadi peserta Camp Catalyst”. Mendengar itu, Sonya memasang wajah khawatir karena yang dia tahu Aegis tidak dapat menggunakan Catalyst miliknya. Terlebih dia mengikuti sebuah turnamen yang berisikan orang-orang hebat.
“Tenang saja bu, percayalah padaku. Sekarang aku sudah tambah kuat, percayalah”. Sonya merasa dia bodoh tidak mempercayai keputusan anaknya. Dia meletakan sapunya dan memeluk Aegis sembari berbisik…
“Pergilah nak, tunjukan pada dunia kehebatanmu dan aku akan menunggu kepulanganmu dengan kabar bahagia”.
“Umu…”. Aegis menganggukan kepalanya.
“Tapi dengan satu syarat”. Kata Sonya dengan wajah serius.
“Apa itu ?”.
“Jangan pernah bilang kesiapapun kalau kau adalah keluarga Stormfall”.
“Kenapa ?”. Aegis tidak tahu alasan Ibu menyuruhnya untuk merahasiakan kalau dia berasal dari keluarga Stormfall.
“Sudahlah cepat berkemas, biar ibu yang menyiapkan bekal untuk perjalananmu”.
Setelah mendapat restu serta menerima syarat dari ibunya, Aegis dengan tergesah-gesah menyiapkan perlengkapan untuk perjalanan jauh menuju ibu kota dan saat persiapannya dirasa cukup, Aegis mencium tangan ibunya dan pergi meninggalkan rumah yang telah dia tinggali selama 9 tahun untuk pertama kalinya.
Wow. Dia udah bikin ceritanya yg kedua. Liz mampir di Bloody Mary dong. Hehe
Comment on chapter Bulan dan Ksatria Bintang