Jadi Anak SMA
~Sebetulnya tidak ada yang namanya betul-betul kebetulan, karena kebetulan adalah takdir yang Tuhan sengaja samarkan
Sinar sang surya mulai beranjak meninggi secara perlahan namun pasti. Dan jalan kota Surabaya ini juga tak sepi lagi. Hari ini adalah hari pertama bagi Bella bersekolah SMA di Indonesia. Karena Bella lahir dan dibesarkan di Jerman. Papanya orang Hamburg sedangkan mamanya orang Surabaya. Setelah ribet dengan segala administrasi pendaftaran peserta didik baru, kini Bella sudah resmi menjadi salah satu murid SMA terfavorit di kota Surabaya ini. SMA Ganesha. Dan saat ini ia bersama papanya sedang berada di bengkel, karena mobil yang mereka gunakan bannya kempes. Waktu sudah menujukkan pukul 06:50, padahal sekolah Bella masuk pada pukul 07:00. Kurang 10 menit lagi udah masuk nih, gerutu Bella dalam hati. Tak lama kemudian urusan mobil itupun beres, dengan segera Bella masuk kedalam mobil. Kini mobil yang mereka kendarai pun telah membelah kemacet kota ini.
"Pah cepetan, ntar aku telat, papa kan tau kalo sekolahku ini peraturannya ketat banget, kalo aku dihukum di hari pertamaku jadi anak SMA gimana?" ucap Bella penuh ekspresif.
"No problem dear, biar jadi pengalaman baru buat kamu" sahut Albrecht—papa Bella.
"Ish papah, ya nggak gitu juga, masa di hari pertamaku jadi anak SMA harus ada acara dihukum karena telat" timpal Bella merajuk dengan memajukan bibirnya. Tak lama kemudian mobil yang mereka kendarai tiba di gerbang sekolah baru Bella. Bella pun segera turun dari mobil, tak lupa pula ia berpamitan dengan mencium tangan papanya sebelum keluar mobil.
"Bella sekolah dulu ya pah, papah hati-hati ke kantornya" ujar Bella saat pamit kepada papanya.
"Iya, semoga hari ini jadi pengalaman yang baru dan tak terlupakan, auf wiedersehen(1)" ucap papanya.
Bella melangkahkan kakinya dengan tempo cepat di depan lobby, hingga tiba-tiba sebuah motor besar menyenggolnya dari arah belakang. Seketika itu tubuh Bella limbung menyentuh tanah. Pengendara motor besar itu pun segera turun dari motornya. Bella segera bangkit dan meneriaki pengendara motor besar tadi.
"Bisa bawa motor nggak sih?!" sentak Bella kepada pengendara motor itu.
"Stttt, jangan teriak, ntar ketahuan" ujar cowok yang mengendarai motor besar tadi.
"Gara-gara lo, lutut gue bonyok nih" ujar Bella masih dengan suara yang tinggi.
Tiba-tiba cowok itu membungkam mulut Bella dengan jari telunjuknya.
"Udah dibilangin nggak usah teriak, ntar kalo ada anak OSIS lagi patroli...." ucapnya terputus oleh deheman dari arah belakang.
"Oh jadi gini ya, anak baru udah berani berangkat telat?!" ucap seseorang yang mengenakan seragam rapi lengkap dengan jas almamater dan cocard bertuliskan 'Panitian MPLS' tersebut. "Udah telat, bikin keributan lagi" lanjutnya. Bella dan cowok yang tadi menabraknya hanya bisa diam.
"Mana cocard kalian?" tanyanya menyelidik.
"Di dalam tas kak" sahut Bella memberanikan diri.
"Buruan ambil, selama acara MPLS cocard harus selalu dipakai" jelasnya.
Kemudian Bella mengambil cocardnya yang berada di dalam tas kemudian memakainya.
"Mana cocard lo?" bentak senior itu pada cowok yang berada di samping Bella.
"Nggak sempet buat" jawab cowok yang berada di samping Bella dengan entengnya.
"Apa?! Nggak sempet?! Emang ngapain aja kemaren?! Kan udah dikasih tau pas daftar ulang kalo selama acara MPLS harus pakai cocard" ujar senior tadi dengan emosi.
"Bellatrix Sirius Albrecht kelas 10A3" senior itu membaca cocard milik Bella."Siapa nama lo?!" lanjutnya kepada cowok yang berada di depannya dengan nada yang meninggi beberapa oktaf.
"Alphano dari 10A3" jawab cowok itu dengan santai dan tatapan malas. Oh jadi dia temen sekelas gue, batin Bella.
"Kalian udah tau kan kalo setiap berbuat salah di sekolah ini pasti ada hukumannya?" tanya senior itu pada kedua adik kelas yang berada di depannya.
"Iya udah tau kak" sahut Bella.
"Berarti udah siap kan kalo nanti pas istirahat jalanin hukuman?" ujar senior itu. "Ya sudah buruan ke aula, nanti pas istirahat jangan lupa ke lapangan rumput" lanjutnya.
Cowok yang mengaku bernama Alphano itu pun segera memarkirkan motor besarnya. Bella bergegas berjalan menuju ke aula, saat tiba di tangga. Ia hanya bisa berjalan pelan-pelan karena lututnya yang terluka. Hingga tiba-tiba Alphano sudah berjalan mendahuluinya. "Heh, tungguin" teriak Bella pada Alphano.
"Nggak usah teriak bisa nggak sih?" sahut Alphano dengan dingin.
"Ish, tanggung jawab, gara-gara lo lutut gue jadi kek gini, mana jadi susah buat jalan" ujar Bella dengan nada suara naik beberapa oktaf dan Alphano justru tidak menggubrisnya sama sekali.
"Alphano" teriak Bella, Alphano tetap melenggang menuju aula dan meninggalkan Bella berjalan tertatih sendirian di tangga. Ganteng sih, tapi dingin banget, udah kek manusia es, batin Bella. Haduh sial bener dah gue hari ini, di hari pertama jadi anak SMA malah ban mobil kempes, trus telat ke sekolah, ditabrak orang sedingin es, terciduk senior, kena hukuman, lengkap bener kesialan gue hari ini, gerutu Bella dalam hati.
Sesampainya di depan pintu aula, Bella segera mengetuknya dan masuk dengan tertatih. Semua murid dikumpulkan di aula untuk mengikuti acara pemaparan materi pengenalan sekolah. Kemudian Bella duduk di kursi kosong yang berada di sebelah gadis manis, dengan rambut hitam sebahu, dan kacamata bertengger di jembatan hidungnya yang runcing.
"Hai, gue Bella, boleh duduk di sini kan?" tanya Bella pada gadis manis itu dan mengulurkan tangan.
"Oh hai, gue Anna, boleh kok, duduk aja" sahutnya dengan menerima uluran tangan Bella.
"Gue udah ketinggalan jauh materinya?" tanya Bella lagi.
"Lumayan sih, tapi nggak jauh-jauh juga kok" jawab gadis manis yang bernama Anna tadi.
Acara penaparan materi MPLS—dulu dikenal dengan nama MOS—tentang pengenalan sekolah pun selesai. Murid-murid dipersilahkan untuk istirahat, banyak yang pergi ke kantin. Untuk sekedar membeli minum atau mengisi perut yang kosong. Mereka kelaparan karena sejak tadi pagi hanya duduk di aula mendengar guru bercerita. Ada juga yang sekadar jalan-jalan keliling sekolahan untuk lebih mengenal sekolah baru mereka. Hingga tiba-tiba terdengar pemberitahuan dari loudspeaker.
"Panggilan kepada Bella dan Alphano dari 10A3 dimohon segera ke lapangan rumput" begitulah bunyi pemberitahuan dari loudspeaker.
"Bell, kayaknya lo bakal dihukum deh" ujar Anna.
"Iya nih Ann, gara-gara tadi telat" sahut Bella dengan kekehan. "Yaudah gue duluan ya Ann" lanjut Bella.
Bella berjalan menuju ke arah tempat duduk Alphano. Cowok dengan perawakan tinggi, rambut hitam dan lurus, tatapan mata setajam elang, alis tebal dengan hidung bangir serta rahang kokoh itu sedang asik memainkan ponselnya dan sebuah earphone bertengger manis di kedua telinganya.
"Alphano, ayo turun, itu tadi udah dipanggil lewat loudspeaker" ucap Bella berdiri di samping kursi yang Alphano duduki. Namun Alphano masih saja sibuk dengan ponselnya.
"Ish, nyebelin banget" ujar Bella dengan menghentakan kaki karena kesal tidak digubris sama sekali.
"Alphano!" kini nada bicaranya Bella sudah naik dua oktaf.
"Woy Fan, itu dari tadi dipanggil sama bule cantik juga malah dicuekin" ucap Ferdi—sahabat Alphano sejak SD—sambil menyenggol bahu Alphano.
"Iya tuh Fan, jangan dianggurin, kalo nggak mau buat gue aja" sahut Fredi—saudara kembarnya Ferdi. Alphano melepas earphonenya dan memalingkan wajahnya ke arah Bella dengan raut wajah seakan bertanya 'apa?' Sedangkan Bella menatapnya dengan sebal.
"Dari tadi dipanggil juga nggak nyaut, makanya jangan pake earphone mulu, tadi pagi kita disuruh ke lapangan rumput kan? dan baru aja udah dipanggil lewat loudspeaker, ayo buruan turun, ntar ditambah lagi hukumannya gegara kita lama ke sananya" jelas Bella panjang lebar pada Alphano. Dan Alphano hanya diam dengan ekspresi datar, kemudian ia bangkit dari kursinya berjalan meninggalkan Bella.
"Sumpah ya jadi orang nyebelin banget" ucap Bella dengan kesal.
"Udahlah nggak usah lo pikirin, Fano emang gitu orangnya, mending mikirin gue" celetuk Ferdi.
"Apaan sih lo" sungut Bella.
"Bule cantik kok galak" timpal Fredi.
Nggak Alphano nggak sahabatnya, sama-sama nyebelin, batin Bella. Bella langsung bergegas pergi meninggalkan si kembar itu—Ferdi dan Fredi—yang sama menyebalkannya dengan Alphano tadi menuju ke lapangan rumput. Di lapangan rumput sudah ada kakak senior yang tadi pagi berhasil menciduk Bella dan Alphano terlambat. Ia sedang berdiri berkacak pinggang di depan Alphano saat Bella turun dari aula. Bella akhirnya sampai di depan senior itu dan berdiri di dekat Alphano. Seketika aroma mint dan citrus menyeruak di indera penciuman Bella.
"Maaf kak udah nunggu lama" ujar Bella.
"Okey, karena udah ngumpul semua, jadi langsung aja ya" ucap senior. "Sebelumnya, kenalin nama gue Raffi, gue di sini jadi wakil ketua OSIS, dan hukuman buat kalian yaitu keliling lapangan ini sebanyak lima kali putaran, paham?" jelas senior yang bernama Raffi tersebut.
Selama Raffi menjelaskan itu Alphano hanya menatap Raffi dengan tatapan malas. Alphano dan Bella kemudian berlari mengelilingi lapangan. Suasana saat ini cukup ramai karena ini waktu istirahat, sehingga banyak anak-anak yang melihat keduanya dihukum. Okey, mereka berdua menjadi totntonan gratis pada siang ini. Sinar matahari semakin lama semakin meninggi dan terik, kini Alphano dan Bella telah menyelesaikan tiga kali putaran. Itu berarti masih kurang dua kali putaran lagi. Dapat dilihat wajah Bella sudah pucat dan dahi yang penuh peluh. Bella sudah sangat lelah dan pusing, karena Bella memiliki penyakit anemia.
"Bella, lo boleh istirahat dulu, duduk di situ" ujar Raffi dengan menunjuk bangku taman yang berada di pinggir lapangan. Bella pun menepi ke pinggir lapangan dan duduk di bangku yang dimaksud oleh Raffi tadi.
"Eh lo kenapa ikutan berhenti? Siapa yang suruh lo berhenti?" ucap Raffi kepada Alphano dengan sedikit membentaknya. Dengan malas Alphano segera melanjutkan hukumannya. Sedangkan di pinggir lapangan, napas Bella masih memburu akibat lari keliling lapangan tadi.
"Wajah lo pucet banget, lo gapapa?" tanya Raffi dengan raut wajah khawatir kepada Bella.
"Gapapa kak, udah biasa kalo wajah gue pucet, soalnya kan gue emang anemia" sahut Bella.
"Ya sudah jangan sampe kecapekan" ucap Raffi. "Nih minum dulu" sambungnya dengan memberi sebotol air mineral kepada Bella.
"Makasih" sahut Bella dengan menyambar sebotol air mineral itu dan menenggaknya sampai tandas setengah botol.
"Sekarang lo boleh balik ke aula lagi" ujar Raffi.
"Lho kak, tapi aku masih kurang dua kali putaran lagi" sahut Bella.
"Udah nggak usah, ntar lo malah pingsan, dan gue malah kena masalah sama guru BK" sahut Raffi.
"Makasih kak, gue balik ke atas dulu" ujar Bella dan meninggalkan Raffi yang masih duduk di bangku taman.
Sesampainya di aula Bella langsung menghampiri Anna yang tengah duduk di kursi. "Hai Anna" sapa Bella kepada Anna.
"Eh Bella, tadi dihukum apa Bell?" tanya Anna.
"Hadeh cape banget gue, tadi disuruh keliling lapangan sama senior rese banget" sahut Bella dan duduk di samping Anna.
Tak lama kemudian Alphano masuk ke aula dan berjalan menuju ke arah Anna dan Bella. Tiba-tiba Alphano menyambar botol air mineral yang digenggam Bella lalu menenggaknya hingga tandas. Tanpa merasa bersalah Alphano langsung melenggang pergi meninggalkan Bella begitu saja.
"Alphano!" teriak Bella saat Alphano sudah duduk di kursi barisan belakang.
Alphano malah memakai earphonenya dan memainkan ponselnya tanpa menggubris teriakan Bella sama sekali. Sumpah ada ya orang nyebelin banget kek si Alphano, batin Bella.
-***-
Acara MPLS hari ini telah usai, murid-murid diperbolehkan pulang. Siang ini cuaca sangat terik, saat ini Anna dan Bella tengah menunggu jemputan. Mereka berdua menunggu jemputan di lobby sekolah dengan asik mengobrol. Tak berapa lama kemudian mobil berwarna silver datang, Anna pamit kepada Bella karena mobil berwarna silver tadi adalah mobil jemputannya Anna. Kini Bella duduk sendiri di lobby sekolah, entah mengapa kakak laki-lakinya tidak segera datang untuk menjemputnya. Padahal tadi Bella telah menelponnya untuk menjemput. Kakak laki-laki Bella adalah seorang mahasiswa jurusan IT di salah satu universitas ternama di kota ini.
"Bella" suara itu mengejutkan Bella yang tengah melamun. Kini dapat dilihat seniornya yang bernama Raffi tengah duduk diatas motor besarnya.
"Iya kak, ada apa?" tanya Bella.
"Belom pulang Bell?" tanya nya balik. Udah tau gue masih di sini, ya berarti belom pulang lah, pertanyaannya retoris banget, batin Bella. "Bareng gue aja" lanjutnya. Dih sok kenal banget lagi, pake nawarin pulang bareng, baru juga kenal tadi siang, gerutu Bella.
"Nggak usah kak, tadi udah bilang bakal dijemput" sahut Bella.
"Beneran gapapa? Udah sepi lho sekolahannya" ujar Raffi. Maksa amat sih, batin Bella.
"Nggak papa kak, bentar lagi juga dateng kok" sahut Bella.
"Yaudah, gue duluan ya Bell" ujar Raffi, kemudian ia menyalakan motor besarnya dan meninggalkan halaman sekolah.
Beberapa menit kemudian Alphano lewat menggunakan motor besarnya dengan membonceng cewek yang seragam sekolahnya agak kekecilan dan rambut diombre warna merah terang. Alphano sama siapa? tanya Bella pada pada dirinya sendiri. Lah, kenapa malah mikirin Alphano sih? Mau Alphano sama siapa bukan urusan gue juga sih, batin Bella. Tin!!! Tin!!! suara klakson itu membuyarkan lamunan Bella. Ternyata kakak laki-lakinya sudah tiba, Bella segera masuk kedalam mobil.
"Ngelamunin apa dek?" tanya Galaksi—kakak laki-laki Bella.
"Itu kejadian tadi pagi, gegara mobil papa kempes jadi telat ke sekolahnya, trus ditabrak sama cowok nggak bertanggungjawab dan nyebelin banget, terciduk senior sampe akhirnya dihukum suruh lari keliling lapangan, sumpah sial banget gue hari ini, mana seniornya nyebelin banget" ujar Bella panjang lebar. Galaksi pun hanya tersenyum dengan tingkah adik perempuannya itu.
"Wah jadi pengalaman yang nggak terlupakan dong di hari pertama sekolah?" goda Galaksi kepada adiknya.
"Ish kakak, ini tuh hari terburuk" ucap Bella.
Perjalanan dari sekolahan menuju ke rumah hanya diisi celotehan Bella tentang hari pertama sekolah. Setibanya di rumah Bella segera menuju ke kamar untuk mandi dan ganti baju karena badannya sudah lengket akibat hukuman lari keliling lapangan tadi siang. Selesai mandi Bella turun ke meja makan untuk makan siang, makan siang kali ini ditemani Galaksi. Seusai makan siang Bella kembali ke kamar badannya terasa pegal semua, ia merebahkan diri di kasur ditemani alunan lagu dari Queen, Somebody To Love.
~*~ auf wiedersehen (1) bahasa Jerman yang berarti 'sampai jumpa'
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !