Read More >>"> Again (Again 08) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Again
MENU
About Us  

Again 08

            Amelia terduduk di lantai koridor rumah sakit. Ia memeluk kedua kakinya. Air mata tidak berhenti berjatuhan di pipinya. Ia merasa sangat amat kacau. Ia tidak dapat mengendalikan dirinya. Pikiran-pikiran buruk menghantui kepalanya. Bagaimana jika Tiara disuntik? Gadis itu pasti kesakitan. Bagaimana bila Tiara harus diinfus? Tiara pasti tidak akan kuat menahan jarum suntik di kepalanya. Tiara masih terlalu kecil untuk merasakan itu semua.

            Arbian terdiam di tempatnya berdiri di seberang Amelia duduk. Ia sedih menatap gadis itu. Apa begini rasanya menjadis seorang ibu? Apa seperti itu juga yang dirasakan orang tuanya ketika ia sakit? Apa begini perasaan orang tua karena memikirkan anaknya?

Arbian menekuk kepalanya menatap ubin-ubin di lantai. Ia mengembuskan napas berat. Lalu melangkah pelan mendekati Amelia dan duduk di samping gadis itu. Amelia sesegukan. Saat anaknya menangis, Amelia juga menangis. Arbian bingung harus menenangkan siapa terlebih dahulu di antara dua perempuan itu.

“Amelia?” panggilnya pelan.

Gadis itu mengangkat kepala. Matanya sembab dan hidungnya memerahnya. Arbian meringis di dalam hati melihat itu.

            Kemudian ia tersenyum. “Anak kamu bakal baik-baik aja,” hiburnya.

            Amelia menunduk, lalu mengangguk pelan. Ia menopang pipi di atas lutut. Pikirannya masih terpaku pada Tiara. Tadi, saat sampai di rumah sakit ia langsung masuk ke dalam ICU sesuai perintah petugas rumah sakit. Saat dokter memeriksa Tiara di atas ranjang rumah sakit, mengeluarkan teleskop dan meletakkan di dada Tiara, gadis itu terkejut karena permukaan teleskop yang dingin, dan Tiara menangis lagi. Hati Amelia bagai dihantam benda keras, sangat kuat. Rasanya sangat amat sakit. Seperti nyawa akan pergi dari tubuhnya. Karena tidak kuat melihat Tiara, Arbian membawanya keluar.

            Apa yang harus dilakukannya? Amelia ingin masuk dan melakukan sesuatu. Seperti menggenggam tangan anaknya, memanggil namanya agar Tiara tahu bahwa ibunya ada di dekatnya, Amelia tidak ingin meninggalkan Tiara dengan orang-orang asing. Tiara pasti ketakutan.

            Ketika jam menunjukkan pukul sembilan malam, dokter keluar dari ruang ICU dan menghampiri mereka. Amelia bangkit diikuti Arbian.

            “Bagaimana anak saya, Dokter?” Amelia menatap wanita berumur empat puluh tahunan itu penuh harap.

            Dokter tersebut tersenyum. “Tiara terkena demam berdarah. Tapi tidak terlalu parah. Dalam seminggu Tiara akan segera sembuh”

            Bibir Amelia bergetar. Demam berdarah? Ia bersandar pada dinding. Amelia merasa sekujur tubuhnya sangat lelah. Uratnya seperti putus perlahan-lahan, satu persatu, dan sangat menyakitkan.

            “Apa Tiara harus dirawat di rumah sakit, Dok?” tanya Arbian, setelah Amelia tidak merespon.

            Wanita itu mengangguk. “Mungkin sekitar dua hari,” sahutnya.

            Arbian mengangguk. “Makasih, Dok. Apa kami boleh masuk sekarang?”

            “Oh, itu. Tiara akan dipindahkan ke ruang rawat inap. Silahkan mengecek ruangannya pada suster yang bertugas.” Setelah itu dokter tadi pergi dari sana.

            Arbian mengembuskan napas panjang. Ia memandang Amelia yang masih sesegukan menatap ke dalam ruang ICU lewat kaca di pintu. Gadis itu menangis lagi melihat Tiara dengan jarum infus di kepalanya. Amelia menggeleng-geleng kepala, mengingat suara tangis Tiara yang sampai terdengar ke luar.

Arbian mendekati Amelia dan menyentuh lengan Amelia pelan. Gadis itu menoleh. Masih sama seperti sebelumnya, tatapan terluka dan hancur.

            “Ayo,” ajaknya lembut.

***

            Sudah pukul satu malam, tetapi Amelia belum tidur juga. Ia masih terus memandangi Tiara sambil mengusap-usap punggung tangan gadis itu. Ia tidak boleh tidur. Amelia ingin ia yang pertama Tiara lihat saat gadis itu membuka mata. Barang sebentar saja Amelia tidak pernah beranjak dari kursinya.

            Arbian yang melihat itu menjadi tidak tega untuk tidur lebih dulu meskipun ia sudah sangat mengantuk. Akhirnya ia mengambil kursi dan duduk di depan Amelia.

            “Amel?” panggilnya.

            Amelia tidak merespon sedikit pun.

            “Kamu tidur, ya. Biar aku yang jagain Tiara,” kata Arbian tulus.

            Amelia mengerjap. Ia menoleh dan menatap Arbian bingung.

            Laki-laki itu tersenyum. “Kamu harus istirahat. Jaga kesehatan kamu. Kalau kamu sakit juga gimana kamu akan menjaga Tiara,” kata Arbian lagi.

            Amelia mengangguk lemah, membenarkan ucapan Arbian. Jika ia sakit pula, bagaimana dengan Tiara. Kemudian ia merebahkan kepala di samping Tiara tidur.

            Melihat itu Arbian tidak berkomentar lagi. Ia memperhatikan wajah Amelia. Sebenarnya gadis itu mengantuk, bahkan matanya memerah, tetapi masih memaksakan diri untuk menunggui Tiara.

Arbian menyandarkan punggung ke nakas di samping ranjang. Menatap Amelia yang sudah terlelap, lalu beralih memandang Tiara. Tangannya terulur untuk mengusap kepala bayi itu. Telunjuknya menyentuh pipi Tiara dengan sangat lembut, sampai ia takut akan melukai gadis itu.

Tiba-tiba bibir Arbian tersenyum.

***

Amelia terkejut ketika membuka mata. Arbian tertidur dalam posisi duduk di depannya. Kepala laki-laki itu menunduk ke bawah. Amelia mengerjap, lalu memundurkan tubuhnya ke belakang sedikit. Belum sempat ia berpikir untuk beranjak dari sana, Arbian sudah membuka mata.

Laki-laki itu sama terkejutnya dengan Amelia. Ia berdeham, lalu bangkit dan menjauh dari ranjang beberapa langkah. “Maaf, aku ketiduran,” gumamnya gugup.

Amelia menunduk. Ia melihat Tiara sebentar, lalu menghela napas. Tanpa menjawab Arbian, ia bangkit menuju kamar mandi dan mencuci muka. Amelia menatap bayangan dirinya di kaca. Wajahnya tampak kusam, lelah, dan kacau. Cepat-cepat ia mencuci muka dan keluar dari kamar mandi. Pagi ini ia harus menemui suster meminta untuk mengecek kondisi Tiara.

Baru saja ia membuka pintu, terdengar suara malaikat kecilnya sedang tertawa. Amelia tersenyum haru. Suara itu memenuhi seluruh sudut hatinya. Ia merasa terisi kembali. Ketika ia berjalan ke ranjang, tiba-tiba langkahnya terhenti melihat Tiara tersenyum lebar menatap Arbian.

“Amelia lagi di kamar mandi. Tiara tunggu, ya,” ucap Arbian lembut.

Kata-kata Arbian terdengar jenaka di telinga Amelia. Rasanya ingin ia mengatakan, “bukan begitu caranya bicara pada bayi”. Namun, ia tetap diam sambil memperhatikan Arbian dan Tiara bercakap-cakap.

“Hmm,” Arbian menggumam, “Namaku, Arbian Fahrez. Dulu aku pacar Mama Tiara,” bisiknya.

Mendengar itu Amelia terkesiap. Detak jantungnya mulai berdetak tidak teratur lagi. Sangat cepat, sampai-sampai ia takut Arbian dan Tiara mendengarnya hingga membuat mereka menoleh ke arahnya.

“Ma ... ma ... ma ....” Tiara mengucapkan kata mama terbata-bata.

“Iya, Mama Tiara itu loh,” sahut Arbian menganggukkan kepala antusias.

Tiara memiringkan kepala melihat Arbian menganggukkan kepala, beberapa detik kemudian ia mengangguk pula menirukan Arbian.

Arbian tertawa kecil. Ia mengangguk lagi. Jadilah kedua orang itu saling mengangguk-anggukkan kepala mereka. Saat Arbian berhenti menganggukkan kepala dan menatap Tiara, gadis itu tertawa. Lalu Arbian melakukannya lagi, dan Tiara tertawa lagi. Ruangan itu penuh dengan gelak tawa Arbian dan Tiara.

Amelia mengulum senyum. Melihat Tiara sudah kembali ceria seperti sediakala, membuat ia mengucap syukur berkali-kali di dalam hati. Lalu ketika ia mengingat Arbian yang menghibur Tiara dengan kata-kata aneh sekaligus membuatnya senang, mau tidak mau Amelia tersenyum juga. Ia mengembuskan napas pelan.

Ketika Amelia mengangkat kepala, wajah Arbian menyambutnya. Laki-laki itu mengerjap lalu berdeham. “Oh, kamu udah balik,” gumamnya datar, lalu berdiri dan mundur selangkah, “Tiara udah bangun. Kayaknya dia udah baik-baik aja. Hmm, aku akan panggil suster dulu.”

            Ia hendak melangkah ke luar kamar ketika Amelia berkata pelan.

“Cuci muka dulu.”

Arbian mengangguk lalu berderap menuju kamar mandi.

Walaupun kepala Amelia menunduk, tetapi Arbian bisa melihat Amelia tersenyum. Itu membuat Arbian tersalurkan hal yang sama.

“Ma ... ma ...,” panggil Tiara ceria ketika melihat mamanya datang.

Amelia tersenyum lebar. Ia duduk di kursi dan mengulurkan tangan yang langsung ditangkap oleh kedua tangan kecil Tiara. Gadis itu mengusap-usapkan wajahnya ke tangan Amelia. “Ma ... ma ....” Begitu terus sampai akhirnya Amelia bangkit dan tidur di samping Amelia.

Ia mengusap kepala Tiara. “Yang tadi namanya Om Arbian, ya,” ucapnya sambil tersenyum senang.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Army of Angels: The Dark Side
758      387     0     
Fantasy
Genre : Adventure, Romance, Fantasy, War, kingdom, action, magic. ~Sinopsis ~ Takdir. Sebuah kata yang menyiratkan sesuatu yang sudah ditentukan. Namun, apa yang sebenarnya kata ''Takdir'' itu inginkan denganku? Karir militer yang telah susah payah ku rajut sepotong demi sepotong hancur karena sebuah takdir bernama "kematian" Dikehidupan keduaku pun takdir kembali mempermai...
Cinta Si Kembar
408      226     0     
Romance
Lala dan Lulu adalah saudara kembar yang memiliki kepribadian dan pekerjaan yang berbeda,tetapi mereka mempunyai permasalahan yang sama yaitu mereka berdua dijodohkan oleh orang tua mereka.Akankah mereka akan menyetujui perjodohan tersebut dan akankah mereka akan menyukai calon tunangan mereka.
Surat Kaleng Thalea
99      59     0     
Romance
Manusia tidak dapat menuai Cinta sampai Dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. -Kahlil Gibran-
The One
9      9     0     
Romance
Kata Dani, Kiandra Ariani itu alergi lihat orang pacaran. Kata Theo, gadis kurus berkulit putih itu alergi cinta. Namun, faktanya, Kiandra hanya orang waras. Orang waras, ialah mereka yang menganggap cinta sebagai alergen yang sudah semestinya dijauhi. Itu prinsip hidup Kiandra Ariani.
Hunch
964      424     0     
Romance
🍑Sedang Revisi Total....🍑 Sierra Li Xing Fu Gadis muda berusia 18 tahun yang sedang melanjutkan studinya di Peking University. Ia sudah lama bercita-cita menjadi penulis, dan mimpinya itu barulah terwujud pada masa ini. Kesuksesannya dalam penulisan novel Colorful Day itu mengantarkannya pada banyak hal-hal baru. Dylan Zhang Xiao Seorang aktor muda berusia 20 tahun yang sudah hampi...
Samantha
9      9     0     
Short Story
Sesosok perempuan bernama Samantha yang terlalu percaya atas apa yang telah dia lihat di parkiran sekolah, membuatnya mengambil keputusaan untuk menjauhi sosok laki-laki yang dia cintai.
Varian Lara Gretha
120      86     0     
Romance
Gretha harus mempertahankan persahabatannya dengan Noel. Gretha harus berusaha tidak mengacuUhkan ayahnya yang berselingkuh di belakang ibunya. Gretha harus membantu ibunya di bakery untuk menambah biaya hidup. Semua harus dilakukan oleh Gretha, cewek SMA yang jarang sekali berekspresi, tidak memiliki banyak teman, dan selalu mengubah moodnya tanpa disangka-sangka. Yang memberinya semangat setiap...
ONE SIDED LOVE
24      20     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
SAMIRA
8      8     0     
Short Story
Pernikahan Samira tidak berjalan harmonis. Dia selalu disiksa dan disakiti oleh suaminya. Namun, dia berusaha sabar menjalaninya. Setiap hari, dia bertemu dengan Fahri. Saat dia sakit dan berada di klinik, Fahri yang selalu menemaninya. Bahkan, Fahri juga yang membawanya pergi dari suaminya. Samira dan Fahri menikah dua bulan kemudian dan tinggal bersama. Namun, kebahagiaan yang mereka rasakan...
Heya! That Stalker Boy
10      10     0     
Short Story
Levinka Maharani seorang balerina penggemar musik metallica yang juga seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta menghadapi masalah besar saat seorang stalker gila datang dan mengacaukan hidupnya. Apakah Levinka bisa lepas dari jeratan Stalkernya itu? Dan apakah menjadi penguntit adalah cara yang benar untuk mencintai seseorang? Simak kisahnya di Heya! That Stalker Boy