Read More >>"> Youth (2. Surat Terakhir Aira) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Youth
MENU
About Us  

Di sinilah aku sekarang, meja nomor lima sebelah jendela, sudut kanan kafe tempat biasa kita bertemu. Aku menuliskan ini karena rindu padamu. Apa kabar di sana? Bagaimana kuliahmu? Cuaca ibu kota tidak jauh lebih baik dari kota kita. Walau begitu aku selalu mengharapkan yang terbaik untukmu, Daffa.

Sejak tadi aku hanya melamun dan menulis sambil melihat ke luar jendela. Jendelanya basah, berembun, banyak titik air. Hujan sore ini baru berhenti dua menit lalu. Aku ditemani aroma roti dan kopi dari kafe ini, juga pelayan kafe yang sibuk berlalu-lalang melayani pembeli. Pengunjung kafe ini juga tidak kalah ramai, mereka datang bersama teman, kerabat, atau keluarganya. Hanya aku yang sendiri. Mereka-reka seakan ada kau yang menemani di sini.

Baru sebulan lalu kita masih bisa duduk berdua di meja ini. Mendengar ceritamu, tertawa, melihat hiruk-pikuknya kota dari jendela kafe. Aku mulai merindukanmu, Daffa. Benar ya apa kata orang, bahwa apa yang kita miliki baru terasa berharga setelah hilang. Aku merindukan matamu yang teduh, tawamu yang lepas, dan jam tangan hitam yang selalu melingkar di lenganmu.

“Satu hot chocolate?” tanya salah satu pelayan kafe menghampiriku, menghentikan tanganku yang sedang menulis. Aku tersenyum dan mengangguk, pelayan itu sudah sangat tahu minuman favorit kita di kafe ini. Pelayan itu pun balas tersenyum lalu pergi ke arah dapur untuk memberitahu pesananku.

“Kenapa kamu suka cokelat panas, Aira?” tanyamu suatu waktu saat kita baru saja sampai di kafe ini dengan basah kuyup. Waktu itu kita kehujanan, berlari dari halte bus menuju ke kafe ini untuk berteduh. Aku masih ingat saat jaketmu melindungi kepala kita dari tetesan hujan, sambil tertawa berlari menghindari kubangan air di sana-sini.

Jawabanku pun akan selalu sama, karena itu minuman pertama yang kita pesan bersama.

Berlebihan memang. Rasanya aku baru menyadari bahwa aku amat mencintaimu, Daffa. Tunggu. Apa aku baru saja mengaku padamu?

Jatuh cinta memang hal yang gila, berlebihan, dan menyebalkan.

Kau tahu, Daf. Saat dirimu mau berteman denganku, dekat denganku, dan menghabiskan waktu bersamaku. Aku pikir itu semua hanya akan menjadi khayalanku saja. Mempunyai tempat favorit denganmu juga merupakan hal yang mustahil yang sempat kupikirkan.

Aku selalu menikmati acara kita di kafe ini, selalu di meja nomor ini, dan di sudut ruangan ini. Keramaian bukan sesuatu hal yang kita sadari, karena kita terlalu tenggelam dalam dunia kita sendiri. Tidak peduli pada siapa pun selama ada dirimu yang menceritakan seluruh kejadian hidupmu tiap harinya dan ada aku yang selalu senang mendengar ceritamu itu.

Tunggu. Apa aku terlalu banyak menyebut kata “kita”? Jangan sampai aku ditertawakan olehmu karena menulis hal sebodoh ini. Aku berani bertaruh kau sudah tersenyum sejak awal membaca tulisan ini.

Aku jadi teringat senyummu. Waktu itu di kafe ini juga, pukul tiga sore, kau—untuk pertama kalinya—mengajakku berbicara di tempat umum.

“Kenapa kamu terus bersembunyi, Aira?” tanyamu yang tidak bermaksud menyinggungku, bertanya dengan hangat.

Aku hendak mengambil bolpoin, tapi tanganmu mencegahnya. Matamu mengisyaratkan bahwa aku harus menjawabnya secara langsung. Masih dengan tatapan mata, aku menjawab, bagaimana mungkin? Ini tempat umum.

“Yakinlah pada dirimu sendiri, jangan takut,” balasmu dengan santai.

Baiklah, aku akan mencobanya.

“Aku ... dianggap berbeda ... tidak memenuhi ekspektasi mereka.”

Akhirnya aku menjawabnya.

Lihat, seperti yang kuduga, orang-orang di kafe ini mulai memperhatikan kita. Tidak, tepatnya memperhatikan aku dengan tatapan aneh dan rasa ingin tahu. Namun, beberapa detik kemudian, pandangan orang-orang itu tidak menyakitkan seperti yang kupikirkan, mereka kembali sibuk dengan urusan masing-masing, seakan-akan sudah melupakan bahwa di detik sebelumnya mereka melihat gadis yang memiliki ayah berpenyakit dan menjawab terbata-bata.

“Lihat, semuanya baik-baik saja, kan? Pikiran negatifmu itu hanya dalam pikiranmu saja, Aira,” ucapmu dengan tersenyum. “Tapi kalau kamu merasa nyaman hanya diam saat bersamaku di tempat umum, tidak masalah.”

Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Kemudian dirimu segera mengambil bolpoin dan buku catatanku, kamu menulis di sana. Beberapa menit kemudian, aku melihat tulisan itu:

Seseorang pernah bilang, jika suasana diam di antara dua orang bisa membuat nyaman, mereka telah menemukan cinta. Aku nyaman berada di dekatmu, Aira. Kamu boleh diam ataupun berbicara kapan pun kamu mau. Aku bisa mengertimu. Seperti dalam kutipan yang pernah aku baca, bahwa dalam diammu aku mendengar banyak suara, diammu berkata-kata.

Sejak saat itu aku mulai percaya pada diriku sendiri dan percaya bahwa ada seseorang yang tulus menerimaku apa adanya. Benar, aku sangat bersyukur ada seseorang sepertimu menerima gadis yang dunianya sebagian runtuh, sepertiku.

“Maaf atas keterlambatan pesanannya. Ini semua karena kesalahan dari pihak kafe. Atas permintaan maaf kami, ada satu gelas hot chocolate gratis sebagai gantinya. Kami benar-benar minta maaf. Silakan nikmati pesanan Anda. Selamat sore.” Kehadiran pelayan kafe itu menghentikan tulisanku dan membuyarkan lamunanku.

Lihat, Daf. Ada satu gelas lagi, kamu mau meminumnya?

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

1 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • erlinahandayanii26

    Mantap cantikaaa, teruskan ya semoga jalan menjadi penulis lancar sukses dan dapat memberikan inspirasi lewat tulisanmu seperti yang udah kamu lakukan padaku.

    Comment on chapter 1. Gerbang Masa Lalu
  • dede_pratiwi

    sama seperti judulnya, kisahnya pun fresh dan youth sekali sekitaran masa-masa remaja yang penuh pergolakan dan percintaan. keep writing...udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter 1. Gerbang Masa Lalu
Similar Tags
Communicare
0      0     0     
Romance
Menceritakan 7 gadis yang sudah bersahabat hampir lebih dari 10 tahun, dan sekarang mereka dipersatukan kembali di kampus yang sama setelah 6 tahun mereka bersekolah ditempat yang berbeda-beda. Karena kebetulan mereka akan kuliah di kampus yang sama, maka mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Seperti yang pernah mereka inginkan dulu saat masih duduk di sekolah dasar. Permasalahan-permasalah...
Sweetest Thing
97      55     0     
Romance
Adinda Anandari Hanindito "Dinda, kamu seperti es krim. Manis tapi dingin" R-
Daniel Whicker
172      122     0     
Mystery
Sang patriot ikhlas demi tuhan dan negaranya yang di khianati oleh negara dan dunia.. Dan Ayahnya pun menjadi korban kesadisan mereka...
If Is Not You
264      159     0     
Fan Fiction
Kalau saja bukan kamu, mungkin aku bisa jatuh cinta dengan leluasa. *** "Apa mencintaiku sesulit itu, hmm?" tanyanya lagi, semakin pedih, kian memilukan hati. "Aku sudah mencintaimu," bisiknya ragu, "Tapi aku tidak bisa melakukan apapun." Ia menarik nafas panjang, "Kau tidak pernah tahu penderitaan ketika aku tak bisa melangkah maju, sementara perasaank...
Alfabet(a) Cinta
344      235     0     
Romance
Alfa,Beta,Cinta? Tapi sayangnya kita hanya sebatas sahabat. Kau yang selalu dikelilingi wanita Dan kau yang selalu mengganti pacarmu setiap bulannya
Kamu VS Kamu
67      45     0     
Romance
Asmara Bening Aruna menyukai cowok bernama Rio Pradipta, si peringkat pertama paralel di angkatannya yang tampangnya juga sesempurna peringkatnya. Sahabatnya, Vivian Safira yang memiliki peringkat tepat di bawah Rio menyukai Aditya Mahardika, cowok tengil yang satu klub bulu tangkis dengan Asmara. Asmara sepakat dengan Vivian untuk mendekatkannya dengan Aditya, sementara ia meminta Vivian untu...
He Used to be a Crown Prince
78      53     0     
Romance
Pacar Sera bernama Han Soo, bintang instagram terkenal berdarah campuran Indonesia-Korea. Han Soo hidupnya sederhana. Setidaknya itulah yang Sera kira hingga Xuan muncul di kehidupan mereka. Xuan membenci Han Soo karena posisinya sebagai penerus tunggal kerajaan konglomerat tergeser berkat ditemukannya Han Soo.
ARTURA
9      9     0     
Romance
Artura, teka-teki terhebat yang mampu membuatku berfikir tentangnya setiap saat.
I'm Possible
220      161     0     
Romance
Aku mencintaimu seiring berjalannya waktu, perasaanku berubah tanpa ku sadari hingga sudah sedalam ini. Aku merindukanmu seiring berjalannya waktu, mengingat setiap tatapan dan kehangatanmu yang selalu menjadi matahariku. Hingga aku lupa siapa diriku. -Kinan Katakan saja aku adalah separuh hidupmu. Dengan begitu kamu tidak akan pernah kehilangan harapan dan mempercayai cinta akan hadir tepat ...
déessertarian
115      72     0     
Romance
Tidak semua kue itu rasanya manis. Ada beberapa yang memiliki rasa masam. Sama seperti kehidupan remaja. Tidak selamanya menjadi masa paling indah seperti yang disenandungkan banyak orang. Di mana masalah terbesar hanya berkisar antara ujian matematika atau jerawat besar yang muncul di dahi. Sama seperti kebanyakan orang dewasa, remaja juga mengalami dilema. Ada galau di antara air mata. Di sa...