Read More >>"> Koma (Metamorfosis Lara) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Koma
MENU
About Us  

Mobil Sesil berhenti di depan pagar rumah Lara. Mereka melihat ada mobil lain terparkir di pekarangan rumah. Mobil Vanda.

Lara turun dari mobil, membawa turun pula tas belanjaan. "Ayo, mampir?"

"Lain kali saja, Ra." Sesil menolak sambil melirik mobil Vanda. 

"Nanti aku jelasin padanya." Lara memahami arti lirikan itu. "Lagipula aku bingung harus menjelaskan apa pada Ibuku tentang ini semua." Memperlihatkan tas belanja.

"Um," Sesil berpikir sejenak, lalu membuka pintu mobil dan keluar. "Ayo!"

Lara melangkah mendahului kelompok Sesil. Kepulangannya disambut tatapan cemas bercampur heran Maira dan Vanda.

"Lara?" Maira memandangi putrinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ada perubahan yang mencolok pada diri putrinya. Rambutnya tidak lagi keriting, melainkan lurus dan tergerai ringan dengan guntingan simetris pada poni yang tertata rapi. Rambutnya pun sudah berganti warna menjadi kecoklatan. Bibirnya dipolesi lipgloss warna pink lembut yang tak pernah dilakukannya.

Metamorfosis Lara membuat Maira pangling.

"Rambut kamu... Bunda lebih suka warna aslinya."    

"Maaf, aku pulang telat, Bun. Dan warna ini tidak permanen. Besok juga akan hilang." Lara merasa bersalah tidak memberitahukan tentang keterlambatan dan pewarnaan rambutnya. Lalu dia beralih pada Vanda. "Sudah lama menunggu, Van?"

"Lumayan." Vanda memandangi Lara dan Sesil bergantian dengan tatapan heran.

"Oh, ya, ini Sesil, Bun. Rena dan Keke. Mereka teman sekelas aku dan Vanda." Lara memberitahukan.

"Sore, Tante," sapa Sesil mengumbar senyum yang dibuat-buat. Rena dan Keke mengangguk hormat.

"Hm." Pandangan Maira berpindah pada tas belanja yang dijinjing putrinya. "Bisa kamu jelaskan?"

"Oh, ini... " Lara menoleh pada Sesil.

"Begini, Tan," sambut Sesil. "Semua itu Saya yang beli sebagai ungkapan terima kasih Saya pada Lara yang sudah membantu Saya memahami pelajaran Matematika. Bukankah ilmu itu mahal? Benar'kan, Ra?"

"Eh, benar." Lara menjawab gugup.

"Oh, syukurlah." Maira berucap lega.

"Ibu pikir apa?" selidik Lara.

"Bukan apa-apa," jawab Maira. "Um, Ibu tinggal kalian dulu."

Sesil menyikut lengan Lara.

"Bun," panggil Lara sebelum Maira beranjak. "Sesil cuma sebentar saja. Dia mau pamit pulang."

"Oh."

"Maaf, Tan. Saya permisi dulu." Sesil menyalami Maira.

"Kami juga permisi, Tan." Rena dan Keke menyusul.

"Jangan bosan main ke rumah, ya?" ujar Maira berbasa-basi.

Sesil mengangguk, lalu putar badan keluar dari rumah bersama Rena dan Keke. Maira pergi meninggalkan Vanda dan Lara di ruang tamu.

"Ungkapan terima kasih, huh?" sindir Vanda seraya memandangi sekilas tas belanja Lara.

"Ke kamar, yuk," ajak Lara.

Vanda mengekori Lara masuk ke kamar. "Apa kamu tidak curiga?" Duduk di sudut ranjang.

"Curiga?"

"Iya. Selama ini sikap Sesil selalu buruk padamu."

"Sifat manusia selalu berubah-ubah sama seperti alam."

"Benar, tapi ini Sesil. Ini pasti trik darinya."

"Dia sudah minta maaf."

"Tidak tulus."

Lara mengerang, putar badan menghadap Vanda, menatapnya lama-lama.

"Apa?" Vanda balas menatap, tepatnya menantang.

"Aku lebih mengenal Sesil daripada kamu."

"Bahkan kamu tidak tahu jika dia mengancammu."

"Apa maksudmu?"

"Baca saja sendiri pesan yang dia kirim di hape kamu."

Lara meraih tasnya, mengeluarkan ponsel dan membuka pesan masuk.  "Tidak ada."

"Periksa lagi."

Lara men-scroll pesan ke bawah. "Tidak ada."

"Mana kutahu. Mungkin kau sudah menghapusnya."

"Ah, sudahlah," kata Lara. "Aku ada titipan untukmu."

"Dari Sesil? Tidak sudi aku menerimanya."

"Bukan."

"So?"

Lara mengeluarkan amplop putih dari tasnya, lalu memberikannya pada Vanda. "Aku tidak sempat memberikannya padamu di sekolah. Pak Hendro benar-benar menyibukkanku hari ini."

"Apa ini?"

"Lihat saja sendiri."

Vanda membuka amplop dengan dahi mengkerut. "Foto Sello?"

"Dan sehelai rambutnya."

"Untuk apa?"

"Dia memintamu untuk menaruhnya di bawah bantal sebelum kamu tidur."

"Aku tidak mengerti."

"Aku juga tidak. Tapi kamu diminta tidur pada pukul sepuluh."

"Eh, siapa dia mengatur jadwal tidurku?"

Lara mengangkat bahunya. "Mungkin dengan begitu komunikasi kalian tidak putus karena akan selalu terhubung lewat mimpi."

"Apa?" Tawa Vanda pecah. "Jaman sudah canggih begini masih percaya hal seperti itu." Mengembalikan amplop pada Lara. "Kamu saja yang melakukannya. Bukankah kamu menyukai Sello?"

Wajah Lara bersemu merah.

"Benar'kan?" goda Vanda.

"Apa, sih?"

"Akui sajalah."

"Dengar," kata Lara. "Dia menggilaimu, menyukai, bahkan rela melakukan apa saja asal bisa selalu dekat denganmu, termasuk melakukan hal bodoh seperti ini." Mengangkat amplop.

"Oh, ya?" Vanda tersenyum. "Lalu foto-foto di hapemu itu apa? Fokus kamera lebih diarahkan kepada Sello."

"Itu kebetulan saja."

"Kebetulan hati yang mendorongnya?" Vanda menyindir.

"Bukankah kedatanganmu untuk belajar Matematika?" Lara mengalihkan pembicaraan.

"Ups, lupa."

Lara mengganti bajunya dengan pakaian rumahan, kaos longgar dan celana pendek kusam. Vanda memperhatikannya tanpa berkedip.

"Kamu sudah ada kemajuan sekarang," ujar Vanda ketika mereka memulai pelajaran.

"Tentu saja. Aku melatihnya dengan menjawab soal-soal yang rumit."

"Bukan itu."

"Jadi?"

"Kamu tidak sekaku sebelum aku mengenalmu."

"Oh."

Vanda menarik wajah Lara, berhadapan dengannya. "Kau tahu," desahnya. "Sejak pertama bertemu, aku sudah punya feeling padamu." Dia mendekatkan mukanya perlahan-lahan dengan sorot mata sendu dan desah nafas memburu.

Mata Lara melebar antara takut dan gugup. "Apa yang kamu lakukan?" Melarikan wajahnya cepat-cepat.

Vanda tersadar dari gairah yang menggelincirkan. "Oh, maaf."

"Kau..." Lara tidak meneruskan ucapannya. "Ya, Tuhan! Aku tidak percaya ini. Kau... sebaiknya kau pergi dari sini."

"Lara, aku... "

"Ucapanku tadi cukup jelas!"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • dede_pratiwi

    nice story, kusuka bahasa yg dipakai ringan. keep writing...udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Casanova
  • yurriansan

    Mainstream si, tp jokes nya bikin ngakak...????

    Comment on chapter Casanova
Similar Tags
When the Winter Comes
2666      660     0     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Secret Love Story (Complete)
311      190     0     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Akai Ito (Complete)
116      93     0     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
The One
9      9     0     
Romance
Kata Dani, Kiandra Ariani itu alergi lihat orang pacaran. Kata Theo, gadis kurus berkulit putih itu alergi cinta. Namun, faktanya, Kiandra hanya orang waras. Orang waras, ialah mereka yang menganggap cinta sebagai alergen yang sudah semestinya dijauhi. Itu prinsip hidup Kiandra Ariani.
Nothing Like Us
1045      360     0     
Romance
Siapa yang akan mengira jika ada seorang gadis polos dengan lantangnya menyatakan perasaan cinta kepada sang Guru? Hal yang wajar, mungkin. Namun, bagi lelaki yang berstatus sebagai pengajar itu, semuanya sangat tidak wajar. Alih-alih mempertahankan perasaan terhadap guru tersebut, ada seseorang yang berniat merebut hatinya. Sampai pada akhirnya, terdapat dua orang sedang merencanakan s...
Let it go on
939      684     1     
Short Story
Everything has changed. Relakan saja semuanya~
Shinta
181      114     0     
Fantasy
Shinta pergi kota untuk hidup bersama manusia lainnya. ia mencoba mengenyam bangku sekolah, berbicara dengan manusia lain. sampai ikut merasakan perasaan orang lain.
BLACK HEARTED PRINCE AND HIS CYBORGS
312      164     0     
Romance
Ingin bersama siapa kau hidup hingga di hari tuamu? Sepasang suami istri yang saling mencintai namun dalam artian yang lain, saat akan reuni SMA pertama kali memutuskan saling mendukung untuk mendapatkan orang yang masing-masing mereka cintai. Cerita cinta menyakitkan di SMA yang belum selesai ingin dilanjutkan walaupun tak ada satupun yang tau akan berakhir seperti apa. Akankah kembali menya...
Who Is My Husband?
310      177     0     
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?! Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku. Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??
I'M
273      183     0     
Romance
"Namanya aja anak semata wayang, pasti gampanglah dapat sesuatu." "Enak banget ya jadi anak satu-satunya, nggak perlu mikirin apa-apa. Tinggal terima beres." "Emang lo bisa? Kan lo biasa manja." "Siapa bilang jadi anak semata wayang selamanya manja?! Nggak, bakal gue buktiin kalau anak semata wayang itu nggak manja!" Adhisti berkeyakinan kuat untuk m...