Read More >>"> The Friends of Romeo and Juliet (12. Rey) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Friends of Romeo and Juliet
MENU
About Us  

“Huhuhuhu….Rey….giamna nih, ulangan tadi ancur banget aku…” Friska merengek. Yuki yang mendatangi bangkuku bersamanya memutar mata, mencibir.

“Halah, kamu bilang begitu padahal nilainya di atas 70.”

Friska merengut, “Itu jelek.”

Aku menggeleng, “70 dibilang jelek?”

“Yuki selalu di atas 90!”

“Itu karena aku belajar. Makanya disiapin, udah tau ada ulangan.”

Friska menggumamkan sesuatu tentang ‘diganggu adik’. Yuki melihat jam dinding, lalu menggamit tanganku, “Yuk, kayaknya kita mesti pergi sekarang.”

“Eh? Mau kemana? Nggak makan?” Frsika menanyai kami.

“Nope. Sorry, sis. Tugas memanggil.”

 “Hu…Ibu Bendahara, mentang-mentang pada jadi OSIS, super sibuk nih….”

Aku meringis meminta maaf, “Maaf ya, Ka. Ntar kami nyusul kalo selesainya cepet.”

“Iya deh, aku sama Dea dkk, di kantin ya!” dia menyeru karena kami sudah melesat ke luar kelas.

Di depan ruang OSIS, aku melihat dua sosok sedang berbicara dengan tampang agak serius. Kak Junna dan….Kak Dilar. Pipiku memerah dan mataku berbinar, untung Yuki berjalan agak ke depan. Dia sendiri merengut dan memasang ekspresi tidak percaya melihat satu sosok lagi yang muncul menghampiri keduanya. Kak Hamka.

Dia sepertinya juga melihat kami. Aku tersenyum, sedikit menunduk untuk menghormati senior. Yuki masih memasang tampang yang nggak enak dilihat. Dan Hamka membalasnya dengan ekspresi yang sama. Barulah Kak Junna dan Kak Dilar menoleh melihat kami.

“Oh, udah dateng,” Kak Junna tersenyum.

“Kak Junna,” Yuki hanya menyapa senior kami yang satu itu. Kak Hamka mencibir.

“Lelet.”

“Kami habis ualangan Biologi,” Yuki membela diri.

“Aku habis Quiz Fisika.”

Kak Hamka memberi alasan seperti anak kecil, membandingkan kesulitan kami dengan kesulitannya untuk datang ke sini setelah melalui perjuangan panjang yang disebut ujian tertulis.

“Heh, bocah-bocah. Bubar aja kalau mau berantem.” Kak Dilar menengahi dengan peringatan. Keduanya diam, tapi masih saling melemparkan pandangan sinis. Kak Junna menghela napas.

“Sekarang atau tidak sama sekali.”

Ultimatum Kak Junna akhirnya membuat mereka mengalihkan pandangan dari satu sama lain. Diam-diam, kak Dilar memandangku sambil menghela napas. Seakan pasrah dengan penderitaan kami yang sama: sahabat yang keras kepala dan kekanakan. Aku tersenyum dengan ekspresi yang sama.

Ruang Ekskul pertama yang kami kunjungi adalah ekskul tari tradisional. Begitu masuk, kami mengerutkan kening.

“Mereka latihan menari dimana?” Yuki yang menyuarakan pendapat pertama.

“Dulu mereka di aula.” Kak Junna menjawab, “Angkatan kami yang menegaskan, kalau aula milik bersama. Mereka punya hak untuk memakainya. Tapi ekskul dance, cheer, dan kadang teater, perlu banyak ruang. Apalagi anggota mereka makin banyak sementara anggota tari tradisional makin sedikit.”

Kak Hamka dan Kak Dilar saling memandang, mereka kemudian memandangku, “Divisimu membahas soal pembagian ruang ekskul kan? Rencana Yosi apa soal yang ini?” Kak Hamka menatapku penuh selidik.

Aku menggeleng, “Sebenernya….ada rencananya mau memberi mereka lebih banyak ruang tapi….” Aku agak takut mengatakan ini, “Kak Yosi kadang mengeluh banyak temannya yang…’meminta’ masing-masing jam ekskul mereka yang memakai aula diperbanyak. Jadi…”

“Solusinya?”

“Kak Yosi dan Kak Intan bilang udah ada, tapi anggota lain belum tahu apa. Kayaknya mereka masih ragu.”

Kak Hamka memutar mata, aku mengkeret, tapi lalu dia berkata, “Ketua Divisinya kayak gitu, anggotanya malah nggak diajak diskusi, dasar.”

Oh, dia bukan menyalahkanku karena tidak tahu. Masak Kak Hamka juga tidak suka dengan Kak Yosi? Secara tidak langsung kan Kak Yosi kan dipilih oleh Kak Hamka? Mungkin alasan ini dan itu berbeda.

Kak Dilar menatapku, “Ekskul mana aja yang minta begitu?”

“Dance, cheers, teater, sama….” Aku mengingat-ingat. Selain ekskul yang sama dengan yang kak Junna sebutkan sebelumnya, apa lagi….”oh, band, dan perkusi juga kayaknya.”

Yang lain menatapku dengan dahi berkerut.

“Banyak juga ya…” Kak Dilar berkomentar.

“Masih SMA udah pada berani KKN.” Kak Hamka memasang wajah keras. Dia sepertinya sedang memutar otak untuk membasmi praktik-praktik semacam ini.

Hanya Yuki yang diam. Sepertinya dia sadar akan kebenaran nasihatku semalam.

“Yah, ini jadi catatan pertama.” Kak Junna tersenyum, “bisa nggak-nya generasi kalian memberantas praktik semcam ini. Hanya karena alasan ‘kenal’ atau ‘teman’, mereka berpikir bakal diberi kelonggaran. Dan….dampak sosial dari solusi yang mau kalian terapkan juga harus dipikirkan.” Dengan suara yang jernih, Kak Junna menyuarakan betapa seriusnya dilemma yang kami hadapi. “Ketua kami dulu, si Bian, juteknya level killer, sampai anggotanya nggak berani nerima ‘bujukan’ temen-temennya soal jatah anggaran atau jam pemakaian ruangan.” Masing-masing dari kami meringis. Satu sekolah tahu Kak Bian tampangnya poker face, dingin, killer, punya temen sih….tapi teman-temannya pun bilang nggak akan ada hari dimana Kak Bian menyunggingkan senyum.

“Dan….yang paling penting,” suara itu berubah menjadi alarm peringatan, “dengan anggota yang terus menurun, apakah ekskul ini pantas dipertahankan, atau tidak. Kalian yang menilai.”

“Kalau…kami bantu untuk mempromosikan?” Aku takut-takut, tapi mencoba memberi ide.

“Itu bagus, tapi sayangnya, kalian hanya boleh memberi saran, selebihnya pelaksanaan tergantung pada anggota ekskul ini. Nggak baik untuk reputasi OSIS karena memfavoritkan ekskul.”

Kami berempat masing-masing mencatat pelajaran berharga ini dalam benak kami.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sejauh Matahari
12      12     0     
Fan Fiction
Kesedihannya seperti tak pernah berujung. Setelah ayahnya meninggal dunia, teman dekatnya yang tiba-tiba menjauh, dan keinginan untuk masuk universitas impiannya tak kunjung terwujud. Akankah Rima menemukan kebahagiaannya setelah melalui proses hidup yang tak mudah ini? Happy Reading! :)
LAST MEMORIES FOR YOU ARAY
343      269     5     
Short Story
Seorang cewe yang mencintai seorang cowo modus,php, dan banyak gebetannya. Sejak 2 tahun Dita menyukai Aray, tapi Aray hanya menganggapnya teman. Hingga suatu hari di hari ulang tahun Aray ia mengungkapkan perasaan yang selama ini bernama cinta, yang tak pernah ia sadari. Tapi semua sudah terlambat dihari ulang tahunnya juga hari dimana kepergian Dita untuk selama-lamanya.
SECRET IN KYOTO
333      261     6     
Short Story
Musim semi adalah musim yang berbeda dari empat musim lainnya karena selalu ada kesempatan baru bagiku. Kesempatan untuk tumbuh dan mekar kembali bersama dengan kenangan di masa lalu yang kuharap akan diulang kembali.
Menghapus Masa Lalu Untukmu
92      47     0     
Romance
Kisah kasih anak SMA dengan cinta dan persahabatan. Beberapa dari mereka mulai mencari jati diri dengan cara berbeda. Cerita ringan, namun penuh makna.
Premium
Smitten With You
5287      1508     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Unending Love (End)
424      225     0     
Fantasy
Berawal dari hutang-hutang ayahnya, Elena Taylor dipaksa bekerja sebagai wanita penghibur. Disanalah ia bertemua makhluk buas yang seharusnya ada sebagai fantasi semata. Tanpa disangka makhluk buas itu menyelematkan Elena dari tempat terkutuk. Ia hanya melepaskan Elena kemudian ia tangkap kembali agar masuk dalam kehidupan makhluk buas tersebut. Lalu bagaimana kehidupan Elena di dalam dunia tanpa...
LANGIT
700      336     0     
Romance
'Seperti Langit yang selalu menjadi tempat bertenggernya Bulan.' Tentang gadis yang selalu ceria bernama Bulan, namun menyimpan sesuatu yang hitam di dalamnya. Hidup dalam keluarga yang berantakan bukanlah perkara mudah baginya untuk tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Seperti istilah yang menyatakan bahwa orang yang sering tertawalah yang banyak menyimpan luka. Bahkan, Langit pun ...
CHANGE
10      10     0     
Short Story
Di suatu zaman di mana kuda dan panah masih menguasai dunia. Dimana peri-peri masih tak malu untuk bergaul dengan manusia. Masa kejayaan para dewa serta masa dimana kesaktian para penyihir masih terlihat sangat nyata dan diakui orang-orang. Di waktu itulah legenda tentang naga dan ksatria mencapai puncak kejayaannya. Pada masa itu terdapat suatu kerajaan makmur yang dipimpin oleh raja dan rat...
Apartemen No 22
15      15     0     
Short Story
Takdir. Tak ada yang tahu kemana takdir akan menuntun kita. Kita sebagai manusia, hanya bisa berjalan mengikuti arus takdir yang sudah ditentukan.
SURAT.
9      9     0     
Romance
Surat. Banyak rasa akan datang bersamanya. Bacalah dengan bisikan pelan. Sebutir demi sebutir perasaan akan mengalir bersama kata yang terangkai. Perlahan, keping rasa itu akan lengkap dan jatuh tepat di sebuah gubuk penampungan rasa di lubuk hati. Setelah berhasil diterjemahkan, barangkali tubuh akan kegirangan. Atau bibir akan tersenyum, mungkin tertawa. Atau mata taklagi sanggup membendung der...