Read More >>"> Who Is My Husband? (BAB V : MASALAH LAIN #3) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Who Is My Husband?
MENU
About Us  

Zaskia dan Joe sudah tiba di depan gedung GBK, tempat berlangsungnya acara musik rock kesukaan mereka. Tapi belum juga masuk ke arena, Joe merasakan sakit di bagian perutnya.

“Aduh, Zas. Gue mules. Bentaran, ya? Gue mau nyari kamar mandi dulu,” ujar Joe sambil menahan sakit perutnya.

“Yaaah!! Bentar lagi mau mulai tuh!” Zaskia mengeluh.

“Tu...tunggu gue, ya? Gue gak lama kok. Tunggu di tempat ini, jangan kemana-mana. Oke?” Joe pergi tergesa-gesa setelah menyampaikan peringatannya. Zaskia yang kesal hanya bisa mendesah pasrah.

Disaat seperti ini malah ada hambatan segala. Zaskia paling tidak suka menunggu lama, apalagi menunggu seseorang. Lama-lama Zaskia pun semakin bosan dan kesal.

“Ah! Kalau seperti ini, mendingan gue masuk aja dari tadi! Biarin deh, dia bisa nyari gue kok!! Dia juga bisa nelepon gue,” gumam Zaskia.

Zaskia masuk duluan ke arena konser. Suara sorak sorai penonton sudah semakin menggema seluruh arena. Karena udara malam di sekitar kursi penonton cukup gerah, Zaskia melepaskan jaket yang sedari tadi melekat di tubuhnya. Tapi tidak berlangsung lama. Zaskia batuk-batuk di tengah-tengah desakan penonton dan menggigil. Suhu tubuhnya kembali meningkat. Ia lupa kalau dirinya sekarang sedang demam.

Haccciih!!! Hacciihh!!

Kepala Zaskia berasa diputar, juga sakit yang luar biasa, namun singkat. Beberapa saat kemudian, ia kembali sadar dan seimbang.

“A....aku ada dimana ini??”

Ia berada di tempat keramaian, bersama penonton yang berdesakan di sekitarnya. Itu menyebabkan ia menjadi ketakutan.

“Aku harus keluar dari tempat ini.”

Dia, atau Ana perlahan berjalan di tengah desakan orang-orang yang meloncat-loncat mengikuti musik rock didepan sana. Suara bising bagaikan menusuk gendang telinga Ana. Ana berhasil keluar dari tempat itu dan berlari dari sana. Ana berhasil mencegat taksi di sana dan masuk ke dalamnya.

Disaat yang bersamaan, Joe kembali setelah pergi dari kamar mandi. Joe kebingungan mencari Zaskia yang sudah tidak ada.

“Ah! Kenapa dia malah masuk duluan?! Kalau gue telepon, dia bakalan denger gak ya?” Joe mengambil ponselnya dan memencet tombol ‘panggil’ kepada Donna.

Nada sambung masih terdengar, namun lama. Joe berubah menjadi tenang setelah Zaskia menjawab panggilan darinya.

 

000

 

Sandi tiba di depan rumah Donna. Rumah itu nampak sepi, terbukti dengan jendela yang tertutup rapat, dan suasana di dalam rumah begitu gelap. Sandi khawatir, Donna melupakan janjinya, atau bahkan berubah jadi orang lain. Sebelum putus asanya semakin tinggi, Sandi merogoh sakunya, mengambil ponsel dan memanggil kontak bernama Donna.

“Ayo angkat, Don!”

Nihil. Di teleponpun tidak diangkat sama sekali.

“Dia kemana, sih?” Sandi mulai tidak tenang. Entah kenapa perasaannya mendadak tidak enak. Terbesit dipikirannya, terjadi sesuatu kepada Donna.

“Tidak, jangan pikirkan hal-hal yang aneh!” Sandi menghalau pikiran buruknya. Namun pikiran itu terus menghantui hatinya, membuat Sandi semakin risau. Berkali-kali Sandi menghubungi nomor itu, masih tidak di angkat. Dan seterusnya seperti itu.

Sandi memutuskan untuk menghubungi Andre. Karena siapa tahu Donna sedang bersama dengan kakaknya.

 

000

 

Disisi lain, Andre dan Mieke sedang menikmati malam Minggu mereka dengan melihat pemandangan sore di sebuah taman bunga. Namun sekarang hari sudah menjadi gelap. Mereka tidak ada niat untuk pergi dair taman.

Andre sesekali melirik wajah Mieke yang tersenyum manis. Rambut gadis itu terbang pelan, terhembus angin. Jantung Andre serasa akan copot begitu mata mereka saling beradu satu sama lain. Berkali-kali Andre memantapkan perasaannya. Karena hari ini adalah waktu yang sangat tepat.

“Ada yang ingin aku katakan kepadamu,” ujar Andre, menatap serius kepada Mieke.

“Ya, Dre? Apa yang ingin kamu katakan?” tanya Mieke.

“Begini....” Andre menghembuskan nafas sejenak dan mulai dalam menatap mata Mieke.

“Sudah lama aku ingin mengatakannya. Aku sangat tidak tahan dengan desakan dari teman-teman kepadaku untuk segera mengatakan kejujuran ini. Mieke, kita sudah saling mengenal sejak lama. Dan bahkan kita pernah satu kelompok di dalam sebuah proyek. Sejak pertama kali bertemu denganmu, aku merasakan hal ini. Bahwa aku..... cinta kamu,” ujar Andre.

Mieke seketika terdiam. Ia tidak tersenyum lagi, lebih tepatnya menunjukkan wajah kebingungan.

Andre kemudian menambahkan, “A...aku sedang tidak bercanda. Aku benar-benar cinta kamu. Meskipun kita hanya terpaut beda usia setahun, dan  aku termasuk lebih muda dari kamu, aku tetap mengatakan hal yang sejujurnya,” Andre semakin gerogi dan melemparkan pandangannya ke atas langit dan menutup matanya.

Mieke nampak tertawa, entah apa arti dari tawa kecil itu. Bagaimanapun jawabannya, Andre harus tetap menerimanya, meskipun jawaban itu terdengar perih.

“Andre, kamu tiba-tiba mengajakku ke tempat ini hanya untuk menyatakan isi hatimu kepadaku, ya?” tanya Mieke.

“Se..sejujurnya, iya. Aku sudah merencanakan ini sejak lama dan hari ini adalah keputusan mantapku. Aku enggak memaksa kamu buat jawab ini sekarang. Aku....”

“Aku akan menjawabnya sekarang,” ujar Mieke mantap sambil tersenyum.

“Mieke, kamu boleh memikirkan ini matang-matang,” ujar Andre.

“Aku akan menjawabnya sekarang. Diantara kita berdua, pertemananlah yang paling nyaman buatku. Aku tidak ingin lebih dari itu. Mohon maklumi aku,” ujar Mieke.

“Ah....ya...jadi seperti itu....” Andre memaksakan senyumnya agar tidak terlihat seperti menahan rasa perih di hati. Jujur, setelah mendengar jawaban itu, hati Andre terasa seperti diremukan.

“Lupakan perasaanmu itu, Dre. Kita tidak boleh memutuskan tali persahabatan kita hanya karena perasaan suka kamu kepadaku,” ujar Mieke.

Andre terus memaksakan senyumnya, “Baiklah. Aku tidak akan membuat suasana diantara kita menjadi canggung,” ujar Andre.

Andre dan Mieke sama-sama memandang langit. Tanpa Mieke sadari, Andre meneteskan air matanya. Mieke tertawa spontan, lucu dengan suasana diantara mereka yang begitu hening semenjak pengakuan dan penolakan itu.

“Lucu sekali. Kenapa dengan suasana ini? Oh ayolah, aku tidak menyakitimu, Dre! Tegarlah, dan buatlah suasana yang seperti biasa!” tegur Mieke.

“Hey, aku juga sudah bersikap biasa kali!” Andre ikut tertawa. 

“Dre, yuk balik. Lama-lama disini bikin aku kedinginan,” ajak Mieke.

“Oh, ya udah, ayo.”

Belum berdiri sama sekali, sebuah panggilan masuk menghentikan Andre. Itu panggilan dari Sandi.

“Iya, ada apa, San?” tanya Andre.

“Dre, Donna sama lo gak?” tanya Sandi dengan suara penuh kecemasan.

“Enggak, dia enggak sama gue. Emangnya kenapa? Donna alias Juleha gue anter ke belakang kampus,” jawab Andre.

“Juleha?” tanya Sandi, kali ini suaranya kian cemas.

“Ada apa emang? Cerita yang jelas,” kata Andre.

“Perasaan gue tiba-tiba gak enak, Dre. Gue takut terjadi sesuatu sama Donna,” ujar Sandi.

Andre berpikir sejenak. Tiba-tiba Sandi berubah menjadi cemas dan memikirkan Donna. Dari yang Andre ketahui, jika tiba-tiba Sandi mendadak cemas akan sesuatu, membuktikan kalau firasat Sandi akan benar terjadi. Berarti, Donna....

“San, lo ada dimana sekarang?” tanya Andre mulai merasakan cemas.  

“Di depan gerbang rumah lo. Tadinya gue mau jemput Donna buat nonton konser Slank di Senayan,” ujar Sandi.

“Baik kalau begitu. Kalau ada kabar tentang Donna hubungi gue. Gue bantu nyari Donna,” ujar Andre dan kemudian memutuskan panggilan.

“Ada apa, Dre? Ada terjadi sesuatu pada Donna?” tanya Mieke.

Andre terlalu sibuk menghubungi teman-temannya untuk menjawab pertanyaan Mieke. Andre menelepon Erik, karena dia ingat, Donna juga akan pergi sama Erik.

“Erik, lo dimana?” tanya Andre setelah panggilannya diterima oleh Erik.

“Di tempat pameran lukisan. Emangnya kenapa?” tanya Erik.

“Berarti Donna ama lo, dong?”

“Justru itu, gue sendirian ke tempat ini. Si Donna, berubah jadi Zaskia dan pergi bareng Joe ke konser rock di GBK,” ujar Erik.

“GBK? Oke. Telepon gue kalau ada kabar dari Donna, oke?” Andre memutuskan panggilan.

“Dre, kenapa sama Donna?” Mieke ikutan cemas. Namun Andre menenangkan Mieke dengan menggenggam tangannya.

“Kamu pulang sendiri aja, ya? Ada kepentingan lain yang harus aku selesaikan. Maafin aku dan makasih buat malam ini,” ujar Andre.

“Aku bantu kamu nyari adik kamu, ya?” tawar Mieke, karena ia sendiri amat khawatir pada Donna.

“Baiklah, kalau tu mau kamu,” Andre mengiyakan.

Ponsel Andre berdering. Kali ini telepon itu dari Joe. Baru saja Andre berpikir untuk menghubungi Joe. Dalam hitungan detik, ponsel itu sudah menempel di lubang telinga Andre.

“Joe, lo dimana sekarang? Lo sama Donna sekarang?” tanya Andre.

“Gawat, Dre! Do...Donna, Dre...” Joe berbicara dengan nada yang bergetar.

“Kenapa Donna?!!” bentak Andre.

“Saat gue tiba di sini, gue kebelet. Gue ninggalin Zaskia sendirian. Waktu gue kembali, dia udah gak ada.  Saat gue hubungi dia, iya, ponselnya aktif dan kejawab. Tapi itu bukan Zaskia, Dre. Yang jawab seorang pria. Supir taksi yang tadi nganterin kita kesini. Ponsel Zaskia ketinggalan di dalam mobil. Dre, gi...gimana ini? Gak akan terjadi apa-apa sama Zaskia, ‘kan?” ujar Joe menceritakan semuanya dengan suara yang bergetar cemas.

“Apa? Yang menjawab seorang pria?!” Andre terkejut. Perasaan Andre semakin tidak tenang.

 

000

 

Ana turun dari taksi di tempat yang entah dimana. Ana bingung, karena sedari tadi ia tidak menyebutkan alamat yang jelas kepada supir taksi. Tidak, sepertinya ia tidak tahu jalan pulang dan jalan mana yang harus ia tuju. Ana menyuruh supir taksi menghentikan mobilnya.

“Tapi, apa bener disini tempat yang ingin kamu tuju? Karena sedari tadi kita hanya jalan lurus. Disini terkenal berbahaya, Neng. Banyak pria hidung belang yang berlalu lalang disini,” ujar supir taksi.

“Tapi aku tidak tahu jalan mana arah menuju ke rumahku, Pak. Aku turun disini saja, Pak. Aku bisa minta kakakku jemput kok. Maaf ya, Pak, menyusahkan Bapak,” ujar Ana.

Ana turun dari taksi dan membayar argo. Benar, jalan ini sangat sepi, gelap dan Ana bisa mendengar suara cekikikan tawa bapak-bapak di tempat sepi di arah depannya. Ana cemas dan merasakan dirinya dalam bahaya. Seharusnya ia tadi mendengar kata supir itu untuk tidak turun di lokasi ini.

Kini ia sendiri, di tempat yang gelap dan sunyi, tidak bisa melakukan apa-apa selain diam di tempatnya berdiri. Kemudian ia teringat untuk menghubungi Andre. Ana segera merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya. Naas, ponselnya tidak ada disana.

“Ponselku?! Ponseku mana?! Ya Tuhan. Dimana ponselku? Bagaimana ini?” Ana bingung karena ponselnya tidak ada. Ana tidak ingat persis dimana ponselnya terjatuh.

“Pasti terjatuh di dalam taksi tadi! Ya Tuhan, sekarang aku harus bagaimana? Aku tidak tahu jalan mana yang harus aku lalui. Ibu....kakak....” karena frustasi dan pasrah, Ana menangis sejadi-jadinya.

“Woy!! Suara siapa disana?!!”

Deg!! Ana tidak ingat dirinya berada di tempat apa, sehingga tidak sadar ia sudah berbicara keras. Kini terdengar suara langkah berat seseorag mendekat ke arahnya. Ana merasakan dirinya terancam.

 

000

 

Andre sudah memerintahkan Erik, Joe dan Sandi untuk mencari Donna di daerah sekitar Gelora Bung Karno dan menyebar ke arah lain. Sementara itu, Andre dan Mieke mencari di ke jalan-jalan. Andre khawatir Donna berubah menjadi sosok Ana yang pemalu dan kurang pemahaman sosial. Ia takut jika Donna atau Ana tersesat di suatu tempat dan berada di dalam bahaya.

“Dre, dimana kita harus mencari Donna? Aku khawatir sama dia,” tanya Mieke dengan suara kencang di dekat telinga Andre. Karena Andre fokus memajukan motornya dengan kencang dan matanya lirik kiri dan kanan secara bergantian, ia tidak menjawab pertanyaan Mieke.

 

000

 

Sandi mencari ke dalam gedung, tepat di kursi penonton. Mustahil ia arungi semua bagain kursi penonton di tempat seramai ini. Sandi terus mencari bagian belakang tubuh wanita demi wanita yang sekiranya mirip dengan Donna. Ia salah orang dan seterusnya seperti itu.

Sandi yang frustasi berteriak. Sandi memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

Disisi lain, Joe mencari Zaskia ke tempat demi tempat yang sekiranya akan Zaskia datangi, seperti tempat klub malam, restoran-restoran cepat saji dan kafe. Nihil. Tidak ada jejak Zaskia satupun.

Begitupun dengan Erik yang mencari di seluruh jalan. Bahkan sampai bertanya kepada seorang pejalan kaki yang berada di sekitar jalan menuju taman. Bertanya kepada orang lain pun nihil. Karena frustasi, ia menonjok batang pohon berkali-kali.

“Kalau saja Juleha sama gue, gak akan seperti ini jadinya!!” geram Erik menumpahkan kemarahannya.

 Erik kembali ke tempat itu, menghampiri Joe dan menonjoknya hingga Joe tersungkur ke tanah. Erik mencengkram kerah bajunya dan lagi-lagi memukul wajah Joe.

“Ini semua gara-gara lo, brengsek!! Jika Juleha sama gue, gak akan gini jadinya!! Ini semua gara-gara lo!! Gak seharusnya gue biarin Juleha jalan sama cowok ceroboh kayak lo!!” bentak Erik.

“Erik!! Hentikan!! Masalah ini gak akan selesai kalau urusannya seperti ini!!” Datanglah Sandi tepat pada waktunya. Karena jika ia terlambat, bagaimana jadinya jika Erik terus menghajar Joe yang sama sekali tidak melawan.

“Ini semua gara-gara dia, San!! Gara-gara dia!!” tunjuk Erik penuh kebencian kepada Joe.

“Enggak ada yang salah diantara kita, Rik!! Pikiran lo saat ini lagi buntu, jadi jangan salahkan siapa-siapa!!” tegur Sandi mencoba melerai Erik.

Erik mengalah dan memilih diam. Namun kemarahannya masih belum reda. Sandi membantu Joe berdiri.

“Lo gak apa-apa, Joe?” tanya Sandi.

“Iya, gue gak apa-apa,” jawab Joe lemah.

“Sekarang, kita cari lagi Donna. Kita nyari secara bersama-sama,” ujar Sandi.

“Gue gak mau. Gue mau nyari Donna sendirian saja!!” ujar Erik, dan ia berlari meninggalkan mereka berdua.

“Udah, gak apa-apa, Joe. Lo gak salah. Erik cuma sedang emosi karena masalah ini. Jangan dipikirin. Lebih baik kita nyari Donna sama-sama,” ujar Sandi menenangkan Joe yang masih nampak bersalah.

“Iya, San. Makasih,”

 

000

 

 

 

Sesibuk-sibuknya kalian beraktivitas, harus tetap mandi dan sisir rambut yaa... ^^

Selamat menjalankan aktivitas dan have fun all...^^

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • yurriansan

    Wow 4 kepribadian?
    Aku msh keep going syory nya. Knjgi story ku jga ya..

    Comment on chapter BAB II : 4 KEPRIBADIAN YANG MENIMBULKAN MASALAH
Similar Tags
Neighbours.
113      73     0     
Romance
Leslie dan Noah merupakan dua orang yang sangat berbeda. Dua orang yang saling membenci satu sama lain, tetapi mereka harus tinggal berdekatan. Namun nyatanya, takdir memutuskan hal yang lain dan lebih indah.
Sahabat
246      198     2     
Short Story
Dhea dan Gia merupakan sepasang sahabat yang oernah berjanji untuk selalu tampil kembar. Namun Gia lupa akan janji tersebut dan mengubah penampilannya. Tentu saja Dhea marah dan menjauhi Gia. Namun bagaimana bila Dhea mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor jantung? Akankah Gia memberikan jantungnya untuk sahabat yang telah menyakitinya? Atau membiarkan Dhea meninggal? \"Dhea akan selalu...
Senja Belum Berlalu
99      66     0     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Luka Adia
31      26     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Sweetest Thing
97      55     0     
Romance
Adinda Anandari Hanindito "Dinda, kamu seperti es krim. Manis tapi dingin" R-
Zea Anastasya (Karena Cinta Tak Harus Memiliki)
8      8     0     
Romance
Tak mungkin menyalahkan waktu Tak mungkin menyalahkan keadaan Pertemuan dan perpisahan bukan kita yang mau tapi Tuhan yang telah mengatur segalanya Adakah kebahagiaan berpihak pada kita? Entahlah....
Balada Cinta Balado
288      173     0     
Humor
"Hidup atau dilahirkan memang bukan pilihan kita, tapi dalam HIDUP KITA HARUS MEMILIKI PILIHAN". Mungkin itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupanku sekarang ini. Kehidupan yang sangat Liar Binasa menyedihkan. Aku sering dijadikan bahan bertema kehidupan oleh teman dan juga keluargaku sendiri. Aku tidak pernah menyangka rencana kehidupanku yang sudah disiapkan dengan ...
Lost In Auto
58      41     0     
Romance
Vrinda Vanita, adalah seorang remaja putri yang bersekolah di SMK Loka Karya jurusan Mekanik Otomotif bersama sahabatnya Alexa. Di sekolah yang mayoritas muridnya laki-laki, mereka justru suka pada cowok yang sama.
Rinai Kesedihan
593      417     1     
Short Story
Suatu hal dapat terjadi tanpa bisa dikontrol, dikendalikan, ataupun dimohon untuk tidak benar-benar terjadi. Semuanya sudah dituliskan. Sudah disusun. Misalnya perihal kesedihan.
Untouchable Boy
37      28     0     
Romance
Kikan Kenandria, penyuka bunga Lily dan Es krim rasa strawberry. Lebih sering dikenal dengan cewek cengeng di sekolahnya. Menurutnya menangis adalah cara Kikan mengungkapkan rasa sedih dan rasa bahagianya, selain itu hal-hal sepele juga bisa menjadi alasan mengapa Kikan menangis. Hal yang paling tidak disukai dari Kikan adalah saat seseorang yang disayanginya harus repot karena sifat cengengnya, ...