Read More >>"> 3600 Detik (BAB 6. UCAPAN TERIMA KASIH) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - 3600 Detik
MENU
About Us  

Sudah hampir pukul lima sore dan aku masih menunggu angkutan untuk pulang. Semoga nanti aku sampai rumah sebelum adzan maghrib berbunyi. Sebenarnya, jarak rumah dan sekolahku tak terlalu jauh. Tapi, akan terasa jauh bila kita naik angkutan umum. Kenapa, karena kita harus melewati rute - rute yang tlah ditetapkan oleh para sopir angkutan tersebut. Belum lagi, bila macet, sudah pasti akan terasa lebih lama lagi. 

Dan sekarang aku hanya bisa berharap, semoga nanti jalanan tidak macet parah. Semoga. Entah yang lain bagaimana, Nita, Sarah, dan Juli. Yang sudah lebih dulu pulang karena angkutan yang menuju kedaerah mereka tadi tiba lebih dulu. Apakah mereka sudah sampai rumah masing - masing atau masih dijalan? Atau sedang terjebak macetnya Jakarta.

Aku menatap langit, yang masih tampak mendung. Tanpa sadar menghela nafas kecil. Lalu kembali teringat dengan sosok Aris dan kata - katanya tadi. Membuatku tersenyum sendiri. 

"Jadi namanya Aris." kataku lirih. Masih sambil tersenyum, geli menertawai takdir yang tak terduga. Berhari - hari yang lalu aku dibuat penasaran oleh sosoknya, berhari - hari yang lalu aku dibuat gelisah oleh sosoknya, dan berhari - hari yang lalu aku dibuat kelimpungan untuk mencari tahu siapa sosoknya. Ternyata dia cukup dekat. 

"Ahh, aku seperti dipermainkan oleh takdir." kembali ku berkata. Lirih. 

"Takdir memang sering kali seperti itu." kata seseorang tiba - tiba dibelakangku. Membuatku langsung menoleh. Dan betapa terkejutnya aku begitu sosok Aris tlah berdiri dibelangkangku. 

"Dari kapan berdiri disitu?" tanyaku. Tak dapat membendung rasa kagetku.

"Baru beberapa detik yang lalu." jawabnya santai. Sambil berjalan pelan menjajari tubuhku. "Belum pulang?" tanyanya. Dan aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala saja. Tak sanggup berkata - kata karena aku sibuk mengontrol jantungku yang kembali berdegup kencang. Sibuk menerka - nerka apakah tadi Aris mendengar ucapanku atau tidak. 

Dalam hati, aku mengutuki diriku sendiri. Kenapa tadi bisa berbicara seperti itu. Tanpa toleh kiri toleh kanan dulu. Memastikan keadaan sekitar dulu. Ahh, bodohnya aku. 

Tapi, tadi seinggatku halte ini sepi. Hanya ada aku, Nita, Sarah, dan Juli. Sebelum ketiga gadis itu pergi. Sedang Aris, tadi ia pamit pergi lebih dulu. Kenapa sekarang ada disini? 

"jadi ini maksudmu dipermainkan takdir, karena angkotmu tak kunjung datang?" tanyanya lagi. Kali ini sukses membuatku melongo. 
Dia mendengarnya. Sampai mana dia mendengarnya?

Aku masih membisu ketika Aris dengan tiba - tiba menoleh kearahku. Dan tanpa sengaja kedua mata kami bertemu. Saat itulah, kembali aku terhanyut kedalam mata cokelatnya yang indah. Membuatku lupa akan pertanyaannya. 

"Bukan ya?" tanyanya lagi. Menyeretku kembali dalam dunia nyata.

Aku menggeleng cepat. "Bukan." jawabku menutupi kegugupanku. 

"Lalu?" Aris masih bertanya. Penasarankah dia? "Apa ingin hujan kembali turun seperti waktu itu?" Lanjutnya. Membuatku langsung menoleh menatap laki - laki tersebut. 

Dia juga ingat saat itu. 

"Hujan tidak masuk dalam hal yang kusukai." jawabku. Dan Aris hanya mengangguk mengiyakan. 

"Makanya dulu kau lari menghindar." katanya. Tatapannya kini menerawang jauh menatap langit.

"Tak ada manusia yang suka saat hujan turun, bukan?" kataku meminta persetujuan. 

"Tapi bumi dengan lapang dada menerimanya, karena hujan juga sebagian dari hidup." sanggah Aris cepat. Dan aku hanya bisa diam, tak bisa membalas perkataan Aris barusan. Dalam hati kembali ku mengangguk menyetujui perkataan Aris barusan. Sekarang yang terlintas dibenakku hanya serangkaian percakapan dengan Sarah tadi. Tentang Aris. 

Laki - laki bernama lengkap Aristya Pramono. Yang dulu satu SMP dengan Sarah. Yang katanya jago bermain kata. Dan benar, aku mengakuinya. Terbukti sudah dua kali ini, tanpa sepengetahuannya, aku menyetujui apa yang laki - laki ini utarakan. 

"Ahh, angkot ku sudah datang." kataku tiba - tiba ketika melihat mobil berwarna hijau tua tampak melaju menuju halte tempatku dan Aris menunggu. "Aku pulang dulu." lanjutku lagi. 

Ku lihat Aris hanya mengangguk mengiyakan.

"Oh, ya, hampir lupa lagi. Terima kasih untuk payungnya waktu itu. Dan maaf langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih terlebih dahulu." kataku. Akhirnya terucap juga. Melepas satu beban dalam hati. 

"Oh, iya. Tak Apa."

Tags: Twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sunset In Surabaya
8      7     0     
Romance
Diujung putus asa yang dirasakan Kevin, keadaan mempertemukannya dengan sosok gadis yang kuat bernama Dea. Hangatnya mentari dan hembusan angin sore mempertemukan mereka dalam keadaan yang dramatis. Keputusasaan yang dirasakan Kevin sirna sekejap, harapan yang besar menggantikan keputusasaan di hatinya saat itu. Apakah tujuan Kevin akan tercapai? Disaat masa lalu keduanya, saling terikat dan mem...
Dibawah Langit Senja
45      32     0     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
Truth Or Dare
196      119     0     
Fan Fiction
Semua bermula dari sebuah permainan, jadi tidak ada salahnya jika berakhir seperti permainan. Termasuk sebuah perasaan. Jika sejak awal Yoongi tidak memainkan permainan itu, hingga saat ini sudah pasti ia tidak menyakiti perasaan seorang gadis, terlebih saat gadis itu telah mengetahui kebenarannya. Jika kebanyakan orang yang memainkan permainan ini pasti akan menjalani hubungan yang diawali de...
Junet in Book
75      55     0     
Humor
Makhluk yang biasa akrab dipanggil Junet ini punya banyak kisah absurd yang sering terjadi. Hanyalah sesosok manusia yang punya impian dan cita-cita dengan kisah hidup yang suka sedikit menyeleweng tetapi pas sasaran. -Notifikasi grup kelas- Gue kaget karena melihat banyak anak kelas yang ngelus pundak gue, sambil berkata, "Sabar ya Jun." Gue cek grup, mata gue langsung auto terbel...
Happiness Is Real
11      11     0     
Short Story
Kumpulan cerita, yang akan memberitahu kalian bahwa kebahagiaan itu nyata.
Finding Home
10      10     0     
Fantasy
Bercerita tentang seorang petualang bernama Lost yang tidak memiliki rumah maupun ingatan tentang rumahnya. Ia menjelajahi seluruh dunia untuk mencari rumahnya. Bersama dengan rekan petualangannya, Helix si kucing cerdik dan Reina seorang putri yang menghilang, mereka berkelana ke berbagai tempat menakjubkan untuk menemukan rumah bagi Lost
ENAM MATA, TAPI DELAPAN
5      4     0     
Romance
Ini adalah kisah cinta sekolah, pacar-pacaran, dan cemburu-cemburuan
Violetta
10      10     0     
Fan Fiction
Sendiri mungkin lebih menyenangkan bagi seorang gadis yang bernama Violetta Harasya tetapi bagi seorang Gredo Damara sendiri itu membosankan. ketika Gredo pindah ke SMA Prima, ia tidak sengaja bertemu dengan Violetta--gadis aneh yang tidak ingin mempunyai teman-- rasa penasaran Gredo seketika muncul. mengapa gadis itu tidak mau memiliki teman ? apa ia juga tidak merasa bosan berada dikesendiri...
When I Found You
88      57     0     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
Tak Pernah Memiliki
13      13     0     
Short Story
Saling menunggu seseorang, dalam diam. Berakhir tak indah, berujung pisah. Kita yang tak pernah bisa untuk saling memiliki.