Read More >>"> The Red Eyes (Act 007) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Red Eyes
MENU
About Us  

Tidak mungkin Nick hanya memikirkan Ferus, tapi nyatanya memang begitu. Dari ujung kanan sampai kiri, atau dari depan sampai belakang, dia tidak melihat atau mendengar suara Ferus. Semuanya hanya perkumpulan kepala labu tusuk tukang pesta yang memandang Nick buas seolah dia adalah rusa kecil tersesat. Di mana Ferus? Apa yang mereka lakukan padanya? Dia—dia masih hidup, kan? Jangan hanya memandangku dengan seringai dan mata nyalang seperti itu!

"Di mana Ferus?" tanya Nick dengan keras.

"Ferus Jones? Oh, ia aman," jawab Sam dengan riang. "Tenang, aku baru saja menyuruhnya beli selusin Doritos bersama Gerald, dan aku tidak bohong soal itu."

Percaya atau tidak? Percaya atau tidak? Kemarahan dan rasa waspada masih tidak berhenti menggaruk kulit Nick. "Kalau begitu, kalian sedang apa? Mengapa pestanya berhenti?"

Sam mengambil selangkah lebih maju sambil melipat tangan di dada dan menggeleng geli. "Pestanya tidak akan menyenangkan kalau semua orang belum lengkap, kan?" Dia lalu tertawa seolah merendahkan. "Ada apa, Nick? Seorang Mata Merah tidak pantas ketakutan pada makhluk-makhluk rendahan seperti kami."

Siapa yang tidak panik kalau Nick bukan Mata Merah sesungguhnya. Kemungkinan terburuk adalah Sam mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Sialan, indra kepekaannya merasakan dan membedakan jenis-jenis energi supernatural tidak setajam Mata Merah biasa. Kekurangan itu membuat Nick tidak tahu Sam itu termasuk makhluk apa. Bisa saja Sam lebih hebat dari vampir, dan itu artinya Sam tahu Nick sedalam-dalamnya. Posisinya benar-benar tidak menguntungkan sekarang.

Namun di sisi lain, Nick berpikir lebih baik tetap kelihatan tak berdaya supaya Sam menyepelekannya.

"Memangnya tidak wajar kalau aku tidak panik dikelilingi makhluk buas seperti kalian semua? Ups, maaf, aku tidak bermaksud mengatakannya." Cara bicara Nick sama sekali tidak ada bercandanya.

Lubang hidung Sam mengembang, ia menyeringai dengan arti tertentu. "Kau tahu, Nick? Sebetulnya kau tidak perlu setakut ini karena kami masih memberimu pilihan."

Tiba-tiba dari belakang—atau karena Nick hampir melupakan kehadiran seorang gadis yang baru saja membuatnya hampir terpojok—dengan tenaga melampaui manusia, tangan Jessie dari belakang menarik perut Nick sehingga punggungnya bertubrukan dengannya. Ia membisik dari balik tulang belikat Nick, "Sebaiknya kau tidak memilih pilihan yang salah." Cengkeramannya tidak main-main menyakitkan seolah dijepit oleh baja. Nick tidak bisa berkutik.

Sam maju. Seorang anak pendek berkacamata culun memberinya silinder kecil yang sedetik kemudian baru disadari adalah alat suntik kosong. Jarumnya kelihatan sangat tebal dan besar. Sam tidak berhenti melangkah ketika mengambil alat suntik itu.

Kini Sam sudah berjarak sejengkal di depan Nick. Tidak ada kelakar lagi di wajahnya selain keinginan besar. "Anak malang," kata-katanya sangat intens, lalu mengangkat lengan Nick, siap menusuknya dengan jarum. "Untung tidak semua kalangan tahu bahwa setengah Mata Merah itu benar-benar payah."

Sam sudah siap menyuntikkan alat suntik kosong itu pada lengan Nick, tapi tentu saja dia tidak akan membiarkannya. Meski Jessie mengencangkan tangan berkuku tajamnya pada tubuhnya, dia tetap berhasil menghadiahkan Sam tendangan maut dari samping.

Sam terjungkal. Orang-orang panik, begitu pun Jessie yang mulai lengah. Kesempatan itu Nick gunakan untuk menyikut keras tulang iga Jessie hingga gadis itu meringis jatuh.

Kali ini Nick tidak ragu menggunakan kekuatannya, terutama ketika perkumpulan sesat mulai sadar harus melawan. Mereka berderap mendekat secara keroyokan, dan Nick tinggal melempar mereka dengan kendali angin bagai menggelindingkan bola bowling sampai semua pin berjatuhan, bahkan berhamburan bersama perabotan lainnya. Lampu gantung di atap berderit dan bergoyang. Seluruh bayangan bergeser dan memanjang serta memendek.

Sam yang berada di hadapan Nick langsung menyeruduk segila babi hutan. Dia berhasil membuat Nick terjungkir menubruk tong sampah. Isinya yang berupa tisu, bungkus dan puntung rokok, dan berbagai hal menjijikkan lainnya tumpah di samping Nick. Tangan Nick, tanpa melihat benda apa pun di bawahnya, langsung menjejak pada bola tisu licin yang tidak ingin ia tahu apa isinya, membuat sikutnya membentur lantai.

Bicara soal menyeruduk seperti babi hutan rupanya tidak salah. Nick kaget ketika Sam tengah membungkuk lemas di depannya, mendongakkan kepala, dan struktur wajahnya berubah menjadi ... siluman babi? Tidak, itu serius. Setengah rahangnya memanjang menjadi moncong. Lubang hidungnya besar, lembap, dan basah. Bentuk taring atas khas babi hutan yang janggal mencuat dari mulutnya bersama taring bawah.

Sam menyeringai sosiopat padanya. "Jangan pasang wajah begitu, tisu itu bukan bekas yang aneh-aneh, kok."

Ini bukan waktu yang tepat untuk membahasnya.

Terburu-buru Nick berdiri, sepatunya sampai berdecit di lantai keramik. Sam sudah siap menyeruduk lagi, tetapi Nick keburu mendorongnya dengan angin. Ia harus bisa keluar dari tempat ini, menerobos barikade perkumpulan sinting yang menghalau pintu apartemen.

Mereka dengan gila-gilaan menerjang. Nick terpaksa menukik ke sisi, menghindari segala tangan yang berusaha meraih dan menjatuhkannya lagi. Setiap ada orang berhasil mendekat, ia menghantamkan keras kepalannya pada kepala mereka, atau mengadu sikutnya dengan perut mereka. Kadang menarik salah satu dari mereka untuk melemparnya kepada yang lain.

Permasalahannya, Nick tidak bisa terus-terusan menggunakan kekuatan magis karena seperti namanya, setengah Mata Merah berarti hanya punya setengah kapasitas kekuatan.

Nick berhasil meraih gagang pintu, tetapi gagang itu bergerak ke bawah dengan sendirinya. Kejadian berikutnya sangat membuatnya emosional: siapa pun orang keparat yang membuka pintu hingga keningnya terbentur nyaring benar-benar biadab. Tengkoraknya bergetar hebat.

"Ah, apa itu?!" seru sang pelaku. Itu suara Ferus.

"Bajingan, Ferus—akh!"

Orang di belakang Nick mengambil kesempatan saat Nick menekan tangan pada kening, berusaha menahan sakit. Orang itu menarik kemeja Nick dari belakang sampai ia hilang keseimbangan. Begitu punggungnya mendebum lantai, udara dalam paru-parunya langsung terlempar semua. Lebih parah ketika seseorang naik di atas perutnya untuk meninggalkan tinju berkali-kali di wajahnya.

Ferus berteriak di belakang sana seperti gadis centil. Selanjutnya ada suara plastik berisi belanjaan ringan terjatuh. Teriakannya semakin menjadi begitu Nick mendengar suara debum lainnya. "Ferus, Ferus!" Gerald berseru panik. Nick tidak bisa menangkap apa yang terjadi sampai sepatu Jessie muncul di sampingnya, kemudian menahan tinju anak laki-laki yang mungkin punya dendam tersendiri padanya.

"Daniel, hentikan!" seru Jessie, menyeretnya berdiri dari Nick.

Anak bernama Daniel itu kelewat bahagia hingga napasnya jadi pendek-pendek. "Aku berhasil! Ayo kita makan Mata Merah satu ini!"

Tidak sempat cemas dengan ancaman itu, Nick sibuk meringkuk, merintih menutup wajahnya yang terasa menebal sepuluh senti. Denyutnya bukan main menggedor-gedor dari balik tulang. Ada satu tinju maut dari ujung tulang jari tengah Daniel yang hampir mematahkan gigi seri bawahnya barusan, untungnya hanya membuat daging di bawah bibirnya berdarah. Ia pun meludahi gumpalan darah rasa besi menjijikkan itu sambil berusaha bangkit dengan menopang tangan, tetapi ada orang sialan lainnya yang menginjak punggungnya sehingga ia terkunci lagi di lantai.

Ini pasti Jessie karena lagi-lagi sepatu hak tinggi hitam dengan pola tali rumitnya berada di depan wajahnya. "Jangan bergerak. Aku tidak mau melihat wajah tampanmu lebih rusak dari ini," ujarnya. Dari balik matanya yang pedih, dia bisa lihat perasaan Jessie sangat campur aduk. Seolah menghajar Nick adalah pilihan rencana Z.

Di tangan Jessie ada alat suntik Sam. Dia menarik lengan Nick, kemudian langsung menusuknya di sembarang tempat tanpa pertimbangan. Untuk merintih saja sulit saking parahnya rasa sakit di wajahnya, semakin menakutkan ketika darahnya disedot oleh alat suntik. Masalahnya, bukan hanya darahnya yang disedot. Kekuatan magisnya juga, yang secara tidak langsung menyedot daya hidupnya. Rasa sakitnya bagai dikuliti hidup-hidup, menyengat sampai tulang belakang. Bahkan setelah sepuluh detik alat suntik dilepas, rasa nyeri itu masih tersisa.

Seluruh tubuhnya kebas selain merasakan sakit, pandangannya berkunang-kunang. Tenaganya terkuras habis. Tulang-tulangnya berubah loyo seperti jeli.

Payah. Mereka berhasil mengambil kekuatanku, umpat Nick dan itu masih tergambar jelas di matanya yang buas. Entah untuk apa. Pastinya sesuatu yang buruk.

Sam si muka babi hutan datang menghampiri Jessie. "Kerja bagus, teman-teman. Ayo angkut dia bersama Ferus dan Gerald ke mobil," serunya, lalu melihat ke bawah pada Nick. "Padahal aku sudah bilang kamu masih punya pilihan."

Tidak seharusnya Nick menyeringai angkuh. "Dasar celeng tukang masturbasi."

Mata Sam membulat, dengus kasar keluar dari hidung besarnya. Dia menginjak wajah Nick dengan sepatu pantofelnya. Jangan tanya seberapa keras Nick mengerang. "Begini-begini, aku ini keturunan iblis."

Selanjutnya tangan Nick diikat dengan pita plastik. Mereka melemparnya ke bagasi mobil sedan, terpisah dari Ferus juga Gerald yang terus berteriak minta ampun. Suaranya langsung teredam, hampir-hampir menghilang di balik bagasi mobil lain, terutama ketika bagasinya sendiri ditutup oleh orang-orang gila yang terkikik-kikik.

Tak lama dari sana mobil menderum. Nick bisa merasakan pergerakan lincah mobil menggilas permukaan kasar hingga meluncur ke jalan raya yang kosong. Tubuhnya yang lemah bergulir bolak-balik hingga menubruk pintu bagasi.

Payah .... Benar, kan? Aku tidak bisa menangani kasus seperti ini.

Di saat-saat seperti ini memang paling nyaman menyalahkan diri sendiri. Nick merasa ini semua terlalu berat, terlalu membahayakan, terlalu timpang. Dia sudah mengatakan ini pada Paman Ethan, juga pada Cassandra. Tapi mereka tidak mau dengar. Mereka pikir apa penyebabnya dia tidak punya orang tua sekarang?

Kalau saja aku tidak memiliki batasan.

Akhirnya Nick habiskan waktu luangnya untuk memejamkan mata, merasakan tiap belokan yang diambil, kemudian mengingat nama jalan. Sayangnya dia kehabisan tenaga untuk berpikir, jadi dia berhenti merasakan begitu belok ke jalan East Peterson 23.  

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • SusanSwansh

    Ceritanya bikin penasaran. Openingnya kereeeeennn.

    Comment on chapter Act 000
  • authornote_

    @SusanSwansh wah makasih ya. Makasih juga sudah mampir!

    Comment on chapter Act 000
  • SusanSwansh

    W.O.W. Kereeennnnnnnn.... Like banget ceritanya.

    Comment on chapter Act 000
Similar Tags
Menuntut Rasa
278      229     3     
Short Story
Ini ceritaku bersama teman hidupku, Nadia. Kukira aku paham semuanya. Kukira aku tahu segalanya. Tapi ternyata aku jauh dari itu.
No, not love but because of love
44      33     0     
Romance
"No, not love but because of love" said a girl, the young man in front of the girl was confused "You don't understand huh?" asked the girl. the young man nodded slowly The girl sighed roughly "Never mind, goodbye" said the girl then left "Wait!" prevent the young man while pulling the girl's hand "Sorry .." said the girl brushed aside the you...
Kamu
11      11     0     
Short Story
Untuk kalian semua yang mempunyai seorang kamu.
Ketos in Love
43      28     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
92      58     0     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
Sanguine
136      80     0     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
Half Moon
29      21     0     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
Reality Record
114      72     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...
MAHAR UNTUK FATIMAH
348      277     2     
Short Story
Cerita tentang perjuangan cinta seorang pria dengan menciptakan sebuah buku khusus untuk wanita tersebut demi membuktikan bahwa dia sangat mencintainya.
Tak Pernah Memiliki
14      14     0     
Short Story
Saling menunggu seseorang, dalam diam. Berakhir tak indah, berujung pisah. Kita yang tak pernah bisa untuk saling memiliki.