Read More >>"> Sang Penulis (E07) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sang Penulis
MENU
About Us  

“Pak, saya boleh minta kuncinya lagi?” tanya Marsya kepada Pak Bambang yang merupakan penjaga sekolah di sekolah Marsya.

Marsya sengaja datang lebih awal dari biasanya agar ia dapat kembali ke gedung D tanpa dilihat oleh murid-murid yang lain.

“Nanti setelah kamu selesai, kamu kembalikan ke saya, ya,” pesan Pak Bambang sembari menyodorkan kunci pagar gedung D kepada Marsya.

“Siap, Pak,” balas Marsya sembari menerima kunci yang disodorkan oleh Pak Bambang. “Saya masuk dulu, ya, Pak?”

Marsya pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung sekolah.

Sesampainya Marsya di pagar gedung D, ia langsung membuka gembok pagar itu dan langsung memasuki kawasan gedung D.

Sebelum berjalan menuju mading, Marsya dengan segala ketakutan yang ia punya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar imannya dikuatkan.

“Lha, kok kosong?” tanya Marsya entah kepada siapa ketika dia sudah berada di depan mading gedung D.

Marsya mengedarkan padangan kesekelilingnya. Tidak ada orang. Tanpa berpikir panjang, Marsya memutuskan untuk keluar dari kawasan gedung D. Ia tak mau sesuatu buruk terjadi padanya jika ia berlama-lama di gedung D.

“Lo sebenarnya ada urusan apa sih? Kok terus bolak-balik ke gedung D?” tanya seseorang dari belakang Marsya saat Marsya sedang mengunci gembok pagar.

Setelah Marsya mengunci gembok pagar dan mencabut kuncinya, ia pun langsung membalikkan badannya dan mendapati seorang Arsen sedang memperhatikannya.

“Gue cuma meriksa mading di gedung D,” jawab Marsya.

“Bukannya mading gedung D udah gak dipakai lagi, ya?” tanya Arsen.

“Gue disuruh meriksa sama pembina,” jawab Marsya. “Gue ke kelas duluan, ya, Sen?”

Tanpa menunggu balasan dari Arsen, Marsya langsung melangkahkan kakinya menjauhi Arsen dan menuju kelasnya.

“Kesambet apa lo datang pagi-pagi gini?” tanya Cindy ketika Marsya baru saja memasuki kelasnya.

“Gue belum siap Biologi, Cin, makanya gue datang cepat,” jawab Marsya sembari duduk di kursi yang terletak di sebelah Cindy.

“Nih,” ujar Cindy sembari meletakkan buku tugas Biologi miliknya di hadapan Marsya.

“Lo udah siap?” tanya Marsya.

Cindy menganggukkan kepalanya. “Kebetulan tugas kita sama tugas kelasnya Arsen sama, makanya gue bisa siap.”

“Syukurlah,” ucap Marsya seraya mengambil buku tugas Biologinya dari dalam tasnya kemudian ia memulai kebiasaan paginya, yaitu menyalin tugas milik orang lain.

***

Marsya memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahat pertamanya di kelas seorang diri. Ia sedang dalam fase di mana ia sedang lapar tetapi dia malas untuk pergi ke kantin sehingga ia meminta tolong Archie untuk membelikannya makanan.

“Sya, sumpah, kalau lo denger ini lo bakalan gak percaya,” ucap Thomas yang baru saja memasuki kelas.

“Ada apaan, Thom?” tanya Marsya.

“Lo tau Yuri, ‘kan?” tanya Thomas.

Marsya menganggukkan kepalanya. “Dia kenapa?”

“Dia tadi histeris di kelasnya terus dia nyakitin dirinya sendiri,” jawab Thomas.

“Lo serius?” tanya Marsya yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Thomas.

Menurut Marsya, Yuri adalah orang yang hampir sempurna. Tidak mungkin ia melakukan sesuatu yang bodoh seperti itu.

Thomas menganggukkan kepalanya. “Sekarang dia lagi di UKS.”

“Gila, gue gak nyangka dia bisa gitu,” kata Marsya.

“Gue juga, Sya, padahal dia ‘kan orangnya baik, cantik, pintar, ramah-“

“Ya ampun,” Marsya memotong pujian Thomas terhadap Yuri karena dia baru teringat akan satu hal.

“Lo kenapa?” tanya Thomas.

Marsya menggelengkan kepalanya sembari mengambil ponselnya, bermaksud untuk mengirimkan pesan kepada Fira.

Marsya Nadhifa: Ketemu di kelas lala skrg

Fira Shallita: Okeoke

“Thom, gue ke kelas Lala dulu, ya,” pamit Marsya kepada Thomas lalu ia pun bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kelas Lala yang hanya dipisahkan oleh kelas Fira.

Fira sudah duduk di sebelah Lala saat Marsya memasuki kelas Lala yang kebetulan sedang sepi.

“Gila, gila, lo berdua udah tau soal Yuri?” tanya Marsya.

Lala menganggukkan kepalanya sementara Fira menggelengkan kepalanya.

“Emangnya ada apa?” tanya Fira.

“Yuri histeris di kelas dan dia nyakitin dirinya sendiri,” jawab Lala.

“Gue ngerasa, Yuri adalah orang yang dimaksud oleh penulis mading itu,” ujar Marsya.

“Eh, iya, gue kok baru sadar?” tanya Lala.

“Menyakiti diri sendiri adalah hal yang paling bodoh itu, ‘kan?” tanya Fira.

Marsya dan Lala menganggukkan kepala mereka.

“Dari mana penulis itu bisa tau?” tanya Fira.

Marsya mengangkat kedua bahunya pertanda ia tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaan Fira.

“Ayo kita ke sana lagi,” ajak Lala. “Buat lihat inisial Yuri adalah inisial yang ada di kertas itu.”

“Tadi pagi gue udah ke sana, La, madingnya udah kosong,” kata Marsya.

“Lo serius?” tanya Lala.

Marsya menganggaukkan kepalanya.

“Ini gak mungkin kerjaan makhluk halus, ‘kan?” tanya Fira yang sekarang sedang terfokus kepada penulis kertas itu.

“Gue rasa dan gue yakin, bukan,” jawab Lala.

“Apa mungkin ini buatan orang yang bisa tau masa depan?” tanya Marsya.

Lala menganggukkan kepalanya. “Mungkin aja. Dia tau tentang apa yang akan terjadi, tapi dia gak tau ‘gimana cara ngasih tau ke orang lain.”

“Kenapa harus di mading gedung D?” tanya Fira.

“Nah, itu dia, kita harus cari tau siapa penulis mading itu,” kata Marsya.

“’Gimana kalau pulang sekolah kita balik lagi ke sana? Siapa tau dia nempelin yang baru,” usul Fira.

Marsya menganggukkan kepalanya.

“Ya udah, nanti pulang sekolah kita kumpul di kelas Marsya,” ucap Fira.

***

“Sya, temenin gue ke toilet dong,” pinta Cindy saat mereka sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Siti, guru Matematika di kelas XII MIPA 5.

“Lo yang permisiin, ya, Cin,” ucap Marsya.

Cindy pun menganggukkan kepalanya lalu bangkit dari bangkunya dan diikuti oleh Marsya.

“Sekarang udah jam berapa, Cin?” tanya Marsya ketika mereka sedang berada di perjalanan menuju toilet yang letaknya cukup jauh dari kelas mereka.

Sebelum menjawab pertanyaan Marsya, Cindy melihat jam tangan yang melingkarkan di pergelangan tangan kirinya. “Lima belas menit lagi pulang.”

“Gak usah balik, yuk, Cin,” ajak Marsya. “Gue lagi males ngerjain tugas, paling nanti dijadiin PR.”

Cindy menganggukkan kepalanya.

Ketika mereka sudah sampai di depan toilet wanita, Marsya memutuskan untuk menunggu di luar. Marsya sedang tidak ingin mencium bau toilet yang sangat menggetarkan jiwa dan raganya itu.

Sembari menunggu Cindy, Marsya mengeluarkan ponsel dari sakunya dan membuka aplikasi Twitter di ponselnya. Twitter adalah aplikasi yang dapat membuat rasa bosan Marsya hilang seketika oleh karena cuitan-cuitan yang menurut Marsya sangat lucu.

“Sya.”

Marsya langsung mendongakkan kepalanya ketika ia mendengar namanya terucapakan oleh seseorang.

“Lo lagi sama Cindy?” tanya Arsen.

Marsya menganggukkan kepalanya.

“Lo balik duluan aja, Cindy sama gue,” kata Arsen.

Tanpa berpamitan dengan Arsen, Marsya pun melangkahkan kakinya menjauhi Arsen. Tak bisa disangkal, hati Marsya masih sakit jika mengingat kenyataan bahwa Arsen berpacaran dengan Cindy.

Tanpa Marsya sadari, langkahnya membawa dirinya ke depan perpustakaan. Marsya tak tahu apa yang membuat dirinya berjalan menuju ruang penuh dengan jendela dunia itu.

“Eh, ada Marsya,” kata Bu Rania yang sedang berjalan keluar dari perpustakaan.

“Siang, Bu,” sapa Marsya sembari menyalam tangan Bu Rania.

“Kamu bisa kapan aja, ‘kan?” tanya Bu Rania.

Marsya terdiam sejenak. Ia mencoba mencerna apa yang dimaksud oleh Bu Rania lalu ia pun menganggukkan kepalanya. “Bisa, Bu.”

“Baiklah, saya ke kantor dulu, ya,” kata Bu Rania lalu beliau berjalan menuju kantor guru meninggal Marsya seorang diri dengan kebingungan di dalam dirinya.

Marsya masih tidak tahu mengapa dia berada di depan perpustakaan.

“Sya, kenapa lo gak masuk kelas?”

Marsya menoleh ke sumber suara dan mendapati Lala.

“Gue tadi permisi, cuma tanggung, makanya gue gak balik,” jawab Marsya.

“Ke kelas gue, yuk,” ajak Lala. “Gue lagi gak ada guru.”

Marsya pun menganggukkan kepalanya.

***

Aku tak tau apakah kau menyadari apa yang kutulis

Jika kau tak menyadari, kau harus tau, kau sudah terlambat

Jika kau menyadari, selamat, aku tak menyangka kau sepeka itu

Marsya, Fira, dan Lala saling tatap setelah mereka membaca tulisan yang tertempel di mading itu. Mereka tidak menyangka bahwa itulah tulisan yang akan mereka baca. Awalnya mereka sangat yakin bahwa akan ada tulisan lain yang seperti tulisan yang sebelumnya, tetapi sayangnya hanya tulisan itu yang ada.

“Kok gue kesel sama dia, ya?” tanya Lala.

Pst,” ucap Fira. “Kalau orang itu ada di sini dan dia denger gimana?”

“La, ini masih permulaan, kita harus bersikap sopan walaupun kita gak tau dia ada atau engga di dekat kita,” kata Marsya.

Fira menganggukkan kepalanya pertanda ia setuju dengan perkataan Marsya. “Untuk saat ini, kita kayaknya gak usah fokus sama penulisnya, kita fokus dengan apa yang ditulisnya.”

“Dan kalau bisa, jangan sampai ada yang tau,” pesan Marsya, “Kita kasih tau yang lain kalau misalnya tulisan ini udah kelewat.”

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Daniel : A Ruineed Soul
10      10     0     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
Iblis Merah
210      162     0     
Fantasy
Gandi adalah seorang anak yang berasal dari keturunan terkutuk, akibat kutukan tersebut seluruh keluarga gandi mendapatkan kekuatan supranatural. hal itu membuat seluruh keluarganya dapat melihat makhluk gaib dan bahkan melakukan kontak dengan mereka. tapi suatu hari datang sesosok bayangan hitam yang sangat kuat yang membunuh seluruh keluarga gandi tanpa belas kasihan. gandi berhasil selamat dal...
Find Dreams
9      9     0     
Romance
Tak ada waktu bagi Minhyun untuk memikirkan soal cinta dalam kehidupan sehari-harinya. Ia sudah terlalu sibuk dengan dunianya. Dunia hiburan yang mengharuskannya tersenyum dan tertawa untuk ratusan bahkan ribuan orang yang mengaguminya, yang setia menunggu setiap karyanya. Dan ia sudah melakukan hal itu untuk 5 tahun lamanya. Tetapi, bagaimana jika semua itu berubah hanya karena sebuah mimpi yan...
Past Infinity
14      8     0     
Romance
Ara membutuhkan uang, lebih tepatnya tiket ke Irak untuk menemui ibunya yang menjadi relawan di sana, maka ketika Om Muh berkata akan memenuhi semua logistik Ara untuk pergi ke Irak dengan syarat harus menjaga putra semata wayangnya Ara langsung menyetujui hal tersebut. Tanpa Ara ketahui putra om Muh, Dewa Syailendra, adalah lelaki dingin, pemarah, dan sinis yang sangat membenci keberadaan Ara. ...
Secret Elegi
102      62     0     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
AMORE KARAOKE
431      248     0     
Romance
Dengan sangat berat hati, Devon harus mendirikan kembali usaha karaoke warisan kakeknya bersama cewek barbar itu. Menatap cewek itu saja sangat menyakitkan, bagaimana bila berdekatan selayaknya partner kerja? Dengan sangat terpaksa, Mora rela membuka usaha dengan cowok itu. Menatapnya mata sipit saja sangat mengerikan seolah ingin menerkamnya hidup-hidup, bagaimana dia bisa bertahan mempunyai ...
Do You Want To Kill Me?
142      90     0     
Romance
Semesta tidak henti-hentinya berubah, berkembang, dan tumbuh. Dia terus melebarkan tubuh. Tidak peduli dengan cercaan dan terus bersikukuh. Hingga akhirnya dia akan menjadi rapuh. Apakah semesta itu Abadi? Sebuah pertanyaan kecil yang sering terlintas di benak mahluk berumur pendek seperti kita. Pertanyaan yang bagaikan teka-teki tak terpecahkan terus menghantui setiap generasi. Kita...
Akai Ito (Complete)
116      93     0     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Dear Vienna
12      12     0     
Romance
Hidup Chris, pelajar kelas 1 SMA yang tadinya biasa-biasa saja sekarang jadi super repot karena masuk SMA Vienna dan bertemu dengan Rena, cewek aneh dari jurusan Bahasa. Ditambah, Rena punya satu permintaan aneh yang rasanya sulit untuk dikabulkan.
Sherwin
11      10     1     
Romance
Aku mencintaimu kemarin, hari ini, besok, dan selamanya