Read More >>"> Secret Love Story (Complete) (All I Ask) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Secret Love Story (Complete)
MENU
About Us  

Jika ini malam terakhirku denganmu
Dekap aku seakan aku lebih dari sekedar teman
Beri aku kenangan yang bisa kugunakan
Raih tanganku saat kita berkasih-kasihan
Sungguh penting bagaimana akhirnya
Karena bagaimana bila aku tak pernah mencinta lagi?

~All I Ask, Adele~

         Sudah sekitar enam bulan lamanya Ara melakukan terapi itu di sela-sela waktu senggangnya dari rutinitas pekerjaan. Mahdi dengan setia menunggu gadis itu hingga terapi selesai di lakukan seperti biasanya. Ara keluar dari ruang terapi dan berjalan menuju Mahdi. Mahdi yang tahu gadis itu tengah selesai dengan terapinya lantas berpamitan dengan dokter yang merawat Ara. Mahdi mengajak Ara untuk makan di sebuah rumah makan kecil yang letaknya tak jauh dari klinik itu. Sembari menunggu makanan pesanan mereka tiba, Ara mengucapkan sesuatu yang membuat Mahdi merasa terkejut.

         “Mas, Ma’afin Ara...,” ucap Ara kemudian yang tentu saja membuat Mahdi yang semula melihat handphonenya terkejut dan langsung menatap gadis itu.

         “Kenapa kamu minta ma’af?” tanya Mahdi.

         “Karena...karena Ara melupakan siapa sebenarnya kamu mas...,” ucap Ara yang tentu saja membuat semakin terkejut.

         “Kam...kamu....mendapatkan ingatanmu kembali?” tanya Mahdi yang di jawab anggukan oleh Ara.

         “Kamu..ingat siapa saya?” tanya Mahdi kemudian.

         “Iya, tentu saja aku mengingatmu mas. Aku mengingatmu dan semua kenangan masa kecil kita bersama dulu. Ma’afkan aku mas, aku sama sekali tidak mengingatmu tapi kamu selalu setia bersamaku dan menemaniku...,” ucap Ara sembari meneteskan air matanya karena rasa bersalahnya karena telah melupakan lelaki di hadapannya itu.

            “Hei, gadis jelek, harusnya kamu senang kamu mendapatkan ingatanmu kembali dan kamu mengingat siapa saya. Kenapa kamu malah menangis...?” tanya Mahdi kemudian yang merasa hatinya sedikit terasa perih karena melihat gadis dihadapannya itu menangis.

            “Ak..aku senang mas. Aku senang bahwa aku bisa mengingatmu dan aku mendapatkan semua ingatanku kembali. Tap...tapi.....,”

            “Tapi kenapa? Kenapa kamu menangis. Apa jangan-jangan kam..kamu...mengingat....,” tebak Mahdi yang kemudian terpotong oleh perkataan Ara.

            “Ya, aku mengingatnya mas. Aku mendapatkan kembali ingatanku tentang orang itu...,” ucap Ara yang masih dengan isak tangisnya.

            “Alhamdulillah, itu berarti ingatan kamu kembali sepenuhnya Ra. Harusnya kamu merasa senang, bahagia dan bersyukur karena Tuhan mengabulkan keinginanmu. Kamu harusnya tidak membuang air matamu seperti ini...,” ujar Mahdi.

            “Bagaimana mungkin aku tidak menangis mas. Bagaimana mungkin tidak. Ketika aku mendapatkan kembali ingatanku tentangnya, aku menjadi benci pada diriku sendiri mas..,”

            “Heyy..ssttts....stssttt....kamu nggak boleh seperti itu Ara. Bukankah semua ini keinginan kamu?” tanya Mahdi.

            “Iya, Ara tahu mas..tap...tapi....,”

            “Ara, mas nggak tahu apa sebenarnya yang terjadi antara kamu dengan dia. Jadi mas tidak bisa memberikan banyak nasehat untukmu. Kalau kamu mau cerita sama mas, mas akan mendengarkannya, tapi kalau kamu memang belum siap...,”

            “Aku akan menceritakannya mas. Aku akan menceritakan semuanya kepadamu. Tapi, bisakah kamu berjanji satu hal padaku mas?” tanya Ara.

            “Apa itu...?” tanya Mahdi.

            “Jangan pernah membenciku mas, jangan menjauh dariku lagi. Bisakah kita tetap menjadi seperti dulu, menjadi saudara seperti dulu, kamu menjadi kakak bagiku dan aku adik bagimu. Bisakah kita tetap seperti itu sama seperti kita saat kecil?” Ucap Ara dan hal itu tentu saja membuat Mahdi tersenyum kecut. Bagaimana tidak, perkataan Ara mengisyaratkan bahwa dirinya tidak boleh menaruh harapan yang lebih kepada gadis itu.

            Mahdi tahu bahwa dirinya tidak boleh egois. Iya tahu benar bahwa takdir akan berjalan sesuai dengan jalan yang Tuhan kehendaki. Dan akhirnya ia pun menganggukkan kepalanya seranya mengiyakan semua permintaan Ara. Ara pu  kemudian menceritakan semua kisahnya dengan seseorang itu.

            “Aku mengenalnya ketika kami bekerja di instansi yang sama semasa kuliah dulu mas. Awalnya aku tidak tahu bagaimana akhirnya aku bisa dekat dengannya. Karena sebelumnya tidak ada satu lelakipun yang bisa membuatku nyaman seperti dirinya. Kami saling berbagi kisah kami, tentang keluarga kami, tentang masa kecil kami, kami berbagi semuanya, hanya saja tidak dengan satu hal, tentang siapa seseorang yang menempati hati kami,” ujar Ara sembari mengambil napas sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan ceritanya.

            “Dia membantuku dalam banyak hal mas, dan dia pun mengantarku kemana saja aku ingin pergi. Begitu pula sebaliknya denganku. Aku tahu itu salah dan aku tahu bahwa itu tidak benar adanya untuk dua orang manusia yang berbeda jenis tanpa ikatan apapun sering menghabiskan waktu bersama. Namun, aku tetap melakukannya mas, saat itu aku tidak memiliki siapapun untuk berbagi, terlebih ketika ibu meninggal, aku benar-benar merasa sendiri. Saat itu aku benar-benar terpuruk, aku berharap aku bisa melihatmu mas, aku berharap paling tidak kamu akan datang saat ibuku di makamkan, tapi nyatanya...belasan tahun aku menunggumu mas, tapi kamu tidak kunjung datang menemuiku,” ujar Ara yang kini disertai isak tangisnya.

            “Ara...ak...aku.....,” ucap Mahdi menanggapi perihal cerita Ara mengenai dirinya. Ia tidak tahu harus berkata apa kepada gadis itu. Karena sama seperti dirinya yang berharap untuk bisa bertemu dengannya, Ara juga merasakan hal yang sama.

            “Saat itu, aku pikir kamu sudah menikah mas. Saat beberapa kerabat yang ada di rumah lama kita berkunjung ke pemakaman ibuku, aku mendengar banyak kabar bahwa beberapa teman kita sudah menikah, dan aku berpikir seperti itu ke kamu mas. Entah kabar itu benar atau tidak, aku tidak tahu. Hanya saja dari situ aku belajar satu hal mas. Aku belajar untuk melepaskanmu...,” ucap Ara dan tentu saja membuat rasa sesak yang teramat dalam bagi Mahdi.

Bagaimana mungkin tidak, selama belasan tahun ternyata ia menyadari bahwa perasaannya dengan Ara ternyata sama sebelum akhirnya gadis itu mengambil kesimpulan sendiri bahwa dirinya sudah bahagia karena menikah, hingga gadis itu harus mengambil keputusan untuk melepaskannya. Mahdi ingin sekali mengatakan kepadanya bahwa sebenarnya dirinya tidak pernah melupakan gadis itu sedikitpun, tidak mungkin ia bisa bahagia bersama gadis lainnya sementara hatinya hanya tertuju pada satu nama. Dan alasannya untuk tidak mencari gadis itu adalah karena kondisi dirinya yang tidak memungkinkan saat itu. Namun, Mahdi lebih memilih untuk diam dan tidak mengungkapkan semuanya, karena ia tidak ingin gadis itu terbebani, karena lebih dari siapapun pula, ia tahu beban berat yang di tanggung gadis itu. Ara pun kembali meneruskan ceritanya.

“Dan akhirnya, hanya dia yang bertahan disisiku mas, saat aku rapuh, saat aku terpuruk, saat aku panik, aku selalu menghubunginya dan dia selalu berada di sampingku meski kadang ia tak pernah bertanya tentang aku kenapa karena aku belum siap untuk bercerita kepadanya. Sampai pada suatu ketika aku menyadari bahwa dia perlahan menjauh dariku. Aku mendengar bahwa dia kembali pada kekasihnya dan itulah alasan kuat kenapa dia akhirnya pergi dan mulai menjauh dariku mas. Dan di saat dia melakukan hal itulah aku merasa ada hal yang hilang pada hidupku mas. Hingga pada akhirnya aku menyadari bahwa aku menyimpan sesuatu yang lain dalam diriku untuknya...,” ucap Ara dengan jujur yang tentu saja meskipun Mahdi dapat menebak apa Ara rasakan pada orang itu, ia masih terkejut karena gadis itu menceritakan perasaannya sendiri dengan jujur pada dirinya. Meskipun Mahdi kehilangan harapan untuk menjadi pendamping gadis itu, tapi paling tidak dia cukup bahagia karena gadis itu mau terbuka kepadanya. Sama seperti ketika mereka kecil dulu.

Ara menghapus isak tangisnya dan berusaha untuk tersenyum kemudian. Ia merasa lega telah mengatakan segalanya pada Mahdi. Meskipun ia tidak mengatakan perasaannya yang sebenarnya kepada Mahdi dulu secara jelas, namun ia tahu bahwa lelaki di hadapannya itu mengerti apa yang dia maksud. Mereka dapat saling berkomunikasi dengan bebas dan nyaman seperti dulu itulah yang Ara harapkan. Mahdi pun tersenyum sama sepertinya, hingga ia mengajukan satu pertanyaan berikutnya.

“Em...bolehkah  aku tahu siapa lelaki itu? Siapa lelaki yang mampu membuat adik kecilku ini memiliki perasaan yang lebih?” tanya Mahdi dengan nada menggoda seperti yang dilakukannya pada Ara dulu ketika mereka masih kecil.

“Mas, bolehkah aku tetap menyimpan namanya untuk diriku saja...?” ucap Ara dengan wajah malu-malu. Mahdi dapat melihat rona merah di wajah gadis itu.

“Ya, tentu saja. Itu menjadi hak kamu adikku yang cantik...,” ucap Mahdi dengan kekehan. Ia tahu bahwa Ara masih malu untuk menyebutkan nama lelaki itu. Dan Mahdi pun tidak menuntut untuk Ara mengungkapkan nama lelaki itu, namun hal itu lebih karena sebenarnya Mahdi bisa menebak siapa lelaki itu, karena bagaimanapun pula Mahdi juga laki-laki jadi ia bisa merasakan hal itu juga.

“Ma’af bukannya aku tak ingin menceritakan siapa dia padamu mas. Hanya saja, aku...akan lebih baik jika aku menyimpan dia dalam hati saja. Lagipula semuanya sudah tidak berarti lagi. Aku tak ingin lagi menjadi pengganggunya, karena lebih dari apapun aku tak ingin membenci diriku sendiri lebih dari ini...,” ucap Ara yang kemudian wajahnya kembali menjadi sendu. Mahdi yang sudah hafal betul sifat gadis dihadapannya itu yang dapat dengan mudahnya berganti suasanan hati hanya mendengarkan perkataan dan cerita gadis itu, serta memberi nasehat sepenuhnya untuk gadis yang sudah di anggapnya seperti adiknya sendiri itu.

“Kenapa kamu harus membenci dirimu sendiri Ra....?” tanya Mahdi dengan nada lembut.

“Karena, karena aku telah menjadi gadis menjijikkan mas. Aku pernah mendengar bahwa temanku berpikiran bahwa aku adalah perusak hubungan orang karena aku selalu mengganggunya. Meskipun pada dasarnya aku sama sekali tidak tahu kapan tepatnya dia berbalikan dengan kekasihnya. Dan ketika aku menyadari perasaanku, aku membenci diriku sendiri karena ternyata aku mencintai seseorang yang sudah memiliki kekasih...,” jelas Ara.

“Ra, perasaan seseorang kepada orang lain itu fitrah. Dan kamu tidak bisa memilih kepada siapa pada akhirnya perasaanmu jatuh. Semua adalah kehendak Tuhan, jadi kenapa kamu harus membenci dirimu sendiri atas sesuatu yang memang bukan berada pada kuasamu?” ucap Mahdi yang tentu saja membuat Ara menatap lelaki itu atas penjelasannya. “Kita hanya manusia biasa Ra. Kita tidak bisa memilih untuk perasaan. Bukankah kamu juga tidak pernah minta untuk menjatuhkan perasaanmu kepadanya sebelumnya?” tanya Mahdi. Dan Ara pun mengangguk menanggapi pertanyaan Mahdi. “Kamu tidak salah dengan perasaanmu atasnya. Kamu menjadi salah jika kamu memaksakan perasaanmu terhadapnya dan melakukan segala hal untuk memilikinya, padahal belum tentu juga kan bahwa dia adalah takdir yang dibersamakan denganmu oleh Tuhan?”

“Hmm...kamu benar mas. Sebelum aku kehilangan ingatanku, aku telah melepaskannya. Aku belajar mengikhlaskannya dulu, sama seperti ketika Tuhan tidak mengabulkan inginku untuk bertemu denganmu saat itu. Namun, tiba-tiba Tuhan mempertemukan ku denganmu di saat aku benar-benar membutuhkanmu untuk merawatku pasca kecelakaan itu. Dari itu aku menjadi tahu bahwa Tuhan sebenarnya memberikan apa yang kita butuhkan dan bukan yang kita inginkan, right?”

 “Ya, kamu benar. Jika pada akhirnya dia adalah jodoh yang Tuhan gariskan untukmu, maka dia akan dikembalikan kepadamu. Namun jika tidak, maka Tuhan akan menggantikannya dengan yang lebih baik darinya. Kamu hanya perlu memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik saja agar Tuhan memantaskanmu dengannya. Dan yang ku lihat saat ini kamu sudah pada tahap itu, aku cukup bangga melihat penampilanmu yang seperti ini, jauh berbeda dengan kamu yang ku kenal dulu,”

“Ish..mestilah mas, dulu kan aku masih kecil, aku belum mengenal hijab dan juga yang lain-lainnya,” ucap Ara. Akhirnya mereka berdua pun akhirnya menikmati makan malam bersama dengan diiringi lagu All I Ask-nya Adele yang cukup menyentuh hati mereka. Namun, mereka merasa lega hari ini. Melepas segala yang terjadi diantara mereka. Melepas cerita lama yang memang harusnya terletak pada kenangan dan bukan menjadi penghalang bagi kehidupan di masa depan.

Dan hari ini Ara merasa mendapatkan dirinya yang baru. Ia melepaskan semua beban yang ditanggungnya. Setelah menceritakan pada sesosok lelaki yang adalah kakak angkatnya semasa ia kecil dulu.

“Aku hanya akan melepasmu. Jika kamu memang tercipta untukku, pada akhirnya Tuhan akan mempertemukanmu kembali denganku. Aku hanya akan tetap di tempat yang sama, menunggu di tempatku yang suci bersama dengan Tuhan dan memelukmu dengan do’a ketika aku merindukanmu,” batin Ara.

*****

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • diyaaaa

    Ceritanya bagus, menginspirasi.
    baca ceritaku juga ya,

    Comment on chapter Di Batas Rindu
Similar Tags
Innocence
62      8     0     
Romance
Cinta selalu punya jalannya sendiri untuk menetap pada hati sebagai rumah terakhirnya. Innocence. Tak ada yang salah dalam cinta.
Intuisi Revolusi Bumi
10      7     0     
Science Fiction
Kisah petualangan tiga peneliti muda
Bandung
300      66     0     
Fan Fiction
Aku benci perubahan, perubahan yang mereka lakukan. Perubahan yang membuat seolah-olah kami tak pernah saling mengenal sebelumnya - Kemala Rizkya Utami
Apakah kehidupan SMA-ku akan hancur hanya karena RomCom? [Volume 2]
14      6     0     
Romance
Di jilid dua kali ini, Kisaragi Yuuichi kembali dibuat repot oleh Sakuraba Aika, yaitu ia disuruh untuk bergabung dengan klub relawan yang selama ini ia anggap, bahwa melakukan hal seperti itu tidak ada untungnya. Karena godaan dan paksaan dari Sakuraba Aika terus menghantui pikirannya. Akhirnya ia pun terpaksa bergabung. Seiring ia menjadi anggota klub relawan. Masalah-masalah merepotkan pun d...
Iskanje
37      17     0     
Action
Dera adalah seorang mahasiswa pindahan dari Jakarta. Entah takdir atau kebetulan, ia beberapa kali bertemu dengan Arif, seorang Komandan Resimen Mahasiswa Kutara Manawa. Dera yang begitu mengagumi sosok lelaki yang berwibawa pada akhirnya jatuh cinta pada Arif. Ia pun menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Pada mulanya, ia masuk menwa untuk mencari sesuatu. Pencariannya menemui jalan buntu, tetapi ia...
Lentera
11      7     0     
Romance
Renata mengenal Dimas karena ketidaksengajaan. Kesepian yang dirasakan Renata akibat perceraian kedua orang tuanya membuat ia merasa nyaman dengan kehadiran lelaki itu. Dimas memberikan sebuah perasaan hangat dan mengisi tempat kosong dihatinya yang telah hilang akibat permasalahan kedua orang tuanya. Kedekatan yang terjalin diantara mereka lambat laun tanpa disadari telah membawa perasaan me...
Koude
21      10     0     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...
Secarik Puisi, Gadis Senja dan Arti Cinta
4      4     0     
Short Story
Sebuah kisah yang bermula dari suatu senja hingga menumbuhkan sebuah romansa. Seta dan Shabrina
Dari Sahabat Menjadi...
327      243     4     
Short Story
Sebuah cerita persahabatan dua orang yang akhirnya menjadi cinta❤
selamatkan rahma!
261      196     0     
Short Story
kisah lika liku conta pein dan rahma dan penyelamatan rahma dari musuh pein