Read More >>"> Jalan-jalan ke Majapahit (5. Kuda Sumbawa) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jalan-jalan ke Majapahit
MENU
About Us  

Setahun berlalu bagai bayang-bayang... [1293]

...

"Shin! Shinta!"

Rangga memercikkan sedikit air ke muka Shinta.

"Hujan! Genteng bocor!!!" Shinta membelalakkan kedua mata dan berdiri seketika meninggalkan kasurnya yang tidak empuk, lari mengambil baskom lalu meletakkannya di atas bantal bantatnya. Dia mendongak ke langit-langit tempat tidurnya, menunggu tetesan air itu jatuh ke baskomnya.

"Hahaha...! Di luar tidak hujan," ucap Rangga sambil memperlihatkan tangannya yang basah. "Kakak yang menciprati mukamu," jelasnya sambil tersenyum melihat perubahan ekspresi adiknya.

"Kakak... jail! Alay! Ngeselin!" Gerutu Shinta. Dia mengambil kembali baskom itu, lalu meletakkannya ke tempat semula.

Rangga menaikkan satu alisnya, dia tidak mengerti beberapa kata gerutuan Shinta, tapi dia sudah terbiasa, jadi dia tak lagi mempermasalahkannya.

"Kuda-kuda kita butuh makan Shin," ucapnya sebelum keluar dari bilik Shinta.

"Kuda liar cacingan! Makan banyak tapi tetep nggak gemuk-gemuk!" gerutunya.

"Bukan cacingan, kuda Sumbawa memang makan lebih banyak dari kuda biasa. Staminanya juga hebat!"

"Untuk apa kita memelihara kuda-kuda itu, Kak? Aku mulai bosan memegang sabit ini. Tanganku kapalan!"

Shinta sudah mulai terbiasa dengan kehidupan desanya. Dia bahkan sudah melupakan ponselnya, dan tak lagi terlalu merindukan kehidupan modernnya. Dia bahkan menyangka bahwa kehidupan modernnya mungkin hanyalah sebuah mimpi. Inilah dia yang nyata. Tapi walau bagaimanapun, dia tetap merindukan Mama, Papa dan Ella.

"Masih rahasia, Shin," jawab Rangga sambil tersenyum. "Rumput sebelah sana terlihat bagus, ayo kita serbu!" Rangga menunjuk ke arah bukit hijau.

Dengan dengusan kesal, Shinta mengikuti kakaknya membabat habis rumput hijau di bukit itu hingga tak menyisakan satu rumputpun. Bukit yang semula terlihat seperti rumah teletubies itu sekarang hanya terlihat seperti gundukan tanah coklat, tidak menarik sama sekali.

"Shinta... oh Shinta... kau terlihat sangat cantik mempesona dibanding kuda Sumbawa..." Lembu Sora, yang mengaku sebagai paman Shinta datang mengunjungi mereka yang tengah menuangkan rumput ke depan kuda sambil melantunkan sebuah syair yang... aneh. Mana ada wanita yang mau dibandingkan dengan kuda?

"Pantas sampai sekarang paman belum beristri!" gerutu Shinta tanpa mengalihkan perhatiannya dari kuda-kuda di hadapannya.

"Dibandingkan dengan gadis seluruh desapun Shinta tetap yang paling cantik, paman," dengus Rangga tak terima adiknya dibandingkan dengan kuda. "Apa kalian sudah menyiapkan perbekalan kita?" tanya Rangga. Dia memberi kode pada Shinta agar meninggalkan mereka berdua.

Shinta mengangguk setuju. Dia melangkah masuk ke dalam rumah, tapi dia berhenti di balik pintu. Dia menempelkan telinganya ke celah dinding kayu. Penasaran dengan apa yang direncanakan kakak dan pamannya dengan kuda-kuda itu.

"Raden Wijaya sudah menentukan hari penyerangan."

"... hampir selesai."

"... pasukan Mongol akan membantu kita. Jayakatwang pasti tak akan bisa menghalau serangan gabungan kita..."

"... dari segala sisi. ... Kau akan ditugaskan menggempur benteng timur..."

"Jagalah kesehatan. Inikah kuda-kuda itu?"

"Ya! Aku sudah mencobanya beberapa kali untuk mengelilingi gunung dan bukit-bukit terjal. Kuda-kuda ini sangat cepat dan kuat! Aku yakin kita bisa menang!"

"Tetap jaga rahasia. Aku akan segera kembali ke kediaman."

"Hati-hati."

Mereka berdua menyelesaikan percakapan itu. Shinta langsung lari ke dalam kamar, berpura-pura sibuk melipat kain apapun yang dijumpainya. Meski dia tidak bisa mendengar seluruh percakapan kakak dan pamannya karena suara ringkikan kuda, dia bisa menyimpulkan bahwa Majapahit berencana menyerang Kerajaan Kediri, karena mereka menyebutkan nama Jayakatwang, raja Kediri saat ini.

Tangan Shinta gemetar saat kakaknya datang memberitahu tentang air mandi yang sudah disiapkannya. Shinta takut Majapahit kalah, Shinta takut kakaknya gugur dalam penyerangan, Shinta takut kakaknya terluka atau cacat atau apapun akibat penyerangan itu. Shinta takut sesuatu yang buruk menimpa kakaknya. Shinta sangat menyayangi kakaknya lebih dari apapun di desa itu.

"Kakak!" Shinta berlari saat Rangga berbalik hendak meninggalkannya, lalu memeluk punggungnya dari belakang dan terisak di sana. Rangga terdiam.

"Kau menguping pembicaraan kami?" tebak Rangga tepat sasaran.

Shinta mengangguk masih dalam posisinya. Rangga tersenyum, lalu berbalik. Dia menatap adiknya yang kini sesenggukan. Menghapus air matanya. "Kau belum pernah melihatku bertarung kan? Kau tidak tahu kakakmu ini hebat kan? Jangan khawatir. Shin, kakak akan baik-baik saja."

"A-aku... huu... huuuuu... Kalau kakak pergi, siapa yang menyiapkan air mandi? Siapa yang mengambilkan buah naga? Huuu... hu-huuu..."

"Kakak janji akan pulang dengan selamat."

Rangga memeluknya, membiarkan bagian depan bajunya basah oleh air mata adiknya. Tangannya menepuk-nepuk pundak adiknya yang bergetar. Dia berusaha menenangkannya.

***

"Minumlah Kak," Shinta mengulurkan segelas cairan putih ke arahnya.

"Susu kuda lagi?" tanya Rangga dengan kedua alis terangkat tinggi. Beberapa hari ini adiknya memang sering mencekokinya dengan susu kuda yang diperas adiknya dari peliharaan mereka.

"Kak! Susu Kuda Liar Sumbawa banyak manfaatnya! Meningkatkan stamina! Meningkatkan nafsu makan! Dan berkhasiat sebagai obat juga!" Shinta mengulang kata-kata dari iklan radio yang pernah ia dengar di dunia modern.

Dengan sedikit ragu, Rangga tetap mau meminum dan menghabiskannya, hingga Shinta tersenyum lebar. Sebagai kakak yang baik, Rangga selalu tertular kebahagiaan adiknya. Dia selalu merasa bahagia saat melihat senyum Shinta. Sesederhana itulah kehidupannya.

"Ayah tidak dikasih?" Gerutu ayahnya yang duduk di hadapan mereka.

"Hehe... nanti saja kalau ayah sakit," ucap Shinta. Ayah dan Rangga berjengit mendengar ucapan Shinta. Mana mungkin seorang anak berani berkata begitu terang-terangan? Sungguh tidak sopan!

"Jadi, hari ini kalian berangkat?" tanya ayahnya saat Shinta membantu Rangga membungkus perbekalan, dan mengikatnya.

Rangga mengangguk. Dia memeriksa pedangnya sebelum memasukkannya ke dalam sarung, lalu mengikatnya ke pinggang.

"Arya! Pasukan Raden Wijaya datang!" seru seseorang dari luar rumah mereka.

"Mari kita sambut pasukan Majapahit," ajak ayahnya.

Mereka bertiga memberi salam di depan rumah, lalu mengundang masuk Raden Wijaya.

"Kami menyiapkan 27 kuda Sumbawa untuk kendaraan perang," ucap Rangga sopan.

"Kuda Sumbawa? Kau mendatangkannya dari Sumbawa, Arya?" tanya Raden Wijaya sedikit terkejut mendengar penuturan sahabat baiknya.

"Ya, kami mendatangkannya langsung dari Sumbawa," jawab Rangga.

"Kuda itu makannya banyak! Tapi sangat kuat!" tambah Shinta semangat. Rangga melirik adiknya dengan lirikan kesal. Tapi Raden Wijaya tertawa mendengar penuturan adiknya.

"Benarkah?"

"Ya! Lihat Raden, tanganku dan tangan kakak kapalan karena harus tiap hari membabat rumput di bukit-bukit samping Sidoarjo!"

"Hahaha... Kalian sungguh bekerja keras! Saya bangga berteman dengan kalian."

Mereka pergi setelah menentukan kepemilikan pada kuda-kuda Sumbawa yang telah dipelihara Shinta selama ini. Shinta berusaha keras menahan air matanya, melihat kakaknya mengikat perbekalan ke kuda yang akan dipakainya. Dia terus memanjatkan doa untuk keselamatan kakaknya.

Aku tak peduli dengan yang lain atau kuda-kuda itu... hanya Kakak... Tuhan... selamatkanlah Kakak... Pandangan Shinta mulai blur. Dia menatap punggung-punggung tegak di atas kuda itu menjauh dan menghilang tertelan bukit hijau.

"Anakku... huu... huuu..." seorang ibu yang tadinya berdiri tegak di depan rumah, kini terjatuh, terduduk di tanah sambil menangis tersedu-sedu memukuli tanah disampingnya. Beberapa lainnya menutupi muka mereka sambil sesenggukan, dan beberapa langsung masuk ke rumah.

Shinta melihat seluruh warga desa tengah bersedih. Mereka hanya bisa menanti sambil mendoakan para pejuang.

Bahkan anak kecil ikut terisak sambil memeluk ibunya. Remaja-remaja menutupi muka mereka yang memerah. Mungkin kekasih mereka ikut dalam perang.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • amandanurmala

    Kocak

    Comment on chapter 2. Sejarah yang membosankan
Similar Tags
Annyeong Jimin
601      272     0     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin
Pangeran Benawa
414      190     0     
Fan Fiction
Kisah fiksi Pangeran Benawa bermula dari usaha Raden Trenggana dalam menaklukkan bekas bawahan Majapahit ,dari Tuban hingga Blambangan, dan berhadapan dengan Pangeran Parikesit dan Raden Gagak Panji beserta keluarganya. Sementara itu, para bangsawan Demak dan Jipang saling mendahului dalam klaim sebagai ahli waris tahta yang ditinggalkan Raden Yunus. Pangeran Benawa memasuki hingar bingar d...
My Secret Wedding
53      37     0     
Romance
Pernikahan yang berakhir bahagia adalah impian semua orang. Tetapi kali ini berbeda dengan pernikahan Nanda dan Endi. Nanda, gadis berusia 18 tahun, baru saja menyelesaikan sekolah menengah atasnya. Sedangkan Endi, mahasiswa angkatan terakhir yang tak kunjung lulus karena jurusan yang ia tempuh tidak sesuai dengan nuraninya. Kedua nya sepakat memutuskan menikah sesuai perjodohan orang tua. Masin...
Sekretaris Kelas VS Atlet Basket
391      206     0     
Humor
Amira dan Gilang yang menyandang peran werewolf dan vampir di kelas 11 IPA 5 adalah ikon yang dibangga-banggakan kelasnya. Kelas yang murid-muridnya tidak jauh dari kata songong. Tidak, mereka tidak bodoh. Tetapi kreatif dengan cara mereka sendiri. Amira, Sekretaris kelas yang sering sibuk itu ternyata bodoh dalam urusan olahraga. Demi mendapatkan nilai B, ia rela melakukan apa saja. Dan entah...
No Escape
11      11     0     
Short Story
They're trapped. They're scared. In the middle of nowhere, Cassie slowly learn how to survive, without water, without nothing. No, she's not the only one. A group of 20 people woke up in a remote island. They must work together to find not only an escape, but their lost memories as well. That, or they perish on a desolate island.
My Brother Falling in Love
951      510     0     
Fan Fiction
Pernah terlintas berjuang untuk pura-pura tidak mengenal orang yang kita suka? Drama. Sis Kae berani ambil peran demi menyenangkan orang yang disukainya. Menjadi pihak yang selalu mengalah dalam diam dan tak berani mengungkapkan. Gadis yang selalu ceria mendadak merubah banyak warna dihidupnya setelah pindah ke Seoul dan bertemu kembali dengan Xiumin, penuh dengan kasus teror disekolah dan te...
Reason
8      8     0     
Romance
Febriani Alana Putri, Perempuan ceria yang penuh semangat. Banyak orang yang ingin dekat dengannya karena sikapnya itu, apalagi dengan wajah cantik yang dimilikinya menjadikannya salah satu Perempuan paling diincar seantero SMA Angkasa. Dia bukanlah perempuan polos yang belum pernah pacaran, tetapi sampai saat ini ia masih belum pernah menemukan seseorang yang berhasil membuatnya tertantang. Hing...
Aku dan Dunia
11      11     0     
Short Story
Apakah kamu tau benda semacam roller coaster? jika kamu bisa mendefinisikan perasaan macam apa yang aku alami. Mungkin roller coaster perumpamaan yang tepat. Aku bisa menebak bahwa didepan sana ketinggian menungguku untuk ku lintasi, aku bahkan sangat mudah menebak bahwa didepan sana juga aku akan melawan arus angin. Tetapi daripada semua itu, aku tidak bisa menebak bagaimana seharusnya sikapku m...
Enigma
50      42     0     
Inspirational
Katanya, usaha tak pernah mengkhianati hasil. Katanya, setiap keberhasilan pasti melewati proses panjang. Katanya, pencapaian itu tak ada yang instant. Katanya, kesuksesan itu tak tampak dalam sekejap mata. Semua hanya karena katanya. Kata dia, kata mereka. Sebab karena katanya juga, Albina tak percaya bahwa sesulit apa pun langkah yang ia tapaki, sesukar apa jalan yang ia lewati, seterjal apa...
Kamu&Dia
13      13     0     
Short Story
Ku kira judul kisahnya adalah aku dan kamu, tapi nyatanya adalah kamu dan dia.