Read More >>"> My Universe 1 (Pandang) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - My Universe 1
MENU
About Us  

#1 Pandang...

 

Pagi yang cerah dengan matahari yang bersinar hangat, seorang gadis berjalan di sebuah gang kecil dengan menenteng sebuah tas netbook kecil di tangan kanannya. Sepasang headset menempel kuat di telinganya dan sebuah lagu death metal dimainkan, dengan tenang ia berjalan sambil menganngguk-anggukan kepalanya pelan menikmati lagu yang tengah ia putar.

“Bintang..” terdengar samar suara seseorang dari jauh memanggilnya sambil melambai-lambai, gadis itu menoleh dan berhenti berjalan, ia tersenyum dan melambaikan tangannya.

“hei..“ balasnya.

“aku memanggilmu dari tadi...” gadis itu merengut kesal.

“eehh..? masa? mm.. maaf..” Bintang mengelus pundak temannya itu.

“itu suara di headset nya terlalu kencang, pelankan sedikiiit...” gadis itu melepas paksa benda yang menempel di telinganya itu.

”adududuhh... Meegg..” Bintang meringis dan cemberut.

“hmm bawa netbook nih, berarti ada tugas yaaa..” Mega menganalisis teman satunya itu.

“hahahaaa.. iya, presentasi niih...” Bintang terkekeh.

“semangat yaa...” Mega memberikan senyumannya.

“iyaa sayang...” Bintang mengelus kepala Mega dengan lembut, dia tersenyum dan memegang tangan Mega lalu berjalam bersama-sama.

“oya Meg, nanti antar aku ke toko buku ya..” pinta Bintang.

“memang mau beli buku apa?” tanya Mega.

“buku rekomendasi dosen nih.. hmm.. baru aja masuk udah banyak pengeluaran buat beli buku.. duh, tekor deh..” Bintang cemberut.

“hihihihii..” Mega tertawa dan mengelus pundak Bintang “biasa, awal semester memang begitu..”

Kelas dimulai pukul 9 pagi dan Bintang bersiap untuk presentasinya yang pertama untuk semester ini. Kelas yang ramai dan riuh oleh anak-anak mulai membuat ia gugup, padahal ia sudah biasa presentasi. Mungkin karena presentasi kali ini untuk mata kuliah favoritnya dengan dosen yang ia kagumi.

Dosen masuk dan mengucapkan salam dengan ramah, “selamat pagi..”

“Pagi pak...” anak-anak serempak menjawab.

“sudah siap untuk kuliah pagi ini..?” tanya sang dosen,  terlihat sangat ramah dan energic.

“siap pak,...” Bintang menjawab dengan semangat “ya baik, selamat pagi temen-temen, mohon perhatiannya ya, presentasi akan segera dimulai...” Bintang tersenyum dan mulai untuk presentasinya yang luar biasa hari ini. Ia telah berlatih semalam dan menghafal materinya dengan sungguh-sungguh.

Presentasi untuk hari ini berjalan lancar meski ada beberapa hambatan dari pengkondisian mahasiswa yang kurang kondusif karena berebut pertanyaan dan jawaban, yah.. mahasiswa para pencari perhatian dan nilai A dari dosen. Alhasil suasana kelas menjadi sedikit kisruh dan sedikit tidak terarah.

*

Senja duduk di atas kursi di rooftop rumahnya, ia mengolah kata-katanya dengan semangat. Sebuah cerita yang berjudul “Tears Of Words” baru saja selesai ia tulis, ia tersenyum dan meregangkan tubuhnya, secangkir expresso panas diantarkan oleh seorang gadis manis berambut panjang yang menghampirinya.

“a.. ini expresso-nya“ katanya sembari menyimpan cangkir itu diatas meja kecil disamping kursi tempatnya duduk bersila menopang laptopnya.

“makasih de..” Senja tersenyum, ia menyimpan cerita itu di draft-nya, dan memulai cerita barunya di word yang baru.

“a..” gadis bernama Embun itu duduk di samping Senja yang sibuk mengotak-atik laptopnya.

“Hmm? Kenapa de..?” Senja berhenti bermesraan dengan laptopnya itu sejenak menoleh pada gadis cantik, adiknya itu.

“a, besok ade mau ke Patenggang Ciwidey sama temen-temen.. aa ikut yaa..” ajak Embun.

“besok..? mm.. boleh deh.. besok aa ga ada tugas, mumpung masih senggang..” gumamnya, tidak apa-apa sekali-kali ngasuh adik satu-satunya, itung-itung refreshing sebelum lanjutin kuliah pikirnya.

“beneran a..?” Embun sumringah, Senja hanya mengangguk meski dengan sedikit ragu mengingat tingkah laku adik angkatnya yang agak mengkhawatirkan itu.

“tapi..” Senja mengambil secangkir expresso ­yang dibawakan Embun tadi dan meminumnya perlahan.

“tapi... apa a..?” Embun segera sigap.

“jangan macam-macam.. aa ga mau ade celaka..” katanya.

“hmm.. iya atuh a.. itu mah pasti..” Embun nyengir dan meminum minuman yang ia bawa bersama expresso untuk Senja tadi.

*

Alarm handphone Bintang berbunyi nyaring dan menggema di kamar kost yang sempit itu, dengan sigap tangannya mematikan alarm yang berkoar-koar itu dan seketika itu pula suaranya berhenti, selimut tebal itu kembali membungkus tubuh mungilnya yang tak berdaya.

Ringtone Sony Ericsson bergema setelah beberapa saat suara alarm kalah oleh tangan lincah Bintang yang terlatih mematikan alarm, tertulis nama ‘Mega’ di layar hand phone-nya

“Duuuh... apaan sih Meg, pagi-pagi udah nelpon ajaaa...?” gumam Bintang, ia menatap nama di layar itu cukup lama, hingga beberapa kali Mega memanggilnya. Bintang cemberut, layarnya sudah menunjukkan bahwa Mega telah menelponnya tiga kali, dan berdering kembali untuk ke empat kalinya, Bintang menerima telponnya.

“ya hallo Meg..?” jawabnya.

“kenapa baru diangkat Biiii...?” suara di seberang terdengar kesal “aku mau minta tolong niih...”

“kenapa Meg...?” Bintang menjawabnya dengan santai karena masih mengantuk dan nyawanya masih terpisah-pisah di alam mimpinya.

“temenin ke Ciwidey yaa.. ada tugas dari bu Rika niih.. tugas observasi ke Ciwidey harus hari ini.. kamu ga ada kuliah kan hari ini mah..?” tanya Mega dengan logat sunda yang cukup kental.

“mmm... iya Meg.. mau jam berapa..?” Tanya Bintang.

“ntar jam 8an yaa..” suara di seberang terdengar berbeda dari yang awal “maaf yaa ganggu kamu Biii... aku baru dapet kabar tugas barusan banget, jadi aku juga kaget sebenernya mah...”

“iyaa.. gapapa Mega sayaaaangg..” Bintang menguap dan menutup telponnya “daaahhh...”

“makas...” suara Mega menghilang, Bintang mematikan handphone nya dan tidur kembali.

“oke Bintang.. sekarang kau bisa tidur lagi!” gumamnya, ia menarik selimut dan mengambil posisi ternyaman untuk meneruskan mimpinya yang sempat terpotong.

*

Sebuah laptop berada diatas pangkuan Mega, ia mengotak-atik benda iu hampir selama perjalanan Bandung-Soreang-Ciwidey.

“Meg.. ini kita mau kemananya..?” tanya Bintang, ia menyetir mobil dengan perlahan dan hati-hati. Ini kali perama ia menyetir mobil hingga sejauh ini.

“hmm...? situ Patenggang Bi..” jawabnya masih sibuk dengan laptopnya yang setia.

Mobil mulai memasuki daerah Ciwidey dan udara mulai mendingin. Mega yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya berbalik mencari jaket di kursi belakang.

“kita mau main ya...?” tanya Bintang.

“aahh, ga kok.. kebetulan dosennya lagi disana kata Bu Arin juga...” jawab Mega sambil memperlihatkan layar smartphone nya.

“hmm.. oke lah..” Bintang membuang napasnya pelan, ia mengecilkan AC mobilnya karena mulai merasakan suhu dingin Ciwidey di kulitnya yang kuning langsat itu.

*

Jarum jam di tangan Bintang sudah menunjuk pada angka 2, ia duduk di sebuah kursi di dekat tempat makan besar dimana Mega tengah menjalankan tugas kuliah dari bu Arin di dalam sana.

Sepasang headset selalu setia menemani gadis yang senang dengan gaya rambut kucir kuda itu dalam banyak moment, ia asyik dengan dunianya dan menggeser-geser kursor handphone nya, bermain game kesukaannya. Sebuah kebiasaan yang memang sudah mendarah daging pada gadis satu ini.

Seorang gadis tergeletak di depan tempat duduk Bintang.

Beberapa detik matanya meyakinkan penglihatannya, sontak ia menghentikan game dan melepas headset dari telinganya lalu bersimpuh menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu supaya sadar. Gadis itu hanya mengerjap-ngerjapkan matanya lemas, terlihat sebuah luka memar di pipi kiri gadis berambut panjang itu.

“Aduh..” Bintang kebingungan, ia melirik kanan kirinya tak ada seorangpun yang lewat. Pada akhirnya ia memapah gadis itu dan mendudukkannya di kursi.

“duh teh, kenapa ini,,,?” tanyanya dengan menahan tubuh gadis itu supaya tidak goyah.

aa..” gumamnya dengan mata yang masih menegrjap lemah.

aa..? aa siapa..?” tanyanya lagi.

“a Senja..” suaranya terdengar lemas, namun sepertinya ia mulai mendapatkan sedikit kesadarannya kembali.

“iya, a Senja gimana teh...?” tanya Bintang, ia menyandarkan tubuh gadis itu di dinding sembari mengusap-usap punggungnya. Gadis itu tiba-tiba pingsan di pelukan Bintang “duh..” Bintang meninggalkan gadis itu tergeletak dan mencari bantuan, ia menuju ruang informasi dan menanyakan beberapa hal. Tak lama kemudian pengeras suara menyebutkan ciri-ciri yang disebutkan oleh Bintang beberapa kali, kemudian ia kembali ke tempat tadi bersama beberapa orang laki-laki dan membawa gadis itu ke ruangan pelayanan.

*

Untuk kesekian kalinya Senja menelpon adik tirinya itu dan sekian kalinya pula ia tak mendapati jawaban darinya, hatinya mulai gelisah. Beberapa waktu lalu Embun adiknya itu meminta izin untuk pergi bersama beberapa temannya ke kebun teh, namun sudah lebih dari setengah jam mereka belum juga kembali.

“Duh, Bun.. dimana sih..?” gumamnya sembari menempelkan handphone di telinganya, nada sambung terdengar beberapa kali hingga akhirnya seseorang dari seberang menjawabnya.

“Hallo..?” ucapnya dengan logat sunda yang kental.

“Hallo Bun...” Senja segera merespon suara yang ada di seberang. Eh.. bukan Embun, bukankah itu suara laki-laki...? pikir Senja.

“maaf kang, saya nemu hape ini deket restoran” jawabnya.

“iya kang, maaf yang punya nya mana ya..?” tanya Senja.

“gak tau kang, tapi barusan ada orang yang digotong ke ruang pelayan.. eh tapi gak tau..” katanya.

Tanpa ba-bi-bu Senja berlari ke restoran dan mencari sosok adiknya itu.

*

 “..AWWW” Bintang mengaduh

“aduh maaf teh..” ia bangkit dan mengulurkan tanganya sambil terengah-engah dan wajah yang memerah.

Bintang menatap sosok laki-laki yang menyodorkan tangan padanya itu, ia terenyak, jantungnya terasa jelas berdebar di benaknya, ia terdiam.

teh..?” Senja memanggilnya untuk kedua kalinya masih dengan uluran tangannya.

Bintang tersadar, ia menggeleng-gelengkan kepala pelan menyadarkan dirinya. Ia menyambut tangan Senja dan bangkit.

Nuhun kang..” katanya. (Terima kasih)

“iya” jawabnya, segera Senja bertanya “teteh tau ruang pelayanan dimana..?”

“disini..” Bintang menunjuk sebuah pintu yang ada di sampingnya.

nuhun teh..” segera ia berlalu dari hadapan Bintang masuk ke dalam ruangan itu.

Bintang terdiam, sebuah tanya muncul dari lubuk hatinya. Siapa dia..? kenapa dengan hatiku..? ia membuang nafasnya pelan dan pergi kembali ke tempat duduknya tadi menunggu Mega.

“Hey..” suara Mega menyadarkan Bintang “kenapa bengong sambil jalan gitu? Serem tau.. hayu pulang..” ajaknya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 1 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A Slice of Love
6      6     0     
Romance
Kanaya.Pelayan cafe yang lihai dalam membuat cake,dengan kesederhanaannya berhasil merebut hati seorang pelanggan kue.Banyu Pradipta,seorang yang entah bagaimana bisa memiliki rasa pada gadis itu.
ONE SIDED LOVE
17      13     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Kulacino
5      5     0     
Romance
[On Going!] Kulacino berasal dari bahasa Italia, yang memiliki arti bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah. Aku suka sekali mendengar kata ini. Terasa klasik dan sarat akan sebuah makna. Sebuah makna klasik yang begitu manusiawi. Tentang perasaan yang masih terasa penuh walaupun sebenarnya sudah meluruh. Tentang luka yang mungkin timbul karena bahagia yang berpura-pura, atau bis...
Please stay in my tomorrows.
6      6     0     
Short Story
Apabila saya membeberkan semua tentang saya sebagai cerita pengantar tidur, apakah kamu masih ada di sini keesokan paginya?
My Halloween Girl
6      6     0     
Short Story
Tubuh Kevan bergetar hebat. Ia frustasi dan menangis sejadi-jadinya. Ia ingat akan semalam. Mimpi gila itu membuatnya menggila. Mimpi itu yang mengantarkan Kevan pada penyesalan. Ia bertemu dengan Keisya dimimpi itu. “Kev, kau tahu? Cintaku sama besarnya denganmu. Dan aku tak akan membencimu,”. Itu adalah kata-kata terakhir Keisya dimimpinya. Keisya tak marah dengannya. Tak membencinya. Da...
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
249      123     0     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Sosok Ayah
4      4     0     
Short Story
Luisa sayang Ayah. Tapi kenapa Ayah seakan-akan tidak mengindahkan keberadaanku? Ayah, cobalah bicara dan menatap Luisa. (Cerpen)
Simplicity
214      103     0     
Fan Fiction
Hwang Sinb adalah siswi pindahan dan harus bertahanan di sekolah barunya yang dipenuhi dengan herarki dan tingkatan sesuai kedudukan keluarga mereka. Menghadapi begitu banyak orang asing yang membuatnya nampak tak sederhana seperti hidupnya dulu.
Sakura di Bulan Juni (Complete)
107      61     0     
Romance
Margareta Auristlela Lisham Aku mencintainya, tapi dia menutup mata dan hatinya untukku.Aku memilih untuk melepaskannya dan menemukan cinta yang baru pada seseorang yang tak pernah beranjak pergi dariku barang hanya sekalipun.Seseorang yang masih saja mau bertahan bersamaku meski kesakitan selalu ku berikan untuknya.Namun kemudian seseorang dimasa laluku datang kembali dan mencipta dilemma di h...
Dieb der Demokratie
0      0     0     
Action
"Keadilan dan kebebasan, merupakan panji-panji dari para rakyat dalam menuntut keadilan. Kaum Monarki elit yang semakin berkuasa kian menginjak-injak rakyat, membuat rakyat melawan kaum monarki dengan berbagai cara, mulai dari pergerakkan massa, hingga pembangunan partai oposisi. Kisah ini, dimulai dari suara tuntutan hati rakyat, yang dibalas dengan tangan dingin dari monarki. Aku tak tahu...