Read More >>"> Bandung (28) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bandung
MENU
About Us  

"La maaf, kayanya kita harus putus. Maaf la"

Satu detik

Dua detik

"Laaa kemala?"

"Eh iya iya ham. Ohiya, makasih buat semuanya"

"Maaf laaa"

"I--iya ham gaapaapa. Aku yang salah"

"Engga engga, aku yang salah la. Maaf laa"

"Iya gaapaapa ham"

"Yaudah, semoga kamu bisa dapet yang lebih dari aku ya la" gaada ham gaada

"Bye la"

Irham mematikan hubungannya. Dia memutuskanku. Mamah apa ini? Perasaan apa ini? Kenapa sakit mah?

Jatuh hatiku yang pertama
Sempat buatku terluka

Lagu Keduakalinya terus berputar dari ponselku, bersama dengan ucapan Irham yang terus terngiang. Rasanya begitu sakit. Sakit sekali. Aku tak mengerti, apa ada sikapku yang salah? Dia yang memulai dan dia juga yang mengakhiri. Irham ya Irham mengakhiri semua ini. Irham adalah laki-laki pertama yang menyatakan rasa sukanya padaku, membuatku merasa istimewa, membuatku terlihat begitu berarti baginya. Tapi sekarang, dia juga yang pertama kali memutuskan rasa ini, mematahkan rasa ini. Rasa yang pernah berbunga-bunga, sekarang menjadi rasa sakit yang tak bisa dijelaskan. Dia sekarang membuatku terasa sangat payah, terasa sangat bodoh.

Air mataku tak bisa kutahan. Luka ini begitu sakit, padahal tidak berdarah bukan? Memang terkadang luka yang sakit itu luka yang tidak berdarah.

Irhammmm

Irhammmm

Irhammmm

Aku meneriaki namanya dalam hatiku, rasanya begitu sakit. Seperti ditusuk oleh beribu-ribu pedang yang ujungnya dipanaskan. Sangat sakit bukan? Apakah Irham tidak memikirkan perasaanku? Apakah dia memang begini? Ah aku salah menilai dia.

"Teh buka pintunya, mau kue ga?" tanya Kaila dari luar pintu

"Eng-ga de, sok aja"

Bahkan aku mengabaikan kue kesukaanku yang Kaila tawarkan garagara hal ini. Hal kecil yang begitu membuatku bodoh. Menangisi suatu hal yang tidak perlu ditangisi. Menangisi orang yang jelas-jelas tak layak ditangisi.

Tapi aku tak boleh menangis seperti ini, you must move on la!

----

Hari ini hari bebas disekolah, remedial telah selesai. Namun aku harus tetap ke sekolah, karena takutnya ada pengumuman untuk pembagian raport. Walaupun sebenarnya aku malas, malas se malas malasnya, aku malas bertemu dia apalagi dengan mata yang sembab seperti ini.

"Assalamualaikum mah" aku salam pada mamah dan pamit pergi diantar bapak. Aku menutup telingaku dengan headset dan memilih radio yang siap memutar lagu-lagu semangat pagi hari.

This is my last night with you
Hold me like i'm more than just a friend
Give a memory i can use

Damn! Aku salah, lagu yang diputar di salah satu stasiun radio malah lagu galau dan itu All I Ask. Kesedihanku bertambah, aku tak kuat ingin menangis namun waktunya tak pas untuk saat ini, aku harus menahannya sampai bertemu Ica dan bisa memeluknya menumpahkan rasa sakit ini.

"Udah sampe teh" ujar bapak

"Iya pa, Assalamualaikum" aku salam dan melangkah masuk menuju gerbang, aku berlari dan langsung mencari Ica

"Ica mana vir?" tanyaku pada Vira

"Ke ruang osis tadi la"

"Ohiya makasih" aku langsung menyimpan tas di kelas dan lari menuju ruang OSIS untuk menemui Ica

"Icaaaaaaaaa" aku langsung memeluknya dan menangis dipelukan Ica, bodo amat dengan tatapan aneh teman OSIS lainnya, yang penting aku bisa mengeluarkan kekesalanku dengan menangis. Cengeng emang.

"Cupcup udah la udah sabarrr laa sabarrr" Ica menepuk-nepuk pundakku dan berusaha menenangkanku

"Laa ada Irham lewat, tadi dia liat ke sini" bisik Ica. Aku langsung mengusap air mataku dan merapihkan penampilanku yang kusut dan acak-acakan, aku tak mau terlihat menyedihkan di depan Irham, aku tak boleh seperti itu, karena jika Irham melihatnya ia malah senang pasti dipikirannya terlintas "wah dia nangisin gue, berarti gue hebat bisa bikin dia susah move on"

"Laaa are you okay?" tanya Afka yang baru datang

"Tadi kemala nangis ka" jawab Caca, aisshhh dasar emang si Caca gapengertian amat

"Nangis? Kenapa?" tanyanya penasaran dan langsung menghampiriku

"Engga engga ham gaapaapa. Hayu ca ke air" aku menarik Ica keluar dan menghiraukan tatapan bingung Afka

"Dia asli mutusin kamu la?" Tanya Ica saat kami di air

"Iyaa caa" aku tersenyum so tegar setelah membasuh muka agar tidak terlalu kelihatan habis nangis

"Dasar cowo ya emang, mereka tuh egois tau ga, benci akuuuuu" rutuk Ica kesal

"Udah ah, kekelas aja ya jangan ke ruang osis males ditanya tanya aku" bujukku

"Iyaa tapi kamu duluan, aku ngambil tas dulu di ruang osis"

"Sip" kami berpisah didepan tangga. Aku menuju kelas sedangkan Ica menuju ruang OSIS.

Aku berjalan menunduk karena ingin menutupi mukaku yang terlihat tidak baik. Aku melewati kelas Irham dan pertemuan pertama kami juga didepan kelas Irham, tibatiba aku teringat kembali kejadian itu. Aku mempercepat langkahku apalagi saat aku mendengar suara Irham yang sedang ramai bermain PS dikelasnya.

"Laaaa" suara ituuu

Aku menoleh ke arah sumber suara yang tak asing.

"Iya ham?" tanyaku so ceria

"Habis nangis ya? Jangan nangis dong la, aku tuh gapantes buat ditangisin" iya emang gapantes ham gapantes bangettt

"Engga ko bukan karena kamu ham geerlah haha" jawaku penuh kebohongan

"Ohhiya syukurlahh, maaf yaa. Ini aku ada coklat buat kamu laa" apa maksud ngasih coklat ham apa maksud Ya Allah

"Engga makasih. Kasih aja ke dila ham." Ingin sekali aku menjawab seperti itu, tapi enggalah jangan la jangan

"Engga ah lagi sakit gigi, aku duluan ya ham" aku berbalik dan semakin mempercepat langkahku

Sesampai dikelas, tak lama dari itu Rio muncul dari pintu dengan membawa setumpukan kertas buram berisi informasi mengenai pembagian raport untuk orang tua.

"Kasih ke orang tua ya, jangan dijadiin kapal kapalan atau bungkus gorengan" Rio memperingatkan kebiasaan buruk sebagian dari kami

"Sip om" Zian mengacungkan jempolnya

"Boleh pulang ga ham?" tanya Mila

"Boleh boleh, cuma anggota OSIS katanya kumpul dulu" jawab Rio

Hffttt...
Aku memasukan selebaran kertas itu ke dalam tas dan melangkah menuju ruang OSIS tercinta bersama Ica.

"Laaa sini dulu" Afka menarik tasku

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Intuisi Revolusi Bumi
10      7     0     
Science Fiction
Kisah petualangan tiga peneliti muda
ADITYA DAN RA
223      54     0     
Fan Fiction
jika semua orang dapat hidup setara, mungkin dinamika yang mengatasnamakan perselisihan tidak akan mungkin pernah terjadi. Dira, Adit, Marvin, Dita Mulailah lihat sahabatmu. Apakah kalian sama? Apakah tingkat kecerdasan kalian sama? Apakah dunia kalian sama? Apakah kebutuhan kalian sama? Apakah waktu lenggang kalian sama? Atau krisis ekonomi kalian sama? Tentu tidak...
Selfless Love
45      24     0     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.
Silver Dream
75      9     0     
Romance
Mimpi. Salah satu tujuan utama dalam hidup. Pencapaian terbesar dalam hidup. Kebahagiaan tiada tara apabila mimpi tercapai. Namun mimpi tak dapat tergapai dengan mudah. Awal dari mimpi adalah harapan. Harapan mendorong perbuatan. Dan suksesnya perbuatan membutuhkan dukungan. Tapi apa jadinya jika keluarga kita tak mendukung mimpi kita? Jooliet Maharani mengalaminya. Keluarga kecil gadis...
Story of Love
6      5     0     
Romance
Setiap orang memiliki kisah cintanya masing-masing. Ada perjalanan cinta yang sepahit kopi tanpa gula, pun ada perjalanan cinta yang semanis gula aren. Intinya sama, mereka punya kisah cintanya sendiri. Kalian pun akan mendapatkan kisah cinta kalian sendiri. Seperti Diran yang sudah beberapa kali jatuh tempo untuk memiliki kisah cintanya
CAMERA : Captured in A Photo
12      6     0     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
When Heartbreak
34      11     0     
Romance
Sebuah rasa dariku. Yang tak pernah hilang untukmu. Menyatu dengan jiwa dan imajinasiku. Ah, imajinasi. Aku menyukainya. Karenanya aku akan selalu bisa bersamamu kapanpun aku mau. Teruntukmu sahabat kecilku. Yang aku harap menjadi sahabat hidupku.
Stay With Me
6      6     0     
Romance
Namanya Vania, Vania Durstell tepatnya. Ia hidup bersama keluarga yang berkecukupan, sangat berkecukupan. Vania, dia sorang siswi sekolah akhir di SMA Cakra, namun sangat disayangkan, Vania sangat suka dengan yang berbau Bk dan hukumuman, jika siswa lain menjauhinya maka, ia akan mendekat. Vania, dia memiliki seribu misteri dalam hidupnya, memiliki lika-liku hidup yang tak akan tertebak. Awal...
Dinding Kardus
110      30     0     
Inspirational
Kalian tau rasanya hidup di dalam rumah yang terbuat dari susunan kardus? Dengan ukuran tak lebih dari 3 x 3 meter. Kalian tau rasanya makan ikan asin yang sudah basi? Jika belum, mari kuceritakan.
Tuhan, Inikah Cita-Citaku ?
25      9     0     
Inspirational
Kadang kita bingung menghadapi hidup ini, bukan karena banyak masalah saja, namun lebih dari itu sebenarnya apa tujuan Tuhan membuat semua ini ?