Read More >>"> Renafkar (Aku benci Tiya!!) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Renafkar
MENU
About Us  

Badmood

               Suara kicauan burung mulai terdengar di Minggu pagi ini. Nyanyian merdunya bahkan terdengar hingga kamar Rena.

               Dian, bunda Rena, sudah membuka tirai jendela kamar Rena, agar Rena segera bangun. Namun, Rena masih terlihat sangat nyaman dengan tidurnya dan sama sekali tidak terganggu dengan silau mentari pagi.

               Alhasil, Dian jadi tidak tega membangunkan anak gadisnya, karena beliau tahu kemarin Rena pulang terlalu malam. Akhirnya, beliau keluar dari kamar Rena, dan membiarkan Rena bangun sesukanya.

               Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ponsel Rena berdering menandakan ada telfon masuk. Karena nada dering yang Rena atur terlalu keras, maka dari itu Rena kaget dan seketika bangun dari tidurnya. Dengan cepat Rena mengambil ponsel miliknya dan segera melihat siapa yang menelfonnya pagi-pagi.

               Anta? Ngapain sih nelfon pagi-pagi? Ganggu orang istirahat aja, batinnya kesal.

               “Iya halo? Kenapa ta?” Sambil menempelkan ponselnya ke telinga dan menjawab telfon dengan suara yang lirih.

               “Ren, gue hari ini nginep di rumah lo ya sampai besok? Bokap dan Nyokap gue lagi ke luar kota nih tiga hari. Besok sore mereka baru pulang, dan gue sendirian di rumah, adik gue juga lagi tour tahun ini, pulangnya dua hari lagi. Pliss ya Renn, gue mohon izinin gue nginep di rumah lo ya? Sekalian deh ngerjain tugas bareng-bareng, ya?” rengek Anta tanpa menjeda kalimatnya sekalipun.

               “Tapi cuma sampai besok doang kan? Nggak bakal ditambah kan jadwal nginepnya?” tanya Rena.

               “Nggak kok, nggak akan gue tambah. Serius cuma sampek besok sore doang. Pliss!!” rengek lagi Anta.

               “Hmm, yaudah iya. Kapan lo kesini?” tanya Rena mengizinkan.

               “Gue udah ada di depan rumah lo.” ucap Anta

               “Whattt ?” pekik Rena seketika.

               Dengan gelagapan, Rena segera bangun dan mengucir rambut sekenanya. Ia pun membuka jendela kamar dan melongok ke bawah.

               “Buset, tuh anak,” gumam Rena tak percaya.

               “Hai Rena! Selamat pagi,” teriak Anta melambaikan tangannya.

               Rena pun menghela napas panjang dan mengacungkan jempolnya ke arah Anta yang nyengir lebar. Kemudian, Rena berlari keluar kamar dan menuruni tangga untuk membukakan pagar rumahnya.

               “Dek, baru bangun?” tanya Dony ketika melihat Rena yang baru saja turun.

               Rena hanya mengangguk lemah.

               “Mau kemana kamu? Mata masih belekan udah mau jalan-jalan.” tanya Dony.

               Seketika kesadaran Rena terkumpul kembali.        “Enak aja. Aku mau bukain pintu, Anta udah di depan,” jawab Rena.

               “Ha? Anta siapa? Ngapain dia?” tanya Dony dengan kening berkerut.

               “Anta temen Rena. Dia mau nginep. Bentar ya, kasihan dia keburu lumutan di luar.” Ucap Rena melanjutkan larinya.

               Dony tambah melebarkan matanya dengan ekspresi bingung.

               Di depan pagar....

               “Kenapa lo nggak gedor-gedor pintu sih? Kan biasanya kalo di kelas lo selalu gitu?” tanya Rena sambil membukakan pagar rumahnya.

               “Gue itu belajar jadi anak baik-baik di rumah orang, makanya gue harus pikir-pikir dulu sebelum bertindak konyol disini,” balas Anta.

               “Serius amat wajahnya? Santai aja kali, anggap aja rumah sendiri. Nggak usah terlalu formal, biasanya lo kan anaknya blak-blakan,” ucap Rena sambil menahan tawa.

               “Iya deh iya,” jawab Anta pasrah.

               Setelah memakirkan mobilnya di posisi yang diarahkan Rena, Anta mengeluarkan barang-barangnya. Kemudian, mereka masuk lagi ke rumah, dan Anta bersalaman dengan Bunda dan Kakak Rena. Setelah itu, mereka menuju kamar Rena, untuk mengemasi barang yang dibawa Anta.

               “Oh iya, Ta. Gue mandi dulu ya. Lo boleh megang apapun yang ada di kamar gue, tapi harus lo kembaliin ke tempat semula dengan baik dan benar,” ucap Rena yang diacungi jempol oleh Anta.

               Sekitar lima belas puluh menit, Rena menghabiskan waktu di kamar mandi. Setelah rapi, ia pun mengajak Anta untuk sarapan bersama. Anta, yang anaknya polos-polos ngeselin, tentu nggak akan nolak diajak sarapan bareng.

               Skip!

               “Alhamdulillah, kenyang gue Ren,” ucap Anta lalu menyelonjorkan kakinya di atas karpet yang ada di samping ranjang Rena.

               “Alhamdulillah,” respon Rena.

               “Rena, Rena?” panggil Anta.

               “Apaan?”

               “Kemaren lo dansa sama siapa? Ganteng nggak orangnya?” tanya Anta dengan mata berbinar.

               “Ya, mana gue tahu. Dia kan pake topeng, gimana sih lo?” ketus Rena.

               “Kan mungkin aja lo tahu. Lo kan biasanya salting di depan cowok, terus biasanya keceplosan nanya, Ya kan?” goda Anta.

               “Siapa bilang gue kayak gitu? Ngaco lo,” bentak Rena.

               Namun Anta hanya tersenyum jahil menanggapinya. Rena yang melihatnya hanya mengedikkan bahu.

               Seiring dengan berjalannya waktu, dua manusia yang berbeda layaknya bumi dan langit ini mengisi hari libur mereka dengan menyicil tugas sekolah. Kadang pula jika mereka lagi boring, kegiatan yang mereka lakukan adalah stalking cowok. Lalu, jika keduanya lagi mood menonton film, makanya mereka bisa berjam-jam betah di depan laptop.

***

              

               Pagi hari di rumah Rena, Anta sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, sementara Rena sudah memakai sepatunya dan bersiap untuk berangkat.

               “Ren, nanti pulang sekolah gue ajak lo makan ya? Lo mau nggak?” tawar Anta.

               “Makan dimana emang?” tanya lagi Rena.

               “Makan macaroni scoothel aja gimana?  Yang lokasinya di perempatan sekolah itu lho. Lo tahu kan?” jawab Anta.

               “Ooh iya gue tahu. Oke kita kesana ya nanti, tapi lo yang bayarin gue, gimana?” tanya Rena sambil cengar-cengir.

               “Iya iya gue bayarin. Kan gue yang ajak, otomatis gue yang bayar.” ucap Anta.

               “Ya udah, yuk turun, sarapan dulu.” ajak Rena.

               Kemudian, mereka keluar dari kamar Rena dan turun menuju meja makan. Di meja makan,  terlihat Dony yang sedang mengerjakan tugas skripsinya sambil menyeruput tehnya.

               “Banyak tugas kak?” tanya Rena.

               Dony mendongak, “Nggak juga sih, ini cuma nyicil skripsi doang.” Jawab Dony

               “Emangnya kapan kak Dony berangkat ke luar negeri?” tanya Anta.

               “Tahun depan,” jawab Dony

               “Kan masih lama, kenapa nggak nyicil skripsi pas disana aja?” tanya Anta polos.

               Dony mendongak dan menatap Anta dengan wajah bingung.

               Mulai deh tuh telminya. Udah tau skripsi anak kuliahan sebanyak itu, masa iya mau dicicil pas udah hampir masuk kuliah. Kan mepet waktunya, batin Rena sambil melirik Anta.

               Dibalik kebiasaan Anta yang suka stalker, bertingkah konyol, dan suka makan, rupanya Anta juga memiliki sifat yang bisa dibilang susah untuk memahami keadaan sekitarnya.Yaitu Telat mikir. Sejak Rena bertemu dengan Anta, sifat telmi Anta sudah terlihat saat mereka mengawali perkenalan mereka saat masa pengenalan lingkungan sekolah.

               “Kak, nanti aku berangkat sama pulangnya bareng Anta. Terus nanti pulang agak sore, soalnya mau mampir makan dulu,” sahut Anta mengalihkan pembicaraan.

               “Ya udah kalo gitu, kakak bisa nyantai di rumah,” jawab Dony sambil cengar-cengir.

               Beberapa menit kemudian...

               “Ayo Ta, berangkat! Entar kesiangan!” ajak Rena.

               Kemudian, Rena dan Anta bangkit dari duduknya dan berpamitan dengan Dian dan Dony. Setelah itu, mereka menuju mobil Anta dan berangkat menuju sekolah.

               Di dalam mobil...

               “Ren, lo kenapa sih? Dari tadi bengong mulu. Ajak gue ngobrol kek? Gue boring tahu,” Anta memanyunkan bibirnya kesal.

               “Eh eee, gue nggak apa-apa kok. Cuma lagi kepikiran sama pesta topeng kemaren,” jawab Rena.

               “Emang ada apaan di pesta topeng? Hayoo jangan-jangan lo cinlok ya sama pasangan dansa lo?” goda Anta.

               “Ish, bukan itu. Gue nggak mikir sampe kesitu, gue itu cuma bingung aja cowok yang jadi pasangan gue. Asal lo tahu aja dia jatuh cinta sama gue,” jawab Rena sambil mencubit tangan Anta.

               “What?? Serius lo?” tanya Anta

               “Iya. Dia ngomong sendiri.” polos Rena.

               “Bentar lagi nggak ada yang jomblo nih,” goda Anta.

               “Ck, tahu ah, ngeselin tahu nggak,” kesal Rena.

               Anta membalas omongan Rena hanya dengan senyuman. Namun, tiba-tiba ekspresi Anta berubah kaget ketika mendapati Afkar berada di pinggir jalan dengan motornya, sedang berhadapan dengan satu cewek satu sekolahnya.

               “Ren, ren, itu bukannya Afkar ya? Ngapain dia sama cewek?” tunjuk Anta

               “Paling juga temennya yang minta barengan ke sekolah. Posthink aja kali ta.” ucap Rena santai sambil membuka buku favoritnya.

               “Tapi mereka sampai pegangan tangan gitu Ren, lo minta gue buat posthink?” sahut Anta

               Mata Rena terbelalak dan segera melihat ke arah yang ditunjuk Anta. Ternyata benar, Afkar sedang berdiri di depan seorang cewek dan terlihat memegang  kedua tangan cewek itu. Dan setelah itu, mereka berpelukan.

               Seketika itu juga, hati Rena terasa sakit, karena sebelumnya Rena menganggap bahwa Afkar adalah cowok baik-baik. Namun alhasil, perkiraan Rena salah, Afkar sama saja dengan cowok lainnya. Tanpa Rena sadari, air mata Rena perlahan jatuh dari matanya.

               “Udah ta, kita pergi dari sini. Entar kita telat, udah ayo buruan!” sahut Rena.

               “Eh iya-iya,“ Jawab Anta kaget sambil melajukan mobilnya dengan cepat.

***

               Di sekolah, Rena yang biasanya bersemangat saat sudah masuk halaman sekolah, kini berubah menjadi lesu dan jalannya lambat.

               “Ren, lo nggak apa-apa kan? Kok muka lo lesu banget? Lo sakit?” tanya Anta bingung dengan sikap Rena pagi itu.

               “Eh, enggak kok, gue nggak apa-apa. Paling juga karena gue kurang tidur. Kan semalem kita nonton film sampek larut.” Jawab Rena sambil tersenyum paksa.

               “Iya juga sih. Eh tapi bener ya lo nggak apa-apa? Kalo ada apa-apa langsung bilang gue ya?” ucap Anta.

               “Iyaa,” jawab Rena berjalan mendahului Anta.

               Di saat Rena dan Anta menaikki tangga menuju atas, Rena berpapasan langsung dengan Afkar yang sedang menuruni tangga. Kedua mata mereka bertemu, namun langsung diputus oleh Rena karena pada saat itu mood Rena sedang tidak teratur.                Dengan wajah bingung dengan tatapan Rena, Afkar kembali melanjutkan berjalan menuruni tangga. Seiring dengan berjalannya waktu, lama-kelamaan konsentrasi Rena mulai terganggu dan sampai-sampai datang masalah demi masalah yang seharusnya tidak terjadi saat itu.

               Di kantin...

               “Ren, lo mau beli apa? Gue beliin ya? Lo mending duduk aja disitu, biar gue yang beliin makanan lo,” tawar Anta.

               “Nggak usah ta, gue itu udah gedhe, gue bisa sendiri. Gue nggak kenapa-kenapa kok percaya deh sama gue.” Jawab Rena dengan ceria.

               Di tengah-tengah obrolan mereka, seorang gadis berjalan di tengah mereka sambil melebarkan lengannya ke arah kiri dan kanan tanda untuk segera di beri jalan lewat. Seketika, Rena dan Anta tersingkir kasar dan merasakan agak kesakitan.

               “Woy mbak, kalo jalan lihat-lihat dong. Gatau apa kalo ditengah ada dua orang,” sahut Anta kesal.

               Seketika, cewek itu berhenti dan berbalik menghadap Rena dan Anta. Ia tersenyum sinis, dan menghampiri mereka berdua.

               “Eh, lo nggak tahu gue siapa? Jangan seenaknya aja ya lo bentak gue kayak gitu,” ucap gadis itu.

               “Udahlah ta, biarin aja. Balik ke kelas yuk.” ucap Rena sambil menarik  tangan Anta.

               “Dan lo,” sambil menunjuk Rena.

               “Lo Rena kan? Cewek yang lagi yang kemaren sama Ferdi? ” tanya gadis itu.

               “Maksud lo?” tanya Rena mengerutkan dahi.

               “Lo itu udah dibicarain di seluruh sekolah ini. Lo udah ciuman di depan umum sama Ferdi kemaren malam, ya kan?” jelas gadis itu.

               “Apa? Gue? Ciuman sama Ferdi? Nggak mungkin, gue nggak mungkin ngelakuin hal kayak gitu,” protes Rena dengan lantang dan kaget.

               “Eh dengerin ya!!! Kemarin Rena lagi sama gue. Kita ngerjain pr semaleman. Nggak usah sok tahu deh lo!!” bentak Anta.

               “Kemaren gue sama temen-temen gue lihat pake mata, kalo lo sama Ferdi lagi berduaan di taman,” teriak gadis itu tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

               “Tiya!! Lo tuh kalo ngomong dijaga dong. Gue itu nggak pernah ngelakuin hal kayak gitu, jadi lo nggak usah nuduh gue sembarangan. Lo itu bukan siapa-siapa gue, dan lo nggak usah sok tahu. Lo itu...” ucapan Rena terjeda, karena tiba-tiba saja Tiya menampar pipi Rena dengan keras.

               Seketika suasana di kantin menjadi panik. Dan semua orang yang ada disana menatap kejadian yang sedang Tiya dan Rena lakukan.

               Saat itu, Rena benar-benar ingin marah terhadap gadis itu. Pasalnya, sejak dia bertemu dengan gadis itu, dia sudah tidak diperlakukan dengan baik olehnya. Gadis itu bernama Tiya.

               Birenza Tiyara atau biasa dipanggil Tiya adalah seorang gadis yang berpenampilan tomboy, suka memakai anting hitam, memakai rok yang tidak sesuai ketentuan sekolah dan kadang dia juga suka merokok di tempat-tempat terpencil di sekolah. Jadi, tak heran bila hampir setengah dari ribuan siswa di sekolahnya, berusaha untuk menghindar darinya dan tidak ingin mencari masalah dengannya.

               “Lo itu nggak usah sok jadi pahlawan ya disini. Lo itu terlalu polos buat jadi pahlawan. Mendingan lo jadi tukang kebun daripada jadi pahlawan. Ngerti?” Tiya sambil mendekatkan wajahnya dan diikuti dengan suara tawaan siswa yang ada disana.

               PARAH!! Rasanya gue mau iket tuh mulut sama tampar balik tuh pipinya. Bisa-bisanya dia nampar dan  nuduh gue ngelakuin hal kayak gitu, batin Rena.

               “Gue nggak mau berurusan lebih panjang lagi sama lo. Terserah lo mau nuduh gue apaan, gue nggak peduli karena itu bukan kesalahan gue,” bentak Rena kesal. Rena langsung pergi meninggalkan Tiya sambil masih memegangi pipi kirinya yang terlihat memerah.

               “Oh jadi lo nantangin gue ya?” gumam Tiya lirih sambil melirik temannya dan memberi aba-aba.

               Kemudian, teman Tiya berbondong-bondong menuangkan tinta hitam di jalan yang akan dilewati oleh Rena. Setelah itu, mereka meninggalkan tinta tersebut berceceran agar Rena terpeleset dan terjatuh di tinta itu nantinya.

               Entah niat jelek Tiya yang sedang manjur atau Rena yang sedang sial. Begitu kaki Rena melintas di lantai itu, Rena terpeleset dan jatuh di atas ceceran tinta hitam yang lengket, sehingga membuat seragam dan wajahnya berlumuran tinta. Namun, pada saat itu Anta berada di belakang Rena, dan baru menyadari adanya tinta hitam yang  berceceran setelah Rena terpeleset. Semua siswa yang menyaksikan kejadian itu tertawa terbahak-bahak, dan menyoraki Rena dengan ejekan.

               Hati Rena sangat kacau hari itu, tanpa dia sadari dia mengeluarkan air mata di tengah keramaian. Seketika itu, Rena kembali bertatapan dengan Afkar yang tengah berjalan menuju kantin. Kemudian, Rena bangkit dan berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Rena sangat tidak ingin Afkar mengetahui bahwa dirinya sudah dipermalukan di depan umum.

               Di kamar mandi, Rena membasuh mukanya dengan air dan menggosoknya hingga tinta yang menempel hilang. Rambutnya juga ia basuh, karena pada saat itu rambutnya tidak terikat, jadi rambutnya juga terkena tinta. Sambil membersihkan tinta yang menempel, Rena sesekali menangis dan menepuk-nepuk pinggiran wastafel.              

               Kenapa hari ini gue harus kayak gini? Kenapa masalah selalu datang menghampiri gue? Gue nggak suka Tiya! Gue benci sama dia! batin Rena.

               Terdengar suara Anta yang menggedor-gedor pintu dan memanggil nama Rena.

               “Rena! Lo nggak apa-apa kan? Gue masuk nggak? Gue mau lihat keadaan lo,” teriak Anta dibalik pintu.

               Kemudian, Rena keluar dengan wajah yang memerah.

               “Gue nggak masuk kelas dulu ya, Ta. Gue mau tenangin perasaan gue dulu,” ucap Rena.

               “Iya, Ren, gue tahu. Gue temenin lo ya?” tawar Anta.

               “Nggak usah! Lo ke kelas aja, gue mau sendiri.” kesal Rena.

               “Tapi....” belum sempat Anta menyelesaikan perkataannya, Rena sudah pergi meninggalkannya.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    rena dan afkar menjadi renafkar, hehe... nice hit. keep writing. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu

    Comment on chapter Kata Pengantar
Similar Tags
For Cello
104      69     0     
Romance
Adiba jatuh cinta pada seseorang yang hanya mampu ia gapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang ia sanggup menikmati bayangan dan tidak pernah bisa ia miliki. Seseorang yang hadir bagai bintang jatuh, sekelebat kemudian menghilang, sebelum tangannya sanggup untuk menggapainya. "Cello, nggak usah bimbang. Cukup kamu terus bersama dia, dan biarkan aku tetap seperti ini. Di sampingmu!&qu...
Switched A Live
99      75     0     
Fantasy
Kehidupanku ini tidak di inginkan oleh dunia. Lalu kenapa aku harus lahir dan hidup di dunia ini? apa alasannya hingga aku yang hidup ini menjalani kehidupan yang tidak ada satu orang pun membenarkan jika aku hidup. Malam itu, dimana aku mendapatkan kekerasan fisik dari ayah kandungku dan juga mendapatkan hinaan yang begitu menyakitkan dari ibu tiriku. Belum lagi seluruh makhluk di dunia ini m...
Ręver
112      89     0     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
Black Roses
864      435     0     
Fan Fiction
Jika kau berani untuk mencintai seseorang, maka kau juga harus siap untuk membencinya. Cinta yang terlalu berlebihan, akan berujung pada kebencian. Karena bagaimanapun, cinta dan benci memang hanya dipisahkan oleh selembar tabir tipis.
ketika hati menentukan pilihan
11      11     0     
Romance
Adinda wanita tomboy,sombong, angkuh cuek dia menerima cinta seorang lelaki yang bernama dion ahmad.entah mengapa dinda menerima cinta dion ,satu tahun yang lalu saat dia putus dari aldo tidak pernah serius lagi menjalani cintanya bertemu lelaki yang bernama dion ahmad bisa mengubah segalanya. Setelah beberapa bulan menjalani hubungan bersama dion tantangan dalam hubungan mereka pun terjadi mula...
Mahar Seribu Nadhom
114      76     0     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...
Catatan 19 September
576      309     0     
Romance
Apa kamu tahu bagaimana definisi siapa mencintai siapa yang sebenarnya? Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Kira-kira seperti itulah singkatnya. Aku ingin bercerita sedikit kepadamu tentang bagaimana kita dulu, baiklah, ku harap kamu tetap mau mendengarkan cerita ini sampai akhir tanpa ada bagian yang tertinggal sedikit pun. Teruntuk kamu sosok 19 September ketahuilah bahwa dir...
The Red Eyes
400      141     0     
Fantasy
Nicholas Lincoln adalah anak yang lari dari kenyataan. Dia merasa dirinya cacat, dia gagal melindungi orang tuanya, dan dia takut mati. Suatu hari, ia ditugaskan oleh organisasinya, Konfederasi Mata Merah, untuk menyelidiki kasus sebuah perkumpulan misterius yang berkaitan dengan keterlibatan Jessica Raymond sebagai gadis yang harus disadarkan pola pikirnya oleh Nick. Nick dan Ferus Jones, sau...
Ketos in Love
43      28     0     
Romance
Mila tidak pernah menyangka jika kisah cintanya akan serumit ini. Ia terjebak dalam cinta segitiga dengan 2 Ketua OSIS super keren yang menjadi idola setiap cewek di sekolah. Semua berawal saat Mila dan 39 pengurus OSIS sekolahnya menghadiri acara seminar di sebuah universitas. Mila bertemu Alfa yang menyelamatkan dirinya dari keterlambatan. Dan karena Alfa pula, untuk pertama kalinya ia berani m...
Secret Love
9      9     0     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...