Sudah tiga minggu semenjak kejadian Yun-Ra dan Hae-Rin menggemparkan suasana sekolah Haessal. Untung saja urusan antar mereka tidak sampai kedengaran di telinga para gyosa.
Berkat Kim Tae-Hyung.
Tidak biasanya, Kim Tae-Hyung membiarkan urusan ini terdengar di kalangan gyosa. Namun, mendengar penuturan yeoja yang bernama Hae-Rin ia berpikir bahwa Hae-Rin perlu beradaptasi dengan orang asli sini.
Setidaknya Hae-Rin dan Yun-Ra tidak melakukan pelanggaran yang membuat mereka dihukum oleh guru Bimbingan Konseling.
Rasanya Tae-Hyung akan minum obat sakit kepala kalau mereka berdua terlibat tarik-menarik rambut.
Jung-Kook sedang bersantai bersamanya di halaman belakang rumah Tae-Hyung. Hari Ilyoil, hari yang menyenangkan bagi para haksaeng untuk libur sejenak.
Lelaki dengan muka babyface tersebut membolak-balikkan majalah Haessal godeunghakgyo. Menelusuri fakta maupun cerita yang terpampang di tiap lembar halamannya. Yang membuatnya ketawa renyah.
Detik selanjutnya tawanya tergantikan dengan bisunya.
Tae-Hyung yang melihat raut wajah sahabatnya tersebut merasakan aneh dalam diri Jung-Kook. Ia melepaskan tablet android-nya dan bertanya kepada Jung-Kook.
Jung-Kook hanya meresponnya dengan menggelengkan kepalanya.
"Jung-Kook~ah kau kira aku bakal mengerti dengan responmu seperti itu?" Tae-Hyung penasaran ia pun bangkit dari posisi berbaring di kursi santai.
"Daebak! Hae-Rin~ssi itu anak kelas sebelah kan yang katamu dia dan Yun-Ra terlibat pertengkaran? Whoa! Boleh juga yeoja seperti dia. Apa dia termasuk dewi?"
Tidak lama koran di sebelah Jung-Kook sudah terhempas di kepala Jung-Kook.
"Ya! Tae-Hyung~ah!" Jung-Kook langsung mengelus kepalanya yang dapat "hadiah" tiba-tiba dari Kim Tae-Hyung. Tae-Hyung menyebalkan.
"Aku kira ada apa. Ternyata hanya biodata orang." Tae-Hyung lalu berbalik menuju kursi santainya. Ia tidak kaget karena tiga minggu yang lalu ia pernah bicara dengan yeoja tersebut. Ia tahu bahwa Hae-Rin tidak bisa sepenuhnya berdialek hangeul. Tapi dari paras wajahnya orang-orang juga sudah mudah menebak karena kecantikannya yang berbeda.
Ada apa dengan dirimu Tae-Hyung sadarlah!
Jung-Kook berdiri menutup majalah tersebut dan meregangkan badannya menghirup udara pagi yang segar khas hari Ilyoil. Ia menatap Tae-Hyung yang sudah tenggelam lagi dengan tablet-nya.
"Tadi kau berada disampingku berapa menit, Tae-Hyung~ah?"
Merasa Jung-Kook berbicara dengannya, Tae-Hyung hanya mengernyitkan dahinya heran akan pertanyaannya.
Lelaki dengan baju garis putih dan biru itu bertolak pinggang dan mengulang pertanyaannya. "Bagaimana Tae-Hyung~ah, tadi waktu aku baca biodata Lee Hae-Rin kau berdiri berapa menit?"
"Maybe, 3 minutes."
"Oh, i see. 3 minutes realize how the angel Hae-Rin eh?"
"Pabo." Mata Tae-Hyung masih menelusuri isi tablet-nya dengan kacamata khasnya.
"Justru tidak. Bukannya kau tidak biasa membaca biodata para haksaeng, giliran biodata Lee Hae-Rin kau masih sempat membacanya. Aku sadar hal itu." Senyum puas merekah di Jung-Kook.
Tae-Hyung hanya menggeleng-gelengkan kepala heran menanggapi pernyataan Jung-Kook yang cukup menggelikan.
"Aku berharap aku bisa berteman dengan Hae-Rin, menurutku Hae-Rin bisa jadi teman yang menyenangkan." ujarnya yang membuat Tae-Hyung tiba-tiba menguap.
Pandangan tersebut tak luput dari matanya Jung-Kook, "Bilang saja kalau kau cemburu." Gelaknya.
Tae-Hyung kemudian berbalik masuk ke dalam rumahnya. Meninggalkan Jung-Kook yang masih tertawa.
Saat ini Tae-Hyung sedang dalam perjalanan menuju pasar swalayan modern. Sialnya Tae-Hyung kalah dalam permainan suit, jadinya dia yang menyetir mobilnya Jung-Kook. Mobilnya Tae-Hyung lagi sakit sehingga butuh opname sebentar di bengkel langganannya.
Mereka berdua tidak lama keluar dari mobil Jung-Kook. Semua orang menatap mereka seperti biasanya kagus. Jung-Kook sibuk memberikan senyumnya. Sedangkan Tae-Hyung biasa nyaris datar. Tetap saja, gadis-gadis yang melewati mereka menyapa mereka.
Sesudah memasuki ruangan yang memiliki air conditioner, mereka melihat-lihat barang yang ingin mereka beli. Sebenarnya Tae-Hyung yang ingin membeli keperluan rumah, namun karena Jung-Kook tidak mau ditinggalkan disinilah Tae-Hyung bersama Jung-Kook yang cuma menumpang keranjang dengan beberapa snack favoritnya.
Sedang sibuk mencari-cari barang yang ingin dibeli, tiba-tiba Jung-Kook refleks berteriak awas.
Nyaris Tae-Hyung bertabrakan.
Dia lagi? Sudah dua kali aku bertemu dengan Hae-Rin
Gadis itu hampir menutup mata saking hampir ia tabrakan dengan lelaki jangkung itu. Tak lama, ia melihat siapa yang tepat berada di hadapannya. Rasa kaget terlihat di wajahnya. Kenapa bisa Tae-Hyung berada lagi-lagi tepat di hadapannya.
Jinjja?! Yang benar saja aku bertemu dengan Ketua Kedisiplinan disini
Begitu juga Tae-Hyung yang sebenarnya cukup kaget karena kedua kalinya ia bertemu dengan Hae-Rin disini. Apalagi dengan cara nyaris tabrakan. Tae-Hyung mendengar ada sesuatu yang jatuh ia kira barang bawaannya ternyata barang nya Hae-Rin.
Pada waktu ingin memungut, Ia sadar barang ini. Seketika juga merah sedikit nampak pada wajah Tae-Hyung, namun Tae-Hyung langsung mencoba bersikap biasa.
Tae-Hyung tetap memungutnya.
"Mungkin kau masih membutuhkan ini." Sejenak Hae-Rin memutuskan kontak dan melihat uluran tangan Tae-Hyung
Ternyata kejadian yang membuat kaget Hae-Rin tanpa sadar gadis itu menjatuhkan sesuatu.
Pembalut di tangannya Hae-Rin tadi terlepas begitu saja. Melihat akan hal itu, muka Hae-Rin memerah.
Aigo kenapa barang ini pakai acara jatuh segala. Apalagi dipungut oleh si Ketua Kedisiplinan. A ya! Eotteoke?! Hae-Rin ingin menjambak rambutnya saat ini. Mengapa kejadian memalukan ini harus terjadi padanya.
Ia langsung mengambilnya dari tangan Tae-Hyung dan mengucapkan gamsahamnida yang nyaris tidak terdengar di telinga Tae-Hyung. Setelah itu, Hae-Rin di dua detik selanjutnya melesat meninggalkan Tae-Hyung.
Tae-Hyung yang sadar akan sikap Hae-Rin menarik sudut bibirnya.
"Hei! Kau apakan dia sampai kau tersenyum seperti itu?" Jung-Kook datang dengan snack di tangannya. Dan matanya mencari-cari gadis yang nyaris tabrakan dengan temannya tersebut.
Tae-Hyung langsung mengubah raut wajahnya menjadi biasa dan berjalan meninggalkan Jung-Kook.
Jung-Kook baru tersadar.
Ia lupa bahwa gadis tersebut ialah Hae-Rin. Gadis yang berwajahkan seorang dewi. Itu pemikiran Jung-Kook.
"TAE-HYUNG~AH! ITU HAE-RIN~SSI KAN BARUSAN?!" Orang-orang yang di sekitarnya agak kaget dengan ucapan Jung-Kook yang heboh itu.
Seperti biasanya Tae-Hyung hanya membalas dengan menaikkan bahunya.
"Cepat Jung-Kook~ah! Atau kau tidak mendapat bagian Bibimbap!"
Jung-Kook lantas berlari menyusul merasa kesal karena Tae-Hyung mengabaikan pertanyaannya.
Sementara Hae-Rin masih merasakan hawa panas yang melekat dalam dirinya. Terutama di bagian wajahnya. Ia yakin warna tomat kalah dengan warna wajahnya saat ini.
Bagaimana bisa ia bertemu dengan Tae-Hyung. Nyaris tabrakan. Ini kedua kalinya. Bagian tambahannya yang memalukan dimana pembalut yang ia beli jatuh.
"Eotteoke?! Sampai sekarang aku tidak bisa melupakannya. Pabo Hae-Rin Pabo!" ujarnya kepada dirinya sendiri.
Hae-Rin menutup mukanya dengan bantal Bear Bearnya. Ia berguling kesana kemari hanya karena kejadian tadi. Ia benar-benar tidak mau bertemu dengan Tae-Hyung. Tentu saja ini memalukan ditambah wajahnya merona merah sekali ketika Tae-Hyung malah bertanya model seperti itu.
Membuat Hae-Rin mengumpat tidak karuan di ruangan empat kali empat ini.
"Dasar Ketua Kedisiplinan menyebalkan!" teriaknya. Seketika, dijawab oleh mamanya yang berada tepat di lantai bawahnya saat ini.
"Ada apa Hae-Rin~ah?!"
"Gwaenchana Eomma! Hanya ada kecoak lewat-"
Belum selesai kalimat yang diucapkan, tiba-tiba Hae-Rin berteriak melihat kecoak yang jaraknya tidak jauh dari rak atas tempat tidurnya.
"Sungguh menyebalkan!"