6
“Kirania…. Maafin gue ya?” teriak Disti tiba-tiba menangis tersedu memeluk Kirania
“Heh, kenapa? Aduh… iya iya” Kirania menepuk-nepuk bahu Disti
Disti mundur dan mengusap air matanya “Gue ngerasa bersalah marahin lo karena Kak Ivan ngerjai gue waktu O2SN itu, gue nggak tahu kalo lo udah menderita banget selama jadi pacarnya” Disti menutup mulut seolah dia benar-benar nggak percaya “Dia nyelingkuhin lo berkali-kali, gue udah dengar gosipnya”
“Iya nggak papa, mungkin udah nggak cocok aja kali”
Disti kembali memeluk Kirania dan tangisannya kembali pecah. Biasa perempuan, bahkan Disti yang pemarah itu saja ternyata hatinya gampang tersentuh.
Ayu dan Sela entah dari arah mana berlari sangat kencang.
“Lo mau ngapain sama Kirania lagi hah? Mau marahin dia lagi? Tega lo ya? Dia ini baru putus” dorong Ayu menjauhkan Disti dari Kirania
Sela masih berusaha mengatur napas karena kelelahan dan Disti yang didorong Ayu mulai merasa kesal.
“Lo nggak tahu apa-apa jangan asal ngomong” Disti memperingati Ayu
“Aelah gue udah tahu ya gimana lo itu orangnya, dasar”
“Lo yang dasar…”
Ayu dan Disti sudah akan adu jotos jika saja Kirania tidak memegangi Disti dan mengkode Sela untuk memegangi Ayu.
“Yu… gue nggak bertengkar sama Disti” jelas Kirania
“Bukan lo, tapi gue yang bakal bertengkar” tegas Ayu
“Lo nantangin? sini lo!” balas Disti yang kakinya sudah berusaha menendang Ayu, untung karena dipegang Kirania tendangan Disti tidak benar-benar sampai ke Ayu.
***
Jam pulang sekolah. Kirania, Sela dan Ayu adalah siswi terakhir yang keluar kelas dengan tampang lelah dan tak bersahabat.
Mereka seolah baru saja selesai kelas angkat berat, padahal extrakulikuler seekstrim itu tidak ada di sekolah.
“Gara-gara lo, badan gue sakit-sakit Yu” gerutu Sela
“Seharusnya lo itu lepasin gue biar gue tonjok si Disti”
“Udah deh Yu, nggak kapok apa lo di hukum dua mata pelajaran ngelapin kaca sekolah yang tiga lantai ini? Nggak cukup malu?” nada bicara Kirania memperingati
“Eh gue belain lo ya!”
“Iya gue tahu, makasih sahabatku” Kirania mencubiti pipi Ayu gemas
“Ah tangan gue udah sakit parah ni, jangan lo bonyokin pula muka gue” saran Ayu menjauh, Kirania hanya tertawa pelan
“Jadi dari sekarang lo dianter jemput sopir ya?” tanya Sela
“Iya lah, jadi Pak Akinom antar jemput gue sekarang. Tapi nggak tinggal di rumah gitu”
“Jadi mobil ditinggal di rumah lo dong? Pas Pak Akinom pulang” tanya Ayu
“Nggak lah, ya dia antar jemput gue sekolah aja. Mobil dibawanya pulang disuruh Papa gitu, kalo ditinggal takut gue pakek kan gue belum cukup umur”
“Pssss… udah kayak anak TK aja lo” ejek Ayu dan mendapat anggukan dari Sela
“Ha ha ha ketawa aja jangan ditahan” Kirania tertawa dibuat-buat.
“Yaudah adik kecil, kakak dua ini mau keparkiran pulangnya nyetir mobil sendiri. Nggak boleh dicontoh ya! Kan adik belum cukup umur” ejek Ayu berlari keparkiran
Kirania hanya mendengus kesal
“Dadahh” ucap Sela berlari kecil mengejar Ayu
“Hati-hati lo” kata Kirania sebelum berjalan ke pagar sekolah.
***
“Hey… Kirania?” sapa seorang siswa yang menggunakan helm di depan pagar sekolah
Kirania hanya diam dan tentu dengan muka tertutup begitu, Kirania tak kenal siapa yang sedang menyapanya.
“Eh sorry” siswa itu membuka kaca helmnya “Reza, ingat?”
“Oh… kenapa?”
“Minta nomor..”
Kirania memandang sekeliling dan bicara sangat pelan “325”
Kening Reza langsung mengernyit seolah dia tengah berpikir atau menghapal
“Kalo dapat bagi dua ya?” Kirania menahan tawa
“Ya ampun nomor togel? Aku minta nomor HP kali”
“Hahaha” tawa Kirania pecah seketika
“Non, pulang?” tanya Pak Akinom yang baru sampai, Kirania mengangguk dan mendekati mobil Pak Akinom
“Kirania…” panggil Reza
“Kalo kita ketemu tiga kali lagi selain di sekolah, baru kukasih” kata Kirania sebelum memasuki mobil dan meninggalkan senyum yang nyangkut di kepala Reza.
“Janji ya?” teriak Reza
Mobil yang membawa Kirania melaju begitu saja.
***
Kirania leia, dia begitu ramah dan disukai semua orang. Dengan paras yang cantik dan sikap lembutnya, semua orang senang ketika berada dekat dengannya. Bahkan hal itu berlaku juga bagi orang yang baru pertama kali berpapasan dengannya.
Tak khayal jika Kirania merasa biasa saja jika ada lelaki yang berusaha mendekatinya. Itu sudah sering terjadi.
Bagi Kirania orang yang menyukainya adalah jenis orang yang dia sukai. Karena orang yang menyukai Kirania akan bersikap baik dan selalu tersenyum padanya seperti layaknya teman dan sebab itu dia berusaha ramah dan menerima semua perasaan suka dengan terbuka.
Walau terkadang Kirania akan merasa sedih setiap dia harus melukai jenis orang yang dia sukai itu dengan menolak untuk memiliki hubungan lebih terutama laki-laki.
“Ma? Mama bareng Papa?” tanya Kirania di dalam sambungan telpon malam ini.
“Iya, Nak, Papa tempat tugasnya dekat dengan tempat tugas Mama sebagai relawan.”
“Kenapa cantik? Pak Akinom tadi jemput kamu kan?” suara Papa sangat mengobati rindu bagi Kirania
“Papa! Iya, aku kayak anak TK aja antar jemput hehehe”
“Hahaha anak Papa kan emang masih kecil, yang manja, yang papa sayang selalu”
“Hehe Kirania juga sayang sama Papa, pa? Mau ngomong sama mama dulu”
“Kenapa mau ngomong sama mama? Mau curhat habis putus?” suara mama menggoda
Mama dan Papa Kirania tahu siapa saja yang dekat dengan Kirania meski mereka sibuk. Itu karena Kirania selalu menelpon dan menceritakan kegiatan hariannya tiap malam kepada mereka. Itu sudah seperti rutinitas bagi Kirania.
“Nggak kok, itukan udah selesai. Ngapain dibahas lagi? Jadi ada cowok, dia KETOS, seangkatan Kirania gitu.”
“Orangnya gimana?” tanya mama antusias
“Kata Sela sih dingin gitu tapi dia sering negur Kirania……”
Dan semalaman ini dihabiskan Kirania dengan menceritakan sosok Pito dimata Kirania ke Mama.
Meski Kirania tahu disamping Mama sekarang ada Papa yang mungkin menguping cerita wanita ini atau mama sengaja mengaktifkan loudspeakers supaya papa juga dengar. Kirania tetap bercerita dengan lancar dan terkadang tertawa.
***
ceritanya lucu juga, di save ah, lumayan buat bacaan sebelum tidur :D
Comment on chapter Keputusan terberat