Read More >>"> Man in a Green Hoodie (CHAPTER 2 : Drawing of Me) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Man in a Green Hoodie
MENU
About Us  

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat di lorong rumah sakit itu. Setelah memberikan buku catatan dan mengobrol sebentar, aku langsung pamit pulang dengan temanku. Aku tak ingin waktuku lama terbuang dengannya, toh tujuan utamaku datang kembali ke rumah sakit ini untuk bertemu DIrga, hehehe.

Begitu tiba di taman rumah sakit, aku langsung bisa menemukan sosoknya yang sedang duduk di bangku tempat kami kemarin berjanji untuk bertemu.

Langsung kuayunkan kedua kakiku setengah berlari menuju kearahnya.

“Hai, udah lama?” sapaku sambil duduk di sebelah kirinya.

“Hai, baru aja kok. Gimana teman kamu?” Dirga mencabut pulpen yang disangkutkan di buku sketsanya, lalu membuka-buka halaman bukunya tersebut hingga menemukan halaman kosong.

“Dia baik-baik aja. Katanya sih empat hari lagi udah bisa pulang.”

“Oh ya? Syukurlah.”

“Hari ini kamu mau gambar apa?” tanyaku antusias. Aku tak sabar ingin melihat dia menggambar dari awal. Pasti keren banget!

“Hmm…. Sebenarnya aku juga belum tahu, hahahaha. Gimana kalau aku gambar kamu aja?” tanyanya sambil menatapku dan memamerkan senyumannya yang indah.

“Waah, mau! Mau! Tapi ada syaratnya.” Jawabku sambil tersenyum usil.

“Apa syaratnya?” Dirga tampak agak terkejut mendengar jawabanku.

“Syaratnyaaaa….. Gambarnya nanti boleh buat aku, hehehe. Soalnya selama ini aku belum pernah ada yang gambarin.”

“Hahahaha, oke! Syarat diterima!” Dirga mulai membubuhkan coretan-coretan di buku sketsanya.

“Oh iya, hampir lupa.” Aku mengambil tas, merogoh-rogoh isinya dan mengeluarkan buah apel yang sudah terpotong-potong dan tersimpan rapi dalam kotak makan.

“Tadi aku bawain temanku buah. Karena kita hari ini janjian ketemu, aku bawa satu lagi untuk dimakan bareng.” Lanjutku sambil membuka tutup kotak makan dan mengeluarkan dua buah garpu kecil.

“Waah, makin asik nih gambarnya kalau sambil dikasih buah kayak gini. Makasih ya.” Dirga menusuk sepotong apel dengan garpu dan memasukan kedalam mulutnya.

Senja hari itu terasa cepat sekali berlalu. Walau baru mengenalnya, entah mengapa aku langsung merasa nyaman. Tak ada lagi kesunyian saat ia menggoreskan pulpennya, karena kami terus mengobrol selama dia menggambar. Kotak makanku sudah kosong, semua potongan apel yang ku bawa sudah berpindah tempat mengisi perutku dan DIrga.

Dirga meletakan pulpen di sampingnya, tanda ia sudah menyelesaikan gambarnya. Tak seperti kemarin, hari ini DIrga melarangku melihat proses menggambarnya. Ia duduk bersandarkan pegangan bangku taman, kaki kirinya dilipat diatas bangku sementara kaki kanannya tetap dibiarkan menginjak tanah. Katanya biar aku tidak bisa mengintip gambarnya.

Dirga menatap buku sketsanya, lalu menatapku dan tertawa.

“Kirana gak usah tegang gitu dong. Kayak mau disuntik aja, hahahaha. Nih gambarnya, semoga suka ya,” Dirga menyerahkan buku sketsanya padaku.

“Waaah!!” mataku terbelalak kagum melihat hasil karyanya.

Aku melihat diriku yang sedang tertawa lepas, dengan tangan kanan yang memegang garpu terangkat ke udara, terlihat seperti hendak menyuapkan potongan apel pada orang yang berada didepanku.

Ya, dari tadi aku memang menyuapkan Dirga potongan-potongan apel yang ku bawa. Katanya dia susah menggambar sambil makan, sehingga memintaku menyuapinya.

Tidak ku sangka, momen itu yang dipilihnya untuk dituangkan ke dalam buku sketsanya. Aku tak bisa berkata-kata, hanya bisa terus menatap gambar diriku sambil tersenyum lebar.

“Gimana? Suka?” Suara Dirga yang tiba-tiba membuatku kembali sadar dari lamunan kekagumanku atas karyanya.

“Suka banget!!!! Makasih yaaa, gambarnya bagus banget.” Aku membalas ucapannya sambil menatap dan memberinya senyum terbaikku, sebagai ucapan terima kasih.

“Syukurlah, aku tadi udah takut kamu gak suka. Soalnya udah dikasih apel, kalau kamu gak suka gambarnya kan aku jadi gak enak, hehehe.”

“Ih apaan sih. Gak mungkin aku gak suka, disini akunya jadi cantik banget, hahaha.”

“Kamu memang cantik kok.” Dirga berujar sambil tersenyum dan menatapku.

Seketika jantungku seolah berhenti berdetak dan seluruh darah di tubuhku berkumpul di wajah, membuatnya langsung bersemu merah. Aku tidak bisa membalas ucapannya, dan hanya bisa menunduk, berusaha menyembunyikan wajahku yang bersemu dan berharap ia tidak menyadari perubahan yang terjadi pada wajahku.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • rara_el_hasan

    si Dirga ,,,hehehe

    Comment on chapter CHAPTER 1 : Di Sudut Taman
Similar Tags
Ujian Hari Kedua
7      7     0     
Short Story
Hei, kurasa kau terlalu sibuk menguras uang-uang kami. Jika iya, apakah kami mempunyai ruang untuk berkreasi disini? Aku terlalu muak dengan penjara yang kalian ciptakan. Aku tak mau menjadi seorang pengecut yang tunduk kepada orang yang bodoh. Aku pemberontak. Itu sebab aku lebih pintar dari kalian semua! -Kahar
Lost in Drama
63      44     0     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Kejar Mika!
118      76     0     
Romance
Sudah bukan rahasia lagi kalau Pinky jatuh cinta setengah mati dengan Mikail Angelo, pemuda tampan paling populer di sekolahnya yang biasa dipanggil Mika. Jungkir balik dan jatuh bangun mengejar cintanya sedari SMP, yang ia dapat adalah penolakan. Lagi, lagi dan lagi. Pantang menyerah, Pinky berjuang keras demi bisa masuk SMA yang sama dengan pemuda itu. Dan ketika ia berhasil berada di ...
THE DARK EYES
9      9     0     
Short Story
Mata gelapnya mampu melihat mereka yang tak kasat mata. sampai suatu hari berkat kemampuan mata gelap itu sosok hantu mendatanginya membawa misteri kematian yang menimpa sosok tersebut.
Stuck On You
6      6     0     
Romance
Romance-Teen Fiction Kisah seorang Gadis remaja bernama Adhara atau Yang biasa di panggil Dhara yang harus menerima sakitnya patah hati saat sang kekasih Alvian Memutuskan hubungannya yang sudah berjalan hampir 2 tahun dengan alasan yang sangat Konyol. Namun seiring berjalannya waktu,Adhara perlahan-lahan mulai menghapus nama Alvian dari hatinya walaupun itu susah karena Alvian sudah memb...
Drama untuk Skenario Kehidupan
311      176     0     
Romance
Kehidupan kuliah Michelle benar-benar menjadi masa hidup terburuknya setelah keluar dari klub film fakultas. Demi melupakan kenangan-kenangan terburuknya, dia ingin fokus mengerjakan skripsi dan lulus secepatnya pada tahun terakhir kuliah. Namun, Ivan, ketua klub film fakultas baru, ingin Michelle menjadi aktris utama dalam sebuah proyek film pendek. Bayu, salah satu anggota klub film, rela menga...
Pupus
13      13     0     
Short Story
Jika saja bisa, aku tak akan meletakkan hati padamu. Yang pada akhirnya, memupus semua harapku.
Rela dan Rindu
203      133     0     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.
If Is Not You
264      159     0     
Fan Fiction
Kalau saja bukan kamu, mungkin aku bisa jatuh cinta dengan leluasa. *** "Apa mencintaiku sesulit itu, hmm?" tanyanya lagi, semakin pedih, kian memilukan hati. "Aku sudah mencintaimu," bisiknya ragu, "Tapi aku tidak bisa melakukan apapun." Ia menarik nafas panjang, "Kau tidak pernah tahu penderitaan ketika aku tak bisa melangkah maju, sementara perasaank...
ANSWER
9      9     0     
Short Story
Ketika rasa itu tak lagi ada....