Read More >>"> Intuisi (Four) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Intuisi
MENU
About Us  


Keesokan harinya, aku pergi ke kelas XII 3 saat jam tambahan materi telah selesai.  Kelas dari Arda--cowok yang kemarin meminjamkan jaketnya padaku. Aku berjalan menyusuri koridor. Sendirian. Tadinya aku sempat memaksa Yura untuk menemaniku. Tapi Yura ada urusan yang katanya lebih penting dengan Doni--pacarnya. 
"Maaf Sit, ini gue ada urusan yang lebih penting. Lebih penting dari urusan Lo. Ini menyangkut nyawa gue Sit." Sedikit lebay memang. Tapi itulah Yura. Dua hari yang lalu dia baru saja jadian dengan Dodi. Jadi, pantas jika dia terlalu lebay menyikapi semua yang berhubungan dengan pacar barunya itu. 

Aku sudah sampai di depan kelas X11. MIPA 3. Terlihat dari luar, kelas sangat ramai. Suara sorakan, suara jerita dari para cewek, dan suara siulan dari para cowok terdengar jelas dari luar. Aku melangkahkan kakiku lebih dekat ke arah pintu kelas. Ku buka pintu yang dari tadi tertutup itu. Terlintas, aku melihat keramaian kelas. Dan suara seseorang sedang menyanyi. Aku terkejut saat mendengarnya. Bukan karena suaranya, tapi karena lagunya. Lagu itu salah lagu yang selalu mengingatkanku tentang Rian. Dulu Rian suka sekali menyanyikan lagu itu untukku. Tiba-tiba langkahku termundur. Aku mengurungkan niatku untuk memasuki kelas dan mengembalikan jaket cowok itu. Karena semakin aku memasuki ruangan itu, semakin aku mendengar lagu itu lebih jelas, juga semakin aku mengingat Rian. Dan aku takut hatiku tidak siap menghadapinya. Dan aku juga takut mataku kehilangan air sungainya kembali--seperti kata Rian dulu kalau melihatku menangis. 

Aku berlari menuju kelasku lagi. Sebelumnya, sepanjang jalan menuju kelas banyak yang menatapku dengan tatapan tak suka. Apalagi saat aku ada di depan kelas Arda. Mereka seakan memberiku isyarat agar aku jauh-jauh dari sana. Aku tak menghiraukannya. Bagiku itu adalah hal biasa, jadi aku sudah terbiasa. Hanya satu yang aku takutkan. Bertemu Zalfa dan gengnya. Dan benar saja aku kembali bertemu mereka. Tepat sebelum aku memasuki kelas. Dia menyeret ku. Aku memberontak saat mereka memaksaku ikut dengannya. Tapi aku akhirnya mengalah, karena tanganku sekarang sudah sakit bahkan memerah karena terus ditarik oleh Zalfa dan gengnya. Sepanjang jalan, mereka yang melihatku diperlakukan begini oleh Zalfa kembali diam seperti biasa. Mereka tidak ingin berurusan dengan Zalfa. Karena sekali mereka mengusik Zalfa, maka hidup mereka akan selalu merasa tersiksa. Sepertiku sekarang. 

"Aku mau dibawa ke mana Zal?" 
"Ikut aja apa susahnya?!!" Dia mengeratkan tangannya dan ini membuat lenganku semakin sakit saja. 

???

Tepat di gudang, Zalfa mendorongku. Dan ini membuat barang-barang yang ada menjadi berantakan. Aku meringis kesakitan. Mereka mendekatiku. Aku semakin dibuatnya takut. Aku hanya memeluk jaket yang aku bawa untuk sedikit membuatku tenang. 

"Kalian mau ngapain lagi?" 
Zalfa meraih kerah seragamku. Dan ini membuat deru napasnya aku rasakan. 
"Lo ngapain di depan kelas duabelas tiga hah?!" Tanyanya sambil kembali mendorongku ke arah tumpukan kardus. 
"Aku gak ngapa-ngapain." 
"Jangan bohong! Lo tadi sempat mau masuk ke kelas itu kan hah?!" 
"Akun-akun hanya mau ngembaliin ini aja kok." Aku menunjukkan jaket yang aku peluk. 

Mereka kompak memandang ke arah jaket itu. Dan aku kembali terkaget saat tiba-tiba Salsa merebut jaket yang aku pegang. Salsa terlihat mengamati jaket itu dengan teliti. 
"Zal, ini itu jaketnya Arda. Gue yakin itu." Ucap Salsa. 
Zalfa yang mendengar itu, langsung berbalik menatapku tajam. Rasanya dia seperti ikan hiu yang melihat ikan hiu lain yang telah memasuki kawasannya. Dia tidak suka. Aku diam tertunduk. Aku tak berani mengucapkan satu katapun untuk melawan Zalfa apalagi berteriak meminta tolong. Jika aku teriak pun, sudah jelas tidak ada yang akan datang. Walau ada yang mendengar sekalipun tidak ada yang peduli. Karena mereka semua tahu ini berhubungan dengan Zalfa. 

"Ini jaket siapa? Jawab!"
"Itu punya Arda." Jawabku dengan nada sedikit takut. 
"Arda? Arda Lo bilang?!" Aku mengangguk. 

Plak!! Lolos. Tamparan tangan Zalfa tepat mengenai pipi kiriku. Ake memegangi pipiku yang baru saja Zalfa tampar dengan air mata sudah membanjiri di sana. Aku tidak tahu apa yang telah membuat Zalfa semarah itu. 

"Nangis! Nangis! Lo hanya bisa nangis! Sekarang jawab gue! Kenapa jaket Arda biasa ada di Lo cupu?!" 
"Jawab!" Bentak Auly dan Salsa. 
"Lo jangan coba-coba deketin Arda! Karena Arda milik gue!" Aku tahu sekarang apa yang membuat Zalfa marah. Dia suka sama Arda. Dan dia mengira aku telah mendekati Arda. 
"Sekarang jawab! Kenapa jaket Arda ada di Lo?!" 
"Kemarin dia yang meminjamkan sama aku." Jawabku benar-benar dengan suara parau. 

Plak!! Tamparan kedua lolos kembali tepat di pipi kananku. 

"Ish" aku meringis kesakitan. Benar-benar sakit. Aku sempat berpikir, apa segitu bencinya Zalfa padaku? Mataku sudah memerah karena sedari tadi aku menagis. Tanganku juga memerah karena seretan tangan Zalfa dan gengnya tadi. Juga pipiku sudah merah karena tamparan Zalfa yang lolos dua kali. Ditambah lagi, sudut bibirku juga sudah berdarah. Sakit. Semua yang u rasakan benar-benar sakit. Aku hanya membatin, kapankah semua ini akan berakhir?. 

"Jawab yang bener! Kenapa jaket Arda ada di Lo hah?! Kali Lo gak jawab, gue bakalan tampar Lo sekali lagi." 

Sebelum tangan Zalfa benar-benar mengenai pipiku lagi, tiba-tiba ada yang mencekalnya. Dia adalah Arda. Cowok yang kemarin meminjamkan jaketnya padaku. Dan kali ini dia kembali menyelamatkanku. 
"Dia jawab jujur."
Zalfa menatapku tajam saat dia hendak keluar dari gudang ini. Dan Arda, dia membantuku berdiri. Arda memelukku. Dan ini membuat rasa takut dan gemetarku sedikit mereda. Dalam pelukannya tangisku kembali pecah di sana. Arda menepuk punggungku dan berkata, "jangan menangis terlalu sering. Nanti air sungai di mata Lo habis." 

Deg! Itu adalah kata yang sering Rian ucapkan dulu padaku. Sontak aku melepaskan pelukan Arda. Arda juga sedikit memandangku bingung. 

"Kenapa?" 
Aku kembali teringat Rian. Aku benar-benar merindukan Rian. Dan ini membuat air mataku yang tadinya mereda kembali mengalir.
"Hey, jangan ngangis terus. Ada gue di sini." Arda kembali membawaku dalam pelukannya. 

Andai kamu itu Rian. Tapi kamu bukanlah Rian. Kamu hanya Arda yang seolah menjelma menjadi Rian. Batinku. 

Setelah sedikit merasa tenang, Arda mengajakku keluar dari gudang ini. Sempat aku bertanya pada diriku sendiri, kenapa dia peduli padaku? Kenapa dia peduli pada cewek yang cupu sepertiku? Tapi aku segera menepis pemikiran ku yang terlalu berpikir negatif tentang Arda. 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

1 0 0 1 0 1
Submit A Comment
Comments (10)
  • Irmafer

    We love Sitta

    Comment on chapter One
  • Revaa

    Lanjut thor say, wkwk

    Comment on chapter Four
  • Nida

    Lovelove

    Comment on chapter Prolog
  • Alya

    Ternyata Arda. Lovelove my hero,ups sitta'hero wkwk

    Comment on chapter Three
  • Alya

    Huh, siapa cowok itu...

    Comment on chapter Two
  • nfyhazizah

    Yang sabar ya sitta... Lovelove

    Comment on chapter One
  • Alya

    Rian kenapa pergi huh

    Comment on chapter Prolog
  • nfyhazizah

    Bikin penasaran Riannya..

    Comment on chapter One
  • risaaryani

    Greget kayak pengen gigit si Zalfa sama gengnya! Pengen nampol nih tangan. Aargh

    Comment on chapter Two
  • risaaryani

    Sittaaa????

    Comment on chapter One
Similar Tags
Lentera
37      33     0     
Romance
Renata mengenal Dimas karena ketidaksengajaan. Kesepian yang dirasakan Renata akibat perceraian kedua orang tuanya membuat ia merasa nyaman dengan kehadiran lelaki itu. Dimas memberikan sebuah perasaan hangat dan mengisi tempat kosong dihatinya yang telah hilang akibat permasalahan kedua orang tuanya. Kedekatan yang terjalin diantara mereka lambat laun tanpa disadari telah membawa perasaan me...
Unknown
9      9     0     
Romance
Demi apapun, Zigga menyesal menceritakan itu. Sekarang jadinya harus ada manusia menyebalkan yang mengetahui rahasianya itu selain dia dan Tuhan. Bahkan Zigga malas sekali menyebutkan namanya. Dia, Maga!
Meet Mettasha
14      14     0     
Romance
Mettasha Sharmila, seorang gadis berusia 25 tahun yang sangat senang mengkoleksi deretan sepatu berhak tinggi, mulai dari merek terkenal seperti Christian Loubotin dan Jimmy Choo, hingga deretan sepatu-sepatu cantik hasil buruannya di bazar diskon di Mall dengan Shabina Arundati. Tidak lupa juga deretan botol parfum yang menghiasi meja rias di dalam kamar Metta. Tentunya, deretan sepatu-sepat...
#SedikitCemasBanyakRindunya
95      56     2     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.
ONE SIDED LOVE
24      20     0     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Unthinkable
339      179     0     
Romance
Cinta yang tidak diketahui keberadaannya, namun selalu mengawasi di dekat kita
NYUNGSEP
149      93     0     
Romance
Sejatinya cinta adalah ketulusan. Jika ketika hati telah 'nyungsep', terjatuh pada seseorang, apa yang boleh buat? Hanya bisa dengan tulus menjalaninya, ikhlas. Membiarkan perasaan itu di hati walaupun amat menyakitkan. Tak perlu jauh mengelak, tak perlu ditikam dengan keras, percuma, karena cinta sejati tidak akan pernah padam, tak akan pernah hilang.
Tentang Kita
57      34     0     
Romance
Semula aku tak akan perna menduga bermimpi pun tidak jika aku akan bertunangan dengan Ari dika peratama sang artis terkenal yang kini wara-wiri di layar kaca.
Let Me Go
93      70     0     
Romance
Bagi Brian, Soraya hanyalah sebuah ilusi yang menyiksa pikirannya tiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Soraya hanyalah seseorang yang dapat membuat Brian rela menjadi budak rasa takutnya. Soraya hanyalah bagian dari lembar masa lalunya yang tidak ingin dia kenang. Dua tahun Brian hidup tenang tanpa Soraya menginvasi pikirannya. Sampai hari itu akhirnya tiba, Soraya kem...
One Step Closer
65      45     0     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?