Read More >>"> Reuni SMA (Dialogue 16) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reuni SMA
MENU
About Us  

Gue membuka mata gue. Tapi tanpa gue sadari ternyata gue meneteskan air mata gue. Ternyata hari itu tepat 5 tahun yang lalu. Hari ini, tanggal 10 Desember 2014. Guepun mengambil nafas panjang dan bangkit dari duduk gue. Namun kini di depan gue ada Viko yang sedang menatap gue. Tanpa sepatah katapun Viko mendekati gue. Dan setelah dia berada di depan gue, dia mengusap air mata gue dan tersenyum ke arah gue. Gue juga membalas senyuman Viko.

“apa lo udah lega?”

Gue menganggukan kepala gue dan tersenyum lebih lebar ke arah Viko.

“kalo gitu gimana kalo kita masuk?”

Vikopun menggandeng tangan gue untuk masuk bersama ke dalam gedung. Setelah sampai di dalam, gue dan Viko mengobrol lagi dengan teman-teman yang lain. Tapi Sela menemukan gue, dia menarik gue dan memberi ceramah pada gue. Dia bertanya kemana aja gue dan kenapa gue menghilang. Tapi bukannya dia yang ninggalin gue tadi? -_-‘’

“gue cuman nyari udara segar,” gue tersenyum menghadapi celotehan Sela.

Tapi tiba-tiba raut wajah Sela berubah, dia melihat ke arah lain. Tepatnya ke seseorang yang ada di belakang gue. Guepun membalikan tubuh gue. Dan disana ada Dewa. Gue tersenyum senang dan langsung berlari ke arah Dewa. Dan tepat di saat gue akan memeluk Dewa. Dewa menahan tubuh gue dengan menahan pundak gue.

“kenapa?”

“lo kangen sama gue?”

“ya iyalah, makannya sekarang gue mau mencurahkan segala kekangenan gue. Kenapa lo malah nahan gue?”

“terus kenapa lo bahkan ga nyariin gue selama 4 tahun ini?” Dewa masih memegangi pundak gue.

“ya, itukan..... heeeeeeeeeeeeeeeeeei kita bahas itu nanti.” Dengan cepat gue memeluk Dewa dan Dewa juga membalas pelukan gue. Guepun tersenyum sangat senang.

Sela menghampiri gue yang masih memeluk Dewa. Dia bilang kalo bukan kita yang tidak mencari Dewa, tapi Dewa yang tiba-tiba menghilang setelah lulus entah kemana.

“gue punya alasan buat itu,”

“apa sekaranng lo udah sukses? Apa lo punya mobil banyak? Atau tanah dimana-mana?” gue melepaskan Dewa.

“kenapa gue harus punya semua itu?”

“karena kalo lo punya semua itu, lo kandidat terkuat buat jadi suami gue.” Gue tersenyum tapi Dewa malah memelototi gue. Guepun mengubah ekspresi gue.

Akhirnya gue, Sela, Viko, Dewa, Tommi, dan Kevin mengobrol banyak. Mulai dari jadi apa kita sekarang hingga mengingat masa lalu. Gue merasa senang saat ini, karena semua orang ada disini. Secara bergantian gue memandangi Viko dan Dewa. Maksud gue adalah saat ini gue bingung harus memilih yang mana antara Viko dan Dewa.

“jelas bukan dua-duanya,” tiba-tiba terdengar suara bisikan, dan itu suara Tommi.

“ih, nyebelin banget sih!” gue tidak tau kenapa, setiap gue ketemu sama orang yang duduk di depan gue ini, pasti gue sewot dan marah.

“hahahahahah, gue tau apa yang ada dipikiran lo.” Tommi tertawa sangat puas.

Tapi tiba-tiba dia mengubah tawanya menjadi senyuman dan mengangkat tangannya menandakan dia mengajak orang lain untuk bergabung. Belum sempat gue membalikan badan gue untuk melihat siapa yang datang. Gue lebih awal melihat ekspresi wajah Sela. Sela terlihat kaget kemudian dia menatap gue khawatir. Dan gue sangat ragu untuk membalikan badan gue.

“Raka!” Dewa berteriak dan berdiri untuk menyambut orang yang datang itu.

Kemudian semua orang berdiri dan tersenyum ke arah orang yang ada di balik punggung gue, termasuk Sela. Sementara gue masih duduk di kursi gue yang berada di samping Viko dan juga Dewa. Gue memang duduk tepat di tengah-tengah mereka. Gue mengambil nafas panjang dan berdiri tanpa membalikan badan gue.

Tapi Tommi sudah mengajak Raka duduk di sampingnya, di depan gue di sebelah Kevin. Kini semua orang sudah duduk, kecuali gue yang masih berdiri dengan tatapan kosong gue. Gue bingung apa yang harus gue lakukan.

“Al? Duduk!” Sela menyadarkan kekosongan gue. Guepun tersadar dan duduk lagi tanpa melihat ke arah Raka.

Semua orang kembali mengobrol dengan seru termasuk Sela. Hanya gue yang tidak mengeluarkan sepatah katapun.

“Al? Apa lo sakit?” Viko bertanya pada gue yang dari tadi hanya diam dan entah memandang ke arah mana.

“eh, engga kok!” gue tersenyum pada Viko dan kembali menundukan kepala gue setelah Viko mengangguk.

Gue tidak memperhatikan satupun pembicaraan mereka. Gue bermaksud untuk mengambil segelas jus yang ada di meja, tapi tangan gue bergetar dan guepun mengurungkan niat gue itu. Mungkin Viko menyadari tingkah laku gue yang terlihat kikuk. Diapun mengambilkan gue segelas air putih dan menyuruh gue untuk meminum air itu.

“makasih!”

“kalo lo pengen pulang, kita bisa pulang sekarang kok.” Hari ini Viko benar-benar memperlakukan gue dengan sangat manis.

Guepun tersenyum dan menggelengkan kepala gue.

“ga apa-apa kok,”

“kalo gitu gimana kalo kita dansa?”

“apa?” gue kaget mendengar ajakan Viko. Hati gue benar-benar berdebar sekarang. Gue melihat ke arah Sela, gue tahu dia mendengar ajakan Viko. Dan dia mengangguk setuju.

Tapi tiba-tiba seseorang berada di samping gue dan Viko. Itu Raka. Dia menatap gue.

“maaf, tapi gue dansa sama Alea duluan” Raka berkata sambil masih memandangi gue. Dan tanpa menghiraukan jawaban siapapun(gue maupun Viko), Raka menarik tangan gue.

Setelah sampai di lantai dansa yang sudah penuh dengan banyak orang. Raka melepaskan genggaman tangannya. Raka menatap gue, samentara gue mencoba menahan diri gue untuk tidak menangis. Sungguh sulit untuk menahan perasaan ini, karena perlahan-lahan air mata gue membasahi pipi gue. Dan saat itulah Raka memeluk gue, membuat gue semakin manangis.

“maaf,” Raka membisikan kata maaf yang membuat gue semakin tidak ingin berhenti menangis.

Untuk beberapa lama kami hanya berpelukan di tengah-tengah semua orang yang berada di lantai dansa. Karena memang lagu yang di putar oleh DJ saat ini sangatlah  manis.

            Akhirnya Raka melepaskan pelukannya setelah merasakan gue berhenti menangis. Dia memegang bahu gue dan menatap gue. Membuat gue menahan air mata gue untuk menetes lagi.

“maaf,” Raka mencoba menatap mata gue lagi.

Gue mengambil nafas panjang, mengangkat kepala gue dan membalas tatapan Raka.

“jangan khawatir, bahkan sejak kita mulai hubungan kita. Gue udah bilang sama diri gue sendiri gue akan selalu memaafkan lo. Apapun yang lo lakuin.” Gue memegang pipi Raka dengan tangan kanan gue dan tersenyum.

Raka menghembuskan nafasnya dan membalas senyuman gue.

...............................................

            Gue menunggu Viko yang sedang mengambil mobilnya di parkiran. Ya, sudah saatnya pulang karena pesta telah berakhir. Gue menatap langit yang luas. Gue berbicara pada diri gue sendiri.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Catatan 19 September
584      309     0     
Romance
Apa kamu tahu bagaimana definisi siapa mencintai siapa yang sebenarnya? Aku mencintai kamu dan kamu mencintai dia. Kira-kira seperti itulah singkatnya. Aku ingin bercerita sedikit kepadamu tentang bagaimana kita dulu, baiklah, ku harap kamu tetap mau mendengarkan cerita ini sampai akhir tanpa ada bagian yang tertinggal sedikit pun. Teruntuk kamu sosok 19 September ketahuilah bahwa dir...
Ibu
8      8     0     
Inspirational
Aku tau ibu menyayangiku, tapi aku yakin Ayahku jauh lebih menyayangiku. tapi, sejak Ayah meninggal, aku merasa dia tak lagi menyayangiku. dia selalu memarahiku. Ya bukan memarahi sih, lebih tepatnya 'terlalu sering menasihati' sampai2 ingin tuli saja rasanya. yaa walaupun tidak menyakiti secara fisik, tapi tetap saja itu membuatku jengkel padanya. Dan perlahan mendatangkan kebencian dalam dirik...
My Noona
142      95     0     
Romance
Ini bukan cinta segitiga atau bahkan segi empat. Ini adalah garis linear. Kina memendam perasaan pada Gio, sahabat masa kecilnya. Sayangnya, Gio tergila-gila pada Freya, tetangga apartemennya yang 5 tahun lebih tua. Freya sendiri tak bisa melepaskan dirinya dari Brandon, pengacara mapan yang sudah 7 tahun dia pacariwalaupun Brandon sebenarnya tidak pernah menganggap Freya lebih dari kucing peliha...
Cecilia
11      11     0     
Short Story
Di balik wajah kaku lelaki yang jarang tersenyum itu ada nama gadis cantik bersarang dalam hatinya. Judith tidak pernah menyukai gadis separah ini, Cecilia yang pertama. Sayangnya, Cecilia nampak terlalu sulit digapai. Suatu hari, Cecilia bak menghilang. Meninggalkan Judith dengan kegundahan dan kebingungannya. Judith tak tahu bahwa Cecilia ternyata punya seribu satu rahasia.
Novel Andre Jatmiko
280      154     0     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
Black Lady the Violinist
470      246     0     
Fantasy
Violinist, profesi yang semua orang tahu tidak mungkin bisa digulati seorang bocah kampung umur 13 tahun asal Sleman yang bernama Kenan Grace. Jangankan berpikir bisa bermain di atas panggung sebagai profesional, menyenggol violin saja mustarab bisa terjadi. Impian kecil Kenan baru kesampaian ketika suatu sore seorang violinist blasteran Inggris yang memainkan alunan biola dari dalam toko musi...
IMPIAN KELIMA
271      235     3     
Short Story
Fiksi, cerpen
Marry Me
10      10     0     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
SURAT.
9      9     0     
Romance
Surat. Banyak rasa akan datang bersamanya. Bacalah dengan bisikan pelan. Sebutir demi sebutir perasaan akan mengalir bersama kata yang terangkai. Perlahan, keping rasa itu akan lengkap dan jatuh tepat di sebuah gubuk penampungan rasa di lubuk hati. Setelah berhasil diterjemahkan, barangkali tubuh akan kegirangan. Atau bibir akan tersenyum, mungkin tertawa. Atau mata taklagi sanggup membendung der...
Bintang yang Malang
11      11     0     
Short Story
cerita ini mengisahkan tentang seorang peri bintang bernama Stella yang berkorban demi cintanya kepada seorang manusia bernama Pangeran Hanan