Read More >>"> Kamu, Histeria, & Logika (16. Berbelit-belit) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu, Histeria, & Logika
MENU
About Us  

"Futsal yuk ntar sore. Udah dua kali ajakan gue ditolak mulu," ujar Adit di tengah pelajaran Kimia di kelasnya. "Daripada lo suntuk tiap hari gini. Sebagai temen sebangku, ikut miris gue lihat temen kayak gini. Ya, nggak Tom?" Adit menendang bangku di depannya.

Tomi membalikan badannya dengan wajah terusik. "Naon sih maneh, beul. Ganggu aing wae!" protes anak itu dalam bahasa Sunda. Tomi adalah satu-satunya yang asli Sunda di antara mereka bertiga. Kadang, ketika Tomi terlalu kesal, ia akan mendumal dalam bahasa Sunda dengan tempo sangat cepat. Meskipun begitu, Abriel dan Adit paham betul apa yang dikatakan Tomi. Karena meski keduanya bukan orang asli Bandung, mereka sudah menetap di kota ini sejak kanak-kanak.

Ketika Abriel SMP dan bersekolah di sekolah negeri, ia dan teman-temannya juga memakai bahasa Sunda untuk sehari-sehari. Ia baru memakai gue-lo setelah masuk SMA. Berhubung SMA Bhakti Negara adalah salah satu sekolah bertaraf internasional, siswanya pun berasal dari banyak wilayah di Indonesia. Seperti kebanyakan sekolah yang dikelola yayasan besar yang mencakup siswa sepenjuru Sabang hingga Merauke, sebutan gue-lo dan saya-kamu jadi panggilan yang paling banyak dipakai di sekolah ini.

Setelah terlibat adu-mulut lumayan sengit dengan Tomi, Adit kembali bertanya pada teman sebangkunya, "Lo baru putus sama cewek lagi, ya?" tuduhnya tiba-tiba.

Abriel mendengus. "Putus gimana? Orang pacar aja nggak punya. Gue cuma lagi pengin fokusan dikit aja ama pelajaran. Minggu depan kita try out, kan, Nyet."

Adit tahu bukan itu alasan sebenarnya. "Tumben amat lo."

"Kali ini gue tobat dululah," komentar Abriel. Tinggal satu soal lagi yang belum diselesaikannya sekarang.

"Nyet, gue belom cerita lagi, deh," cetus Adit sambil menopang dagu dengan telapak tangannya, mengabaikan soal-soal di bukunya seutuhnya. Tanpa menunggu tanggapan, ia mulai bercerita, "Senin kemarin kan gue futsal ditemenin sama doi lagi. Itungannya udah dua kali Audrey nemanin gue."

"Eh, terus Andine gimana?"

"Andine ya Andine, Audrey ya Audrey."

"Maksud lo?"

Adit melebarkan cengirannya. "Pendeknya, Andine buat siang kalau Audrey buat malam. Canggih dikitlah."

"Parah lo,"  protes Abriel tidak setuju oleh ucapan Adit. Kini, ia sudah menyelesaikan seluruh tugasnya sekarang.

"Terus apa bedanya waktu lo putus ama Tari gara-gara lo deket sama... Irena?"

"Itu kan beda kasus. Lo kan tahu sendiri waktu gue sama Tari, dia kan diem-diem masih suka jalan sama mantannya. Ya, siapa yang nggak kesal digituin..."

"Jadi lo balas, kan?"

"Enggak... gue nggak balas. Gue juga udah lupa kejadian itu."

Hanya sedikit sekali kenangan yang bisa Abriel ingat dari hubungannya dengan Tari—atau yang lainnya. Setelah ia memulai hubungan dengan Irena, semua kisah percintaannya yang lama serasa mengabur semua. Abriel sendiri tak bisa memungkiri tanda tanya di kepalanya: bagaimana bisa satu orang dengan hanya sepasang tangan bisa menghapus begitu banyak jiwa dan kenangan?

Irena itu seperti hujan. Dulu, setidaknya. Dia adalah hujan dalam hidup Abriel, yang menghapus debu, pasir dan bebauan. Menguarkan aroma khas, menetapkan jejaknya sendiri.

Dulu, rasanya kekagumam Abriel pada Irena tidak akan pernah ada habisnya, dan Abriel merasa bisa bernapas di sebelahnya selamanya, melarutkan harinya bersamanya, bahagia hingga ke dalam aliran darahnya.

Lalu keputusan pengecutnya itu menghancurkan segalanya.

"Audrey itu istimewa," ujar Adit dengan suara setengah melamun. "Tapi percuma, lo nggak bakal paham, lo baru akan bisa ngerti setelah lo ketemu sama dia. Cara dia melihat sekitar dan dunia itu beda, unik. Nelepon dia, ngobrol tiga jam berasa cuma lima menit. Nggak akan ada abisnya. Kita bisa bahas dari yang namanya cerita setan sampai Teori Mesin Waktu. Seru banget."

"Ya, terus kalau kalian sebegitu connect-nya kenapa nggak jadian aja?"

"Di situlah masalahnya. Gue sebenarnya nggak yakin dia juga punya perasaan ke gue."

"Kok bisa? Kalau gue cewek, gue sih ogah ya, abisin waktu gue buat orang yang nggak spesial buat gue," jelas Abriel.

"Dia kesepian, gue rasa. Tapi nggak tahu juga ya, kita kan baru kenal seminggu," tambah Adit.

"Nah, mungkin itu poinnya: kalian baru kenal seminggu. Jadi lo belum bisa baca apa maunya dan ke mana si cewek arahin lo."

"Tapi... Lo pernah nggak ngerasa akrab banget, familier banget sama orang? Padahal kalian baru ketemu..."

Ada sesuatu yang menyentil sekat di kepala Abriel.

"Pernah," jawabnya lemah. "Gue tahu rasanya gimana ketemu sama orang yang cocok. Nggak peduli lo baru kenal sehari atau bahkan sejam, lo ngerasa kalau lo udah kenal orang itu seumur hidup lo."

Adit termanggu sebentar mendengar ucapan Abriel yang begitu tepat sasaran.

"Lo kayak gitu sama Irena, ya?" Adit menyimpulkan setelah diam sejenak.

Abriel tidak menatap Adit. Ia menangkupkan tangannya di atas bukunya. Bahunya terasa kaku. Dulu, ketika ia mengobrol dengan Irena untuk pertama kalinya, ia mendapatkan sensasi seperti itu, persis seperti yang dijabarkan Adit padanya. Nyaman, hangat, akrab. Tiga sensasi favorit setiap jiwa yang hidup di muka bumi ini. Sensasi bepergian jauh lalu pulang ke rumah.

Tapi, Abriel tidak lagi menganggap perasaan seperti itu istimewa. Ia tidak lagi merasa ia butuh pulang ke rumah jika ia bisa berpetualang dan menghabiskan waktunya bersama seseorang yang mampu membuatnya merasa dunia ini bekerja dengan cara yang ajaib. Seseorang yang begitu menarik, cerdas dan rumit. Paling tidak, ia tidak perlu ke mana-mana demi mendapatkan petualangan dan pengalaman untuk komiknya. Isabel memberikannya segala yang ia butuhkan untuk bernapas dan bermimpi.

"Bukan sama Irena, Dit. Tapi sama... Angsa. Irena mungkin dulu rumah gue, tempat gue balik. Tapi gue sekarang merasa lebih baik homeless. Jika dengan gitu gue jadi bisa ngelihat langit di atas gue, seluas-luasnya, sebebas-bebasnya." Abriel memandangi jari-jarinya. Jari-jarinya yang ia gunakan untuk membuat gambar Mazzy. "Gue ngerasa kenal banget sama Angsa itu. Tapi, nyatanya gue nggak tahu apa-apa tentang dia. Angsa itu yang bikin gue kacau gini. Gue pengin ketemu dia, Dit."

"El, lo ngomong serius?" tanya Adit dengan kening berkerut, cengirannya perlahan terkuak. "Lo ini ngomongin angsa apaan sih? Nggak ngerti gue."

Abriel berusaha melebarkan mulutnya untuk nyengir. Tapi bibirnya terlalu kaku untuk itu.

"Gue basuh muka dulu, ya," ujar Abriel seraya bangkit dan meninggalkan kelasnya.

 

* * *

 

Usai pelajaran tambahan, Abriel berencana untuk langsung meninggalkan sekolahnya seperti biasanya, tidak memberikan kesempatan bagi siapapun mengajaknya nongkrong. Sebenarnya hari ini ia berniat untuk mampir sebentar ke Dago, membeli pengharum untuk mobilnya di toko langganannya. Namun, niatan itu buyar begitu ia sampai di halaman parkir sekolahnya. Matanya tertumbuk ke wiper mobilnya. Sepucuk kertas yang terlipat tampak terjepit di sana.

Ia memungut kertas itu, perasaannya yang tak menentu membuat Abriel memutuskan membuka kertas itu di dalam mobil.

Perlahan, kata demi kata, kalimat demi kalimat itu berputar-putar di benak Abriel. Terbayang jelas suara gadis itu menuturkan, ekspresinya yang penuh penekanan dan sinis. Abriel tersenyum ketika tiba matanya tertumbuk pada titik terakhir. Dadanya berdenyut-denyut keras, seolah ada pengeras suara mikro dipasangkan di jantungnya. Tanpa menunggu waktu lama, ia menghidupkan mesin mobilnya, menyalakan aplikasi map, kemudian mengetikan sesuatu ke kolom pencarian di aplikasi itu.

Di lampu merah pertama yang mengentikannya, ia menghidupkan radio di stereo-nya, mengatur volume hingga hampir batas maksimum, menikmati musik mengentak jadul yang diputar di salah satu stasiun yang kebetulan ia temukan. Untuk pertama kalinya dalam seminggu belakangan, ia merasa begitu bersemangat.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (19)
  • Cassanouva

    Teenlit namun lbh matang. Metropop namun tidak ngepop amat. Kadarnya pas, bakal lanjut membaca cerita cantik ini. Trims Author untuk cerita ini

    Kalau suda beres saya akan kasih review.

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • ruriantysavana

    ka cek inbox ya aku ada pertanyaan2 tentang cerita ini
    mau di sini tp tkt spoiler hehe, thx

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • ala_fifi

    baca karya ini jd pgn nulis yg bagus jg rasanya, pgn latihan banyak biar bisa gini

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • Retha_Halim

    Good job, Author. On chaper41

    Comment on chapter 41. Dua Hati (TAMAT)
  • yurriansan

    diksinya mantep banget, kudu banyak belajar nih

    Comment on chapter 2. Pantomim Waktu
  • Andrafedya

    @firlyfreditha silakan dibaca sampai beres, kalau masih blm ketemu nanti kukasih tau deh :)

    Comment on chapter 14. Saling Melarutkan
  • Andrafedya

    @ayuasha febby baik, cuma temperamental. Tapi dia juga punya sisi baik, kok :) terima kasih sudah membaca

    Comment on chapter 14. Saling Melarutkan
  • firlyfreditha

    bersetting tahun brp kak?

    Comment on chapter 3. Pemantauan
  • ayuasha

    kesel sama Febby sumpah

    Comment on chapter 9. Tergelincir
  • Andrafedya

    @defreeya selamat membaca, jangan berhenti ya. Terima kasih banyak buat apresiasinya

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
Similar Tags
Bulan dan Bintang
93      64     0     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
Mendadak Pacar
185      98     0     
Romance
Rio adalah seorang pelajar yang jatuh cinta pada teman sekelasnya, Rena. Suatu hari, suatu peristiwa mengubah jalannya hari-hari Rio di tahun terakhirnya sebagai siswa SMA
ARABICCA
89      61     0     
Romance
Arabicca, seorang gadis penderita schizoid personality disorder. Selalu menghindari aktivitas sosial, menjauhi interaksi dengan orang lain, tertutup dan mengucilkan diri, terpaksa harus dimasukkan ke sekolah formal oleh sang Ayah agar dia terbiasa dengan aktivitas sosial dan berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut semata-mata agar Arabicca sembuh dari gangguan yang di deritanya. Semenj...
Cinta dan Benci
203      119     0     
Romance
Benci dan cinta itu beda tipis. Bencilah sekedarnya dan cintailah seperlunya. Karena kita tidak akan pernah tau kapan benci itu jadi cinta atau sebaliknya kapan cinta itu jadi benci. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku, apakah ini hanya mimpi? Apakah aku harus kabur? Atau aku pura-pura sakit? Semuanya terasa tidak masuk akal"
About love
31      27     0     
Romance
Suatu waktu kalian akan mengerti apa itu cinta. Cinta bukan hanya sebuah kata, bukan sebuah ungkapan, bukan sebuah perasaan, logika, dan keinginan saja. Tapi kalian akan mengerti cinta itu sebuah perjuangan, sebuah komitmen, dan sebuah kepercayaan. Dengan cinta, kalian belajar bagaimana cinta itu adalah sebuah proses pendewasaan ketika dihadapkan dalam sebuah masalah. Dan disaat itu pulalah kali...
Intuisi
103      69     0     
Romance
Yang dirindukan itu ternyata dekat, dekat seperti nadi, namun rasanya timbul tenggelam. Seakan mati suri. Hendak merasa, namun tak kuasa untuk digapai. Terlalu jauh. Hendak memiliki, namun sekejap sirna. Bak ditelan ombak besar yang menelan pantai yang tenang. Bingung, resah, gelisah, rindu, bercampur menjadi satu. Adakah yang mampu mendeskripsikan rasaku ini?
Zo'r : The Teenagers
99      75     0     
Science Fiction
Book One of Zo'r The Series Book Two = Zo'r : The Scientist 7 orang remaja di belahan dunia yang berbeda-beda. Bagaimana jadinya jika mereka ternyata adalah satu? Satu sebagai kelinci percobaan dan ... mesin penghancur dunia. Zo'r : The Teenagers FelitaS3 | 5 Juni - 2 September 2018
SURAT.
9      9     0     
Romance
Surat. Banyak rasa akan datang bersamanya. Bacalah dengan bisikan pelan. Sebutir demi sebutir perasaan akan mengalir bersama kata yang terangkai. Perlahan, keping rasa itu akan lengkap dan jatuh tepat di sebuah gubuk penampungan rasa di lubuk hati. Setelah berhasil diterjemahkan, barangkali tubuh akan kegirangan. Atau bibir akan tersenyum, mungkin tertawa. Atau mata taklagi sanggup membendung der...
Taarufku Berujung sakinah
253      143     0     
Romance
keikhlasan Aida untuk menerima perjodohan dengan laki-laki pilihan kedua orang tuanya membuat hidupnya berubah, kebahagiaan yang ia rasakan terus dan terus bertambah. hingga semua berubah ketika ia kembai dipertemukan dengan sahabat lamanya. bagaimanakah kisah perjuangan cinta Aida menuju sakinah dimata Allah, akankah ia kembali dengan sahabatnya atau bertahan degan laki-laki yang kini menjadi im...
PENTAS
49      36     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".