Read More >>"> Kamu, Histeria, & Logika (3. Pemantauan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu, Histeria, & Logika
MENU
About Us  

Rumah Nomor Enam Belas,

"Mum, kenapa ya perjalanan asmara untuk sampai ke jodoh kita itu panjaaang sekali?" seloroh gadis yang sedang menyelendangkan syal bulu angsa tiruan berwarna ungu ke lehernya. "Begini, ya, Mum. Misalnya aja saya udah tahu kalau temen TK saya tuh jodohnya saya, saya kan nggak perlu pacaran lagi sama si A, B, F atau Z, buang-buang waktu. Udah deh saya bakal pacaran dari awal sampe ke akhir sama dia, nikahnya sama dia, mati juga bareng dia."

Jane yang sedang bersiap-siap untuk menghadiri acara sosial yang dibuat teman-temannya di Pacific Place, Jakarta Selatan, menghela napas panjang mendengar pertanyaan aneh (lagi!) dari putri satu-satunya itu. Meskipun seharusnya Jane tidak perlu merasa heran karena ia sudah ribuan kali mendengar pertanyaan yang lebih sinting dari itu.

"Kamu nonton Breakfast at Tiffany's lagi, ya, Bel?" tuduh Jane sambil membetulkan posisi tali gaun peraknya. "Nggak bosen apa? Kayaknya udah ratusan kali film itu kamu puter."

"Nggak bosen dan nggak akan pernah bosen. Damn, Hepburn! Kenapa sih dia begitu brilian! Kalau saya jadi cowok dan lahir di tahun lima puluhan, udah saya uber dia!" ceroscos putrinya sambil menyelinap sebentar ke walk-in-closet Jane yang belum sepenuhnya rapi untuk membantunya memasang bagian bertali di gaunnya.

Jane sudah selesai bersiap-siap. Meskipun sudah berumur empat puluh empat tahun, Jane masih tampak seperti berumur pertengahan tiga puluh tahunan karena ia pandai merawat dirinya. Dan tentunya, ditunjang dana yang cukup untuk melakukan berbagai macam perawatan mahal bin mutakhir. Terang saja ia sanggup menuntaskan berbagai macam kebutuhannya, ia seorang pemilik usaha katering ternama dan motivator bisnis handal yang sering diundang ke berbagai acara.

Dulu, ketika ia masih menikah, hidupnya tidak bersinar seperti sekarang. Suaminya yang posesif, over protective dan pencemburu menghalangi usahanya meraih kesuksesan. Setidaknya itulah anggapan Jane. Sekarang, sepuluh tahun setelah ia menjanda, ia merasakan hidupnya semakin positif. Usaha kateringnya yang dirilis dari nol, kini sudah maju pesat hingga membuka cabang ketiga di kota kelahirannya, Bandung, setelah sukses meraup untung fantastis dua kota lainnya, di Jakarta Selatan dan Bogor.

Keinginannya untuk membeli rumah di Bandung sebenarnya sudah lama ada di benaknya, namun karena ia masih terus mengembangkan bisnisnya di Jakarta Selatan dan kemudian mendapat peluang di Bogor, jadilah ia mengkesampingkan harapannya itu.

Rumah bercat putih tanpa pagar nomor enam belas, Blok BIII di Kompleks Bahagia Asri Estate.

Sebenarnya ia mendapat harga yang tinggi untuk rumah itu, tapi karena ia sudah merasa jatuh hati pada setiap lekuk rumah keluarga Martaatmadja yang ia lihat di Internet itu, terutama pada pohon besar nan teduh di pekarangannya, ia tak lagi memikirkan soal harga. Dan lagi, yang terpenting, anak gadisnya juga menganggap rumah itu nyaman dan memikat.

Ada alasan lain yang membuat Jane yakin kalau ia bisa memulai bisnis di Bandung sekaligus menetap di sana (meskipun Jane masih harus sering bolak-balik ke Jakarta dan terkadang Bogor), Isabel, anak semata wayangnya, berjanji akan mempertimbangkan rencana melanjutkan kuliah, jika ia benar-benar membeli rumah itu.

Awalnya, Jane masih terheran-heran ketika Isabel mendadak saja mengganti pilihannya dari New York University menjadi Universitas Negeri Bandung. Tapi, apapun itu, di mana pun itu, asalkan Isabel bersemangat dan bersungguh-sungguh, ia mendukung sepenuhnya.

Sulit menjabarkan kegembiraan Jane ketika Isabel akhirnya mau kembali membuka dirinya setelah kejadian fatal tahun lalu. Bagi Isabel, itu adalah hari terburuk sepanjang hidupnya, dan bagi Jane itu adalah hari di mana ia gagal mengemban tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

Sebenarnya, Jane yakin, ada alasan lain mengapa Isabel sangat ingin pindah ke Bandung, meskipun ia tahu di Jakarta pun Isabel tidak memiliki teman sehingga tidak akan ada yang memberatkan keputusannya: Jane tahu jika Isabel mencuri dengar pembicaraan dirinya dan Fenda, adik sepupunya, yang menyebut bahwa ayah Isabel yang biasa dipanggil Papap, telah beberapa tahun menetap di Bandung.

Ismail belum pernah lagi bertemu dengan Isabel sejak ia dan Jane resmi bercerai. Ismail bagaikan ditelan kabut sejak pengadilan memutuskan memisahkan mereka sebagai suami-istri. Sekarang, Isabel sudah berusia sembilas belas tahun. Lebih dari separo usia Isabel dihabiskannya untuk menanti figur ayahnya yang hilang dan tidak pernah muncul lagi. Tapi, Jane tahu, meskipun tak sekali pun Isabel pernah menanyakan kabar ayahnya, berikut alasan mengapa ayahnya itu tidak pernah menghubunginya, di dalam hatinya, Isabel merindukan Ismail. Mungkin merindukan dan membencinya sekaligus. Meskipun mengandung dan melahirkannya, Jane tidak pernah bisa benar-benar memahami jalan pikiran Isabel.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Sokieb, sopir Jane sudah muncul di pintu depan, siap mengantar Jane ke Jakarta. Isabel menggandeng siku ibunya itu hingga ke depan rumah.

"Bel, lihat tuh, rumah depan kita," Jane mengerlingkan matanya ke arah rumah tetangganya. "Udah kenalan sama anak tetangga kita itu? Anak itu juga punya adik lucu, bawel banget, tapi gemesiiin. Kamu sih nggak ikut waktu Mummy silaturahmi."

"Terus, Mummy mau saya samperin dia sekarang? Ngajakin kenalan? Malas, ah," erang Isabel tidak tertarik.

"Nggak boleh gitu. Jangan bikin kamu dicap sombong, kan nggak enak."

Isabel lalu tampak sedikit mengamati tetangganya yang sedang menyirami tanaman di pot-pot besar dengan selang panjang itu. Cowok itu jangkung, kurus tapi sedikit berotot, wajahnya tidak teralu jelas karena jarak mereka lumayan jauh. Cowok itu memakai T-Shirt oblong besar berwarna hitam dan celana jins yang digunting pendek selutut dengan sengaja. Ia belum bisa memberikan penilaiaan apa-apa.

"Mummy pulang besok malam rencananya. Ingat, jangan bikin kegiatan aneh-aneh, kita sudah sampai sejauh ini. Mummy percaya di sini kamu bisa hidup bahagia. Kamu kan udah janji." Sebersit ekspresi khawatir membayangi wajah Jane. Tapi ia buru-buru menepis kenangan buruk itu dengan kembali melayangkan pandangan lembut pada Isabel.

"Iya, saya ngerti. Tapi buat ramah-ramahan sama anak itu, saya nggak janji, ah. Well, udah sore, Mummy berangkat sekarang, gih." Isabel memberi isyarat ke Sokieb supaya membukakan pintu mobil usai pria gempal itu mengangkat koper dan kantong bawaan milik ibunya ke bagasi.

"Kamu tuh ya, Mummy-nya mau pergi malah diusir bukannya didoain."

Karena diprotes, Isabel buru-buru bersikap khidmat. "Doa saya semoga Mummy sampai tujuan, di acara nanti gaunnya nggak sobek bikin pakaian dalam Mummy kelihatan! Oh, ya, semoga ada om-om cakep yang bikin Mummy kepincut setengah mati. Udah, itu aja doanya."

Meski mendapatkan doa aneh dari Isabel, Jane tetap mengecup jidat Isabel sebelum pergi. "Nanti Mummy telepon kamu. Baik-baik ya, Bel."

 

How do you feel about this chapter?

1 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (19)
  • Cassanouva

    Teenlit namun lbh matang. Metropop namun tidak ngepop amat. Kadarnya pas, bakal lanjut membaca cerita cantik ini. Trims Author untuk cerita ini

    Kalau suda beres saya akan kasih review.

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • ruriantysavana

    ka cek inbox ya aku ada pertanyaan2 tentang cerita ini
    mau di sini tp tkt spoiler hehe, thx

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • ala_fifi

    baca karya ini jd pgn nulis yg bagus jg rasanya, pgn latihan banyak biar bisa gini

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
  • Retha_Halim

    Good job, Author. On chaper41

    Comment on chapter 41. Dua Hati (TAMAT)
  • yurriansan

    diksinya mantep banget, kudu banyak belajar nih

    Comment on chapter 2. Pantomim Waktu
  • Andrafedya

    @firlyfreditha silakan dibaca sampai beres, kalau masih blm ketemu nanti kukasih tau deh :)

    Comment on chapter 14. Saling Melarutkan
  • Andrafedya

    @ayuasha febby baik, cuma temperamental. Tapi dia juga punya sisi baik, kok :) terima kasih sudah membaca

    Comment on chapter 14. Saling Melarutkan
  • firlyfreditha

    bersetting tahun brp kak?

    Comment on chapter 3. Pemantauan
  • ayuasha

    kesel sama Febby sumpah

    Comment on chapter 9. Tergelincir
  • Andrafedya

    @defreeya selamat membaca, jangan berhenti ya. Terima kasih banyak buat apresiasinya

    Comment on chapter 1. Makhluk Malang
Similar Tags
Sweet Notes
275      148     0     
Romance
Ketika kau membaca ini, jangan berpikiran bahwa semua yang terjadi disini adalah murni dari kisah cintaku. Ini adalah sekumpulan cerita-cerita unik dari teman-teman yang mau berbagi dengan saya. Semua hal yang terjadi adalah langsung dari pengalaman para narasumber. Nama sengaja disamarkan namun setting tempat adalah real. Mohon maaf sesuai perjanjian jalan cerita tidak dijelaskan seperti kisah ...
Wannable's Dream
1348      459     0     
Fan Fiction
Steffania Chriestina Riccy atau biasa dipanggil Cicy, seorang gadis beruntung yang sangat menyukai K-Pop dan segala hal tentang Wanna One. Dia mencintai 2 orang pria sekaligus selama hidup nya. Yang satu adalah cinta masa depan nya sedangkan yang satunya adalah cinta masa lalu yang menjadi kenangan sampai saat ini. Chanu (Macan Unyu) adalah panggilan untuk Cinta masa lalu nya, seorang laki-laki b...
Sekilas Masa Untuk Rasa
92      69     0     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
My sweetheart senior
550      308     0     
Romance
Berawal dari kata Benci. Senior? Kata itu sungguh membuat seorang gadis sangat sebal apalagi posisinya kini berada di antara senior dan junior. Gadis itu bernama Titania dia sangat membenci seniornya di tambah lagi juniornya yang tingkahnya membuat ia gereget bukan main itu selalu mendapat pembelaan dari sang senior hal itu membuat tania benci. Dan pada suatu kejadian rencana untuk me...
Aku dan Dunia
11      11     0     
Short Story
Apakah kamu tau benda semacam roller coaster? jika kamu bisa mendefinisikan perasaan macam apa yang aku alami. Mungkin roller coaster perumpamaan yang tepat. Aku bisa menebak bahwa didepan sana ketinggian menungguku untuk ku lintasi, aku bahkan sangat mudah menebak bahwa didepan sana juga aku akan melawan arus angin. Tetapi daripada semua itu, aku tidak bisa menebak bagaimana seharusnya sikapku m...
Dream Space
12      12     0     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
JATUH CINTA
42      31     0     
Romance
Cerita cinta anak SMA yang sudah biasa terjadi namun jelas ada yang berbeda karena pemerannya saja berbeda. Dia,FAIZAR HARIS AL KAFH. Siswa kelas 10 SMAN 1 di salah satu kota. Faizar,seorang anak yang bisa dibilang jail dengan muka sok seriusnya itu dan bisa menyeramkan disaat tertentu. Kenalkan juga, ALYSA ANASTASIA FAJRI. seorang gadis dengan keinginan ingin mencari pengalaman di masa S...
Kama Labda
11      11     0     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...
High School Second Story
110      75     0     
Romance
Pekrjaan konyol yang membuat gadis berparas cantik ini kembali mengingat masa lalunya yang kelam. Apakah dia mampu menyelesaikan tugasnya? Dan memperbaiki masa lalunya? *bayangkan gadis itu adalah dirimu
Mengapa Harus Mencinta ??
90      74     0     
Romance
Jika kamu memintaku untuk mencintaimu seperti mereka. Maaf, aku tidak bisa. Aku hanyalah seorang yang mampu mencintai dan membahagiakan orang yang aku sayangi dengan caraku sendiri. Gladys menaruh hati kepada sahabat dari kekasihnya yang sudah meninggal tanpa dia sadari kapan rasa itu hadir didalam hatinya. Dia yang masih mencintai kekasihnya, selalu menolak Rafto dengan alasan apapun, namu...