Read More >>"> fall (idola) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - fall
MENU
About Us  

Ya Ampun... Gue kenapa, sih? kok deg-degan gini? pasti cuma kaget karena kita terlalu deket, tadi. Iya. pasti cuma kaget.

Renata berjalan cepat sambil berusaha mengurangi rasa gugupnya. Entah kenapa, Ia merasa aneh bertemu Abi dengan cara sedekat itu. Melihat wajah Abi dari jarak yang cukup dekat. Mata kelam yang penuh ketenangan. Rasanya Renata bisa berlama-lama memandang mata seperti itu di kehidupanya yang cukup rumit.

"Ren!" Sasha menghentikan langkahnya di depan kantor

"Ada apa sha? Kok lo di sini?"

"Ada Kak Rahma sama Adhi di dalam, gue takut ganggu mereka."

Renata memanjangkan lehernya, berusaha melihat suasana di dalam kantor. "Mereka lagi sibuk di depan komputer berdua, kan? masuk bentar, yuk! gue mau beresin ini sebentar." Renata mengangkat map yang ia bawa dari tadi.

Sasha mengangguk mantap. sejenak, Renata mencuri pandang ke arah mading sekolah di seberang lapangan. Ia melihat Abi masih berdiri di sana sambil memandangi papan berlapis kaca itu. 

Tu cowok masih di sana. Dia ngapain, sih? Ia membatin sambil mengikuti Sasha masuk kantor.

"Gue mau cari catatan gue yang ketinggalan di sini." Bisik sasha ketika mereka sampai di meja yang berisi tumpukan dokumen.

"cepetan cari! keburu masuk, nih!" balas Renata juga dengan bisikan.

sesekali, mereka melirik ke arah punggung Rahma dan Adi yangs edang sibuk di depan komputer.

"Coba kamu lihat!" Suara Adhi yang bersih mendominasi ruangan yang terasa mencekam saat itu. cowok itu menunjuk ke arah komputer. "Ini kosepnya, coba kamu koreksi. mana yang nggak cocok sama ide kamu." Ia berkata lagi, lalu menatap Rahma. "Rah.... lihat Komputer! Bukan lihat aku." katanya dengan sedikit tegas.

Rahma tersenyum, lalu mengarahkan tatapannya ke komputer. "Udah. udah bagus, kok. Nanti tinggal kita bikin selebaran aja buat di tempel."

"Mereka pacaran?" bisik renata lagi pada Sasha.

"kayaknya..." kata Sasha yang masih menatap mereka berdua yang kini sedang tertawa bersama.

"kok kayaknya?!" Renata mendesis, lebih mendekatkan kepalanya ke arah Sasha.

"Adhi belum nembak, Gitu kata Kak Rahma." Balas Sasha sama mendesisnya.

"Sasha!" panggilan Rahma membuat mereka berdua berdiri kaku di pojok ruangan.

"I...ya kak" Jawabnya ragu

"Besok, tempel selebaran buat anggota baru kita yang kemarin, ya!"

"Iya... kak." katanya dengan senyum kaku. 

Rahma tersenyum, "Renata juga bisa bantu kalo kamu kerepotan."

"Iya kak," jawab Renata sama kakunya.

sekilah, Adhi membalas senyum mereka berdua, yang membuat Sasha membulatkan matanya dan segera menarik Renata keluar dari kantor.

"Apaan sih?!" Renata berusaha melepaskan pegangan tangan Sasha di lengannya yang semakin menguat. 

"Adhi, Ren! Adhi!" katanya histeris di tenga riuhnya koridor menjelang bel masuk kedua.

"Iya, emang kenapa Adhi? lepasin ah, sakit nih!" Renata menepis kasar tangan Sasha. 

"Dia senyum sama gue!" katanya lebih histeris dengan meenggenggam kedua tangannya di depan wajah.

"Dia juga senyum sama gue!" jawab Renata ketus.

mereka masih berjalan menerobos riuhnya koridor, sedangkan Sasha masih tersenyum-senyum sambil memegangi dadanya. 

"Ah, gue update status di Instagram nih!" ia segera mengeluarkan ponselnya, yang membuat Renata seketika berdecak. "Gue...Habis...Disenyumin ....sama....Oppa" Katany sambul mengetikkan sesuatu di ponselnya. "yess! kebakaran jenggot nggak kalian?!" katanya dengan bangga.

"Lo norak, Sha!" Renata berjalan menjauh melihat tingkah temannya.

"Ren! dengerin gue ya, semua cewek di sekolah ini tuh berlomba-lomba menarik perhatiannya Adhi. Enggak, enggak. bukan cuma cewek sekolah ini. semua netizen cewek yang masih normal, mati-matian DM Adhi supaya mereka punya kesempatan ngobrol sama dia. dan konon, jarang ada yang berhasil. Makanya, sebelum janur kuning melengkung..." Sasha merendahkan suaranya.

"Udah ah! apaan sih? janur kuning, janur kuning. sekolah woy! sekolah!" Renata meninggalkannya begitu saja sambil menggeleng-geleng tak mengerti dengan jalan pikiran temannya. Mungkin semua cewek yang berkelakuan seperti temannya itu mengalami gangguan otak, sehingga bisa-bisanya memikirkan hal seperti itu di umur mereka yang masih belia.

belum hilang rasa herannya dengan tingkah Sasha, iadiserbu dnegan pertanyaan yang sama oleh kedua sahabatnya.

"Lo habis sama Sasha kan tadi?" anya Avi dengan keras sehingga hampir semua anak di kelas itu menatap mereka berdua.

Renata memandang sesiis kelas, lalu mendesis. "Lo kenapa sih, Vi? pelan-pelan dong! malu gue..."

"Iya, iya." Avi segera menyeretnya untuk segera duduk. "lo tadi habis sama Sasha kan?" Tanya Avi dengan nada normal dan tenang.

"Iya." katanya datar.

"Berarti lo tadi juga lihat dia di senyumin sama Adhi?" kali ini stefani ikut andil mencecarnya. gadis itu bahkan masih memegang ponsel dan sesekali mengetikkan sesuatu di sana.

"iya." Jawab renata masih dengan wajah datarnya.

"Gimana ceritanya?" 

"Jadi itu bukan gosip!" Kata mereka hampir bersamaan.

"kalian ini kenapa sih?! kenapa pada heboh gara-gara senyum Adhi? emang senyumnya itu kenapa? kalian juga bisa lihat senyumnya tiap hari kan waktu di kelas." Renata menggerutu. Ia sudah meletakkan tasnya di atas meja dan fokus dengan isi tasnya.

kedua temannya kembali ke posisi masing-masing dan duduk tenang. 

Ia heran, kenapa dunia seakan bergoncang ketika Adhi tersenyum. dia bukan dewa, dia bukan malaikat yang bisa memberikan kedamaian pada dunia. Adhi cuma cowok teman sekelasnya. anak pindahan. memang sih, wajahnya memang mirip artis korea. kalau kata stefani, Adhi mirip salah satu anggota boy band korea entah apa namanya. hanya saja, rambutnya kurang coklat saja. 

pikiran Renata malah terbang pada sosok Abi. kalau Rambut adhi kurang coklat... Rambut Abi terlampau pirang kalau di sebut artis korea. Ia tersenyum membayangkan semua itu. tetapi, kenapa ia malah terbanyang wajah Abi yang tegas itu, daripada wajah Adhi yang tersenyum.

"Eh, Ren!" Stefani kembali berbalik dari meja depan setelah beebrapa waktu hening diantara mereka bertiga. "Lo lihat nggak waktu Adhi senyum kayak apa?" tanyanya lirih sambil menatap Renata lekat-lekat.

"Emm....lihat, sih!" kata Renata ragu-ragu.

"Gimana waktu dia senyum?" Tanya Stefani dengan senyum mengembang.

Renata terlihat berpikir. ia mengingat bagaimana rupa senyum Adi waktu itu, tetapi yang muncul selalu wajah Abi yang terlihat tegas. berapa kalipun ia mencoba mengulang peristiwa di kantor jurnalis waktu itu, selalu wajah Abi yang muncul di pikirannya.

"Lupa, stef!" renata menggeleng kuat. "Kenapa sih? senyum gitu aja heboh banget!" kata Renata akhirnya.

"Nih!" stefani menunjukkan Instagram Story Sasha beberapa menit lalu yang sudah dibanjiri komentar dari beberapa akun bernama cewek. kebanyakan dari mereka kagum pada Sasha, meski ada juga yang iri hingga melemparkan komentar negatif.

"Kok bisa gitu sih?" Tanya Renaya dengan muka masam. "Udah kayak Idola papan atas aja." Kata Renata asal.

"memang dia udah jadi idola. lihat nih, followernya  udah berapa." stefani menunjukkan profil IG milik Adhi yang menunjukkan jumlah follower yang menjapai ribuan. Renata sontak membulatkan mata. "Bukan cuma itu. Fansnya juga nggak kalah banyak." Stefani menunjukkan pencarian akun dengan kata kunci nama Adhi yang langsung memunculkan nama serupa dengan embel-embel 'fans' atau 'holic' di belakangnya.

"Wah..." Lirih Renata sambil menutup mulutnya.

"dan lihat, nih! l likes dan komentarnya juga ribuan." Stefani menunjukkan bebrapa postingan Adhi yang menuai banyak like dan komentar yang bejibun. "bukan hanya di dunia maya aja sih, Ren. asal lo tahu, Kalo Adhi lewat di koridor, semua cewek pasti pengindi sapa sama Adhi. sayangnya Adhi cuma jalan lurus aja." Stefani bercerita panjang lebar. 

"sekolah kita punya artis, ya?!" Kata Renata akhirnya, tetapi pikirannya justru kembali melayang ke sosok Abi. segitu terkenalnya Adhi di sekolah ini. Tapi Kenapa Abi nggak seperti Adhi? mereka kembar kan? 

Renata memandang lembaran puisi yang ia lipat di tangannya, yang sempat diminta Abi beberapa menit lalu.

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When I Was Young
188      137     0     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Apakah Kehidupan SMAku Akan Hancur Hanya Karena RomCom?
99      62     0     
Romance
Kisaragi Yuuichi seorang murid SMA Kagamihara yang merupakan seseorang yang anti dengan hal-hal yang berbau masa muda karena ia selalu dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya akibat luka bakar yang dideritanya itu. Suatu hari di kelasnya kedatangan murid baru, saat Yuuichi melihat wajah murid pindahan itu, Yuuichi merasakan sakit di kepalanya dan tak lama kemudian dia pingsan. Ada apa dengan m...
MASIHKAH AKU DI HATIMU?
11      11     0     
Short Story
Masih dengan Rasa yang Sama
A Man behind the Whistle
30      27     0     
Action
Apa harga yang harus kau tukarkan untuk sebuah kebenaran? Bagi Hans, kepercayaan merupakan satu-satunya jalan untuk menemukannya. Broadway telah mendidiknya menjadi the great shadow executant, tentu dengan nyanyian merdu nan membisik dari para Whistles. Organisasi sekaligus keluarga yang harus Hans habisi. Ia akan menghentak masa lalu, ia akan menemukan jati dirinya!
Bulan
484      321     5     
Short Story
Ketika Bulan mengejar Bintangnya kembali
Invisible Girl
35      30     0     
Fan Fiction
Cerita ini terbagi menjadi 3 bagian yang saling berkaitan. Selamat Membaca :) Jangan Lupa tinggalkan Like dan Komentar nya yaa :) Borahae
Distaste
124      79     0     
Romance
Menjadi bagian dari BEST di SMA Angkasa nyatanya tak seindah bayangan Stella. Apalagi semenjak hadirnya ketua baru, Ghazi. Cowok yang membuat Stella dikucilkan semua temannya dan selalu serba salah. Cowok humoris yang berubah menjadi badboy hanya kepada Stella. Keduanya menyimpan kebencian masing-masing di hati mereka. Dendam yang diam-diam menjelma menjadi sebuah rasa tatkala ego menutupi ked...
The Accident Lasts The Happiness
341      259     9     
Short Story
Daniel Wakens, lelaki cool, dengan sengaja menarik seorang perempuan yang ia tidak ketahui siapa orang itu untuk dijadikannya seorang pacar.
Somehow 1949
306      197     0     
Fantasy
Selama ini Geo hidup di sekitar orang-orang yang sangat menghormati sejarah. Bahkan ayahnya merupakan seorang ketua RT yang terpandang dan sering terlibat dalam setiap acara perayaan di hari bersejarah. Geo tidak pernah antusias dengan semua perayaan itu. Hingga suatu kali ayahnya menjadi koordinator untuk sebuah perayaan -Serangan Umum dan memaksa Geo untuk ikut terlibat. Tak sanggup lagi, G...
You Are The Reason
57      45     0     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...